Friday 5 December 2014

KUR 2013.XI.2.2 IMAN PADA RASUL-RASUL ALLAH, bagian 3

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

D.    NABI MUHAMMAD SAW. RASUL TERAKHIR
Siswa memahami, meyakini dan mengimani Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang terakhir dan mempedomaninya dengan mengetahui dalil naqli dan aqlinya
Tepat pada tanggal 17 Ramadhan, tanggal 6 Agustus tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, pada saat Beliau sedang berkhalwat di gua Chira’, turunlah 5 ayat pertama dari surat Al Alaq sebagai  pertanda kerasulan dan  dimulainya babak baru penyiaran Islam  yang merupakan agama penyempurna dan pengganti dari agama-agama sebelumnya yang  sudah habis masa berlakuknya dan telah banyak mengalami perubahan atau telah diselewengkan oleh peme­luknya, sehingga melenceng dari kepercayaan monotheisme (Tauhid), dimana Rasul sebagai pembawa agama dari Allah swt. tidak lagi mereka anggap sebagai manusia biasa, akan tetapi justru diyakini sebagai anak Tuhan.
Penegasan bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw. itu untuk disampaikan kepada umatnya, dapat dilihat dari wahyu yang datang setelahnya, yaitu :
يَاأَيُّــهَا الْمُـــــــــدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ.    المدثر  : ١-٣
Artinya :   Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah”.  QS. Al Mudassir : 1 - 3
Nabi Muhammad saw. diutus   untuk menyampaikan syariat Islam bagi  seluruh  umat manusia  di seantero dunia ini, tidak terkecuali mereka yang telah menganut suatu agama samawi, semuanya terkena seruan syariat Islam ini, agar mereka mengakui serta tunduk akan kerasulan Nabi Muhammad saw. seperti difirmankan oleh Allah swt.  berikut :
وَمَا أَرْسَـــــلْـنَاكَ إِلا كَافَّــةً لِلــــــنَّاسِ بَشِيرًا وَنَـذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ الــنَّاسِ لَايَـعْلَـــــمُونَ.    سـباء  : ٢٨
Artinya  :  Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan  pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. QS. Saba’ : 28
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّـمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.  الاعـراف  : ١٥٨
Artinya :   Katakanlah : “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada  Allah  dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia, supaya kamu menda­pat petunjuk”.  QS. Al A’raf : 158
Nabi Muhammad saw. memulai seruannya dengan ajaran tauhid, yaitu tidak ada Tuhan selain Allah swt., yang berhak disembah dan dimohon petunjuk dan pertolonganNya, menyerukan pula agar memamfaatkan harta benda di jalan yang baik sesuai dengan petunjuk agama, tolong menolong di dalam kebaikan dan lain sebagainya sesuai dengan fitrah manusia, agar manusia dapat meraih hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Diserukan pula bahwa dalam pandangan Allah swt. manusia memiliki kedudukan yang sama dan hanya taqwalah yang dapat membedakan mereka di sisi Allah swt. Nabi Muhammad saw. merupakan Rasul terakhir, tidak akan ada lagi Nabi/Rasul setelah beliau, perhatikan firman Allah swt. berikut :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّــــــــينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.  الاحـزاب  : ٤٠
Artinya :   Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penu­tup Nabi-nabi”.  QS. Al Ahzab : 40


E.     NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI USWATUN HASANAH
Setiap Rasul/Nabi terpelihara dari sifat-sifat tercela (ma’shum).
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul terakhir sejak di masa kanak-kanaknya sudah memiliki sifat terpuji, walaupun beliau tidak sempurna dalam asuhan ibunya dan tidak berkesempatan menuntut ilmu selayaknya anak-anak waktu itu. Gelar Al Amin justru diperoleh beliau ketika belum diangkat menjadi Rasul. Sebagai seorang Rasul, Beliau menjadi suritauladan dalam segala aspek kehidupannya, sejak dari masa kanak-kanak sampai wafatnya. Allah swt. menegaskan dalam firmanNya :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَســــــُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَـنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُـو اللهَ وَالْـيَـوْمَ الْآخِـــــــرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.  الاحـزاب  : ٢١
Artinya  :  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (dzikir)”. QS. Al Ahzab : 21
a.   Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin  keluarga
Di dalam kehidupan keluarganya, beliau merupakan suami dan bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang serta penuh tanggungjawab terhadap istri dan putera-puterinya. Beliau juga berperan sebagai teman yang mengasyikkan bila diajak bicara dan bercengkerama tanpa mengurangi kehalusan  budi dan tutur sapanya. Lebih dari itu beliau merupakan guru yang sangat tepat untuk digugu dan ditiru.
Oleh karena itu ketika ibu ‘Aisyah ditanya perihal kepribadian Nabi saw., beliau cuma menjawab dengan bahasa yang sangat singkat tapi padat :
كانَ خُــــــــــــــــــــــــــــــــــــلُـقُـهُ  الْـقُـــــــرْانَ
Artinya :   Kepribadian (Nabi saw.) merupakan kepribadian Al Qur­’an”
Jawaban yang sangat singkat tapi padat ini, sungguh mencerminkan bahwa betapa sulit menggambarkan kepribadian Nabi saw., sulit merangkai kata-kata yang betul-betul menggambarkan kepribadian Nabi saw. sebab kepribadian Nabi saw. merupakan proyeksi dari kandungan Al Qur’an yang  30 juz, oleh karenanya bila ingin menteladani Nabi saw., jalan satu-satunya hanyalah mempedomani kandungan  Al Qur’an dan hadits secara utuh.
b.   Nabi saw. sebagai pemimpin umat
Salah satu faktor utama penyebab pesatnya perkembangan dan dakwah Islam serta keberhasilan beliau di dalam memimpin umatnya adalah keluhuran budi pekerti/kepribadian beliau, seperti difirmankan oleh Allah swt. :
وَإِنَّـكَ لــَعَلى خُلُــــــــــــــــــــــــــقٍ عَـظِيمٍ.   القلم  : ٤
Artinya :   Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.QS. Al Qalam : 4
Sebagai seorang pemimpin Nabi saw. sangat dihormati dan disegani oleh kawan maupun musuhnya, beliau sangat berwibawa tapi sekaligus bisa  sangat akrab terhadap sahabatnya. Perhatikan ungkapan di bawah ini :
مَنْ رَاَهُ بـَــــــــــــــدِيْـهَـهُ هَـابــهُ وَمَنْ خَــــــــــــــــــالَـطَــهُ اَحَــبَّـهُ
Artinya :  Barangsiapa yang (pertama kali) memandangnya, beliau nampak sangat agung dan hebat (menggetarkan), akan tetapi bila telah bergaul akrab, ia kan sangat mencintainya (Nabi saw.)”.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.  التـوبـة  : ١٢٨
Artinya :  Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
Dalam perannya sebagai pemimpin umat, pribadi Nabi saw. dapat digambarkan sebagai berikut:
1.   Memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi, dirasa berat penderitan umatnya, amat kasih sayang dan selalu menginginkan kesejahteraan umatnya. At Taubah : 128
2.   Tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya, ataupun hanya mengekor pendapat pengikutnya, selalu mendahulukan musyawarah di dalam menyelesaikan suatu permasalahan umat.
3.   Tidak membeda-bedakan status sosial, suku, ras, dan golongan. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk  agama  lain, ketika  Nabi  saw.  memerintah  Madinah, pemeluk agama Yahudi dan Kristen justru mendapat perlindungan dan kebebasan menjalankan agamanya.
4.   Mengutamakan perdamaian dan sangat peduli terhadap kepentingan rakyat kecil.
c.   Nabi saw. sebagai pribadi muslim
Sebagai seorang muslim, anugerah kema’shumannya tidak menghalangi beliau untuk lebih tekun beribadah, selalu shalat malam sampai bengkak kedua kakinya, beristighfar, dzikir dan membaca Al Qur’an. Yang prinsip bahwa, beliau konsis dengan Al Qur’an dan Haditsnya.

No comments:

Post a Comment