Wednesday 10 June 2015

KUR 2013.X.1.3 BERPAKAIAN ISLAMI, bagian 3



D. ADAB DALAM BERTAMU / MENERIMA TAMU
Islam memang Agama yang sempurna, salah satu kesempurnaannya adalah memiliki norma dan aturan hidup yang lengkap terkait hubungan manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan sesama mahluk.

KUR 2013.X.1.3 BERPAKAIAN ISLAMI, bagian 2



B.   ADAB DALAM BERHIAS
Berhias agar lebih indah, lebih rapi / bersih dan bahkan lebih cantik atau ganterng (dihadapan suami/istri) adalah tujuan lain berpakaian, bahkan Allah swt. memerintahkan agar berpakaian indah rapi dan bersih ketika masuk Masjid.

KUR 2013.X.1.3 BERPAKAIAN ISLAMI, bagian 1

KUR 2013.X.1.3 BERPAKAIAN ISLAMI, bagian 1 
KOMPETENSI INTI       
KI 1 :    Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya

Tuesday 9 June 2015

KUR 2013.XII.1.2 IMAN KEPADA HARI AKHIR, bagian 3

XII.1.2
IMAN PADA HARI AKHIR
1.    7 Kelompok Istimewa di Makhsyar
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
Pemimpin yang adil.      
Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Penjelasan:
Ketujuh orang yang tersebut dalam hadits di atas, walaupun lahiriah amalan mereka berbeda-beda bentuknya, akan tetapi semua amalan mereka itu mempunyai satu sifat yang sama yang membuat mereka semua mendapat naungan Allah Ta’ala. Sifat itu adalah mereka sanggup menyelisihi dan melawan hawa nafsu mereka guna mengharapkan keridhaan Allah dan ketaatan kepada-Nya.
1.   Pemimpin yang adil.
Dia adalah manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari kiamat. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
“Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR. Muslim no. 3406)          
2.   Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
Hal itu karena dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya, karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di padang mahsyar.
3.    Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Sungguh Allah Ta’ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid secara umum di dalam firman-Nya:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ. رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ. لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
 “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur: 36-38)
Terkaitnya hati dengan masjid hanya akan didapatkan oleh siapa saja yang menuntun jiwanya menuju ketaatan kepada Allah. Hal itu karena jiwa pada dasarnya cenderung memerintahkan sesuatu yang jelek. Sehingga jika dia meninggalkan semua ajakan dan seruan jiwa yang jelek itu dan lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah, maka pantaslah dia mendapatkan pahala yang sangat besar.
4.   Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
Kedua orang ini telah berjihad dalam melawan hawa nafsu mereka. Hal itu karena hawa nafsu itu menyeru untuk saling mencintai karena selain Allah karena adanya tujuan-tujuan duniawiah. Makna ‘mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah’ adalah keduanya bersatu dan bermuamalah karena keduanya mencintai Allah. Karenanya kapan salah seorang di antara mereka berubah dari sifat ini (mencintai Allah), maka temannya itu akan meninggalkannya dan menjauh darinya karena dia telah meninggalkan sifat yang menjadi sebab awalnya mereka saling menyayangi. Sehingga jadilah ada dan tidak adanya cinta dan sayang di antara keduanya berputar dan ditentukan oleh ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam.
5.   Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
Yakni: Dia diminta oleh wanita yang mengumpulkan status social yang tinggi, harta yang melimpah, dan kecantikan yang luar biasa untuk berzina dengannya. Akan tetapi dia menolak permintaan dan ajakan tersebut karena takut kepada Allah. Maka ini tanda yang sangat nyata menunjukkan dia lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah daripada kecintaan kepada hawa nafsu. Dan orang yang sanggup melakukan ini akan termasuk ke dalam firman Allah Ta’ala:
وأما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (QS. An-Naziat: 40)
Dan pemimpin setiap lelaki dalam masalah ini adalah Nabi Yusuf alaihissalam.

6.   Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
Yakni dia berusaha semaksimal mungkin agar sedekah dan dermanya tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah, sampai-sampai diibaratkan dengan kalimat ‘hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya’.
Karenanya disunnahkan dalam setiap zakat, infak, dan sedekah agar orang yang mempunyai harta menyerahkannya secara langsung kepada yang berhak menerimanya dan tidak melalui wakil dan perantara. Karena hal itu akan lebih menyembunyikan sedekahnya. Juga disunnahkan dia memberikannya kepada kerabatnya sendiri sebelum kepada orang lain, agar sedekahnya juga bisa dia sembunyikan.
7.   Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.
Ini adalah amalan yang sangat berat dan tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang mempunyai kekuatan iman dan orang yang takut kepada Allah ketika dia sendiri maupun ketika dia bersama orang lain. Dan tangisan yang lahir dari kedua sifat ini merupakan tangisan karena takut kepada Allah Ta’ala.
Kemudian, penyebutan 7 golongan dalam hadits ini tidaklah menunjukkan pembatasan. Karena telah shahih dalam hadits lain adanya golongan lain yang Allah lindungi pada hari kiamat selain dari 7 golongan di atas. Di antaranya adalah orang yang memberikan kelonggaran dalam penagihan utang. Dari Jabir radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau menggugurkan utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR. Muslim no. 5328)
2.    10 Kelompok terjelek hari kiamat
Disebutkan dalam Al Qur’an
يوم ينفح  فى الـصور فتأتون  افواجا   النباء  18
"Pada hari sangkakala ditiup (yang kedua) engkau semua datang segolongan demi segolongan"
Terkait ayat ini ada sebuah hadis:

عن البراء بن عازب، وقال: كان معاذ بن جبل جالساً قريباً من رسول الله في منزل أبي أيوب الأنصاري. فقال معاذ: يا رسول الله أرأيت قول الله تعالى: يوم ينفخ في الصور فتأتون أفواجا؟.. فقال:
Shahabat Muadz bin Jabal ra. bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang maksud dari surat An Naba’ di atas, ketika menerima pertanyaan ini tiba-tiba Beliau menangis sesenggukan, dan kemudian bersabda :
يامعَاذُ: لقدْ سَألتَ عَنْ امرٍ عَظـــــــــيْمٍ. ثم أرسل عينيه تـُحْشرُ عَشْرَةُ اصْـنَافٍ منْ  امـتىْ اشْـتَاتًا، قَدْمَيَّـزَهُمُ اللهُ مِن جمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَبــَدَّلَ صُوَرَهُمْ:
فمـنـْهُـمْ مَنْ هُوَ عَلى صُوْرَةِ الْقِرَدَةِ، فمـنـْهُـمْ مَنْ هُوَ عَلى صُوْرَةِ الْخَـنَازيْرِ، ومنهم مُنَكِّسُوْنَ ارْجُلَهـُمْ اَعْلاَهُمْ يُسْحَبُوْنَ على وجوهِهِمْ، ومنهم من يُحْشَرُ اَعْمَى يُـقَادُ، ومنهم من يُحْشَرُ اَصُمَّ اَبْكَمَ لَايَعْقِلُ، ومنهم من يُحْشَرُ يَمْضَغُ لِسَانَهُ وهو مُدْلًى على صَدْرِه يَسِيْلُ القَـيْعَ مِنْ فِيْه يَـقْذِرُهُ اهْلُ الْجَـمْعِ، ومنهم من يُحْشَرُ مُقَطَّعَ  الْيَدَيْنِ والرِّجْلَـيْنِ ، ومنهم من يُحْشَرُ مـَصْلوْبـًا على جُذُوْعِ  النَّخْلِ من النـَّـار، ومنهم من يُحْشَرُ اشَدَّ نَتـِنًا من الْجِيْفِ، ومنهم من يُحْشَرُ وهو لَابِسٌ جَلَابِيْبَ من قَطِرَانٍ .
1.    فأمَّا الذين على صُوْرَةِ القِـرَدَةِ فَهُمُ النَّـمَّامُوْنَ،
2.    وأمـّا الذين على صورة الخــَنَازيـْرِ فأكلــةُ  السُّحْطِ وَالْحَـرَامِ،
3.    وأمـا الْمُنَكِّسُوْنَ رُؤُسَهُمْ وَوُجُوْهَهُمْ فأكلـة الرّبـَا،
4.    وأما الْعـَمَى فهم الذين  يَجُـوْرُوْنَ فى الْحُكْمِ،
5.    وأما الصُّمُّ البُكْمُ فَهُمُ الذِيْنَ يُعْجِبُوْنَ بِاَعْمَالِهِمْ ،
6.    وأمـّا الذين يَمْضَغُوْنَ اَلْسِنَتِهُمْ وهي مُدْلَاةُ على صُدُرِهِمْ فَالْقَضَاصُ الذيْنَ تُخَالِفُ  اقوَالُهـُمْ اَفْعَا لَهُمْ ،
7.    وأما الْمُـقَطَّعَةُ أَيـْدِيـْهِمْ وارْجُلُـهُمْ فـهُمُ الذين يـَؤْذُوْنَ جِيْرَانَهُمْ،
8.    وأما مَصْلبُوْنَ على جُذُوْعٍ من النَّار فالسُّعَاةُ بِالنَّـاسِ الى السُّلْطَانِ الْجَائـِرِ،
9.    وأما الذيْن هُمْ اَشـدُّ نَتِنًا من الْجِيْـفِ فهم الـين يَـتَـمَتَّعُوْنَ بِالشَّهَوَاتِ وَاللَّـذَّاتِ وَيَمْنَـعُوْنَ حَـقَّ اللهِ مِن اَمْوَالِـهِمْ،
10.      وأما الذين يَلْبَسُوْنَ الْجَلَابِيْبَ منَ الْقَطِرَانِ فهم اَهْلُ الْكِبْرِ وَالْفَخْرِ وَالْخُيَلَاءِ.
"Wahai Mu'adz, sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar"
Kemudian Nabi saw. menjelaskan sebagai berikut :
Maksud ayat di atas adalah bahwa kelak ada 10 kelompok dari umatku akan dikumpulkan di Makhsyar yang masing-masing golongan berbeda dengan golongan yang lain dengan rupa yang telah diganti oleh Allah swt. yaitu :
1.   Rupa/wajahnya diganti menjadi kera; Yaitu bagi mereka yang suka mengadu domba, lebih-lebih bila untuk kepentingan pribadi.
2.   Rupa/wajahnya diganti menjadi babi; Yaitu bagi mereka yang suka makan barang haram, memang barangnya haram atau cara memperolehnya yang tidak legal.
3.   Dibangkitkan dalam keadaan jungkir balik, berjalan diatas kepalanya; Yaitu bagi mereka yang suka makan barang riba
4.   Dibangkitkan dalam keadaan tuli dan bisu;  Yaitu bagi mereka yang suka pamer amal kebaikannya sendiri
5.   Dibangkitkan dalam keadaan buta; Yaitu bagi mereka yang curang dalam mengeterapkan hukum
6.   Dibangkitkan dalam keadaan mengunyah lidahnya sendiri dan lidahnya memanjang sampai di dada; Yaitu bagi juru dakwah yang dakwahnya bertolak belakang dengan kelakuannya sendiri.
7.   Dibangkitkan dalam keadaan kedua tangan dan kakinya terpotong;
Yaitu bagi mereka yang dikala hidup di dunia suka mengganggu orang lain
8.   Dibangkitkan dalam keadaan disalib di pohon dari api; Yaitu bagi mereka yang mengajak orang banyak untuk mendukung dan membela penguasa yang (nyata-nyata) tidak jujur.
9.   Dibangkitkan dalam keadaan lebih busuk dari bangkai; Yaitu bagi mereka yang suka melampiaskan nafsu syahwatnya, serta menolak hak Allah swt.
10. Dibangkitkan dalam keadaan mengenakan pakaian yang terbuat dari teer/aspal panas; Yaitu bagi mereka yang takabbur dan congkak.

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 1

XII.1.1
AL QUR’AN 5, bagian 1
                    BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
KOMPETENSI INTI
KI 1 :  Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 2

BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
A.  PETUNJUK MEMBACA AL QUR’AN
a.     Menyentuh, memegang Al Qur’an wajib suci dari najis dan hadas (punya wudhu dan tidak sedang junub)

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 3

BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS

A.  KANDUNGAN
KOMPETENSI DASAR   
3.1     Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis.

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 4

XII.1.1
AL QUR’AN 5
A.  KANDUNGAN
KOMPETENSI DASAR   
3.1   Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis.

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 5

BERFIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
A.    BERFIKIR
Menurut Poerwadarminta, berfikir adalah penggunaan akal budi manusia untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu.

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 6

BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS

PELENGKAP
Melihat kekuasaan dan keagungan Allah SWT tidak ada perkara yang sulit. Di alam raya ini tak terhitung banyaknya tanda-tanda yang menunjukkan hal itu. Semuanya dapat kita saksikan dengan mata kita dan kita indra dengan anggota-anggota tubuh yang lain. Bahkan, pada diri kita sendiri pun luar biasa banyaknya tanda kekua­saan Allah jika kita mau memikirkannya. Ayat-ayat berikut ini, yakni ayat 190 dan 191 surah Ali ‘Imran, mengingatkan kita ihwal tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini dan perihal mereka yang memi­kirkannya. Marilah kita perhatikan dengan seksama kedua ayat itu dan kita simak pula penafsirannya sebagaimana dihim­punkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

KUR 2013.XII.1.2 IMAN KEPADA HARI AKHIR, bagian 1

XII.1.2
IMAN PADA HARI AKHIR
KOMPETENSI INTI
KI 1 :  Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :  Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-  aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan  alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :  Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan  wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 :  Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
1.1     Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Hari Akhir
Indikator Pencapaian Kompetensi
1.1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Hari Akhir.
2.5     Menunjukkan sikap mawas diri dan taat beribadah sebagai cerminan dari kesadaran beriman kepada hari akhir
3.3     Memahami makna iman kepada Hari Akhir
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Mampu menjelaskan pengertian iman kepada Hari Akhir
3.3.2 Mampu menjelaskan fungsi iman kepada Hari Akhir
3.3.3 Mampu menunjukkan perilaku iman kepada  Hari Akhir
3.3.4 Mampu menjelaskan hikmah beriman kepada Hari Akhir
3.3.5 Mampu menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir
4.5     Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Hari Akhir.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.5.1 Siswa mampu menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Hari Akhir.
4.5.2 Siawa mampu menampilkan perilaku mulia sebagai cerminan iman kepada Hari Akhir.
4.5.3 Siswa dapat membedakan orang yang beriman dan tidak beriman kepada Hari Akhir.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.  Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Hari Akhir.
2.  Memahami makna beriman kepada Hari Akhir.
3.  Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Hari Akhir.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
·     Mengamati
-      Menyimak bacaan al-qur’an yang terkait dengan iman kepada hari akhir secara individu maupun kelompok.
-      Mengamati tayangan video tentang ilustrasi peristiwa kiamat (Hari Akhir)
·     Menanya
-      Mengajukan pertanyaan, misalnya tentang makna Hari Akhir, peristiwa terjadinya kiamat, bagaimana menusia mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan balasan bagi orang-orang atas amal perbuatannya.
·     Eksperimen/Eksplore
-      Diskusi tentang prosesnya terjadinya kiamat dalam persfektif al-Qur’an,
-      Diskusi tentang bagaimana menusia mempertanggung jawabkan perbuatannya di hari akhirat, dan balasan bagi orang-orang atas amal perbuatannya.
·     Assosiasi
-      Menyimpulkan makna Hari Akhir dan bagaimana terjadinya peristiwa kiamat,
-      Menyimpulkan bagaimana menusia mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan balasan bagi orang-orang atas amal perbuatannya.
·     Komunikasi
-      Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang tentang makna Hari Akhir, peristiwa terjadinya kiamat, bagaimana menusia mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan balasan bagi orang-orang atas amal perbuatannya.
-      Menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi, dan menyanggah).
-      Membuat  resume pembelajaran di bawah bimbingan guru.



A.  HARI KIAMAT SEBAGAI HARI PEMBALASAN YANG HAKIKI
Percaya dan yakin akan tibanya hari akhir merupakan kepercayaan prin­sip dalam Islam, arti dari keyakinan ini bahwa pada suatu saat nanti alam semesta akan mengalami kehancuran total dan semua mahluk hidup akan mengalami kematian setelah ditiupnya sangkakala yang pertama oleh Malaikat Isrofil.
Kebangkitan kembali akan terjadi setelah adanya tiupan sangkakala yang kedua, kemudian dilanjutkan dengan pertanggung jawaban manusia akan semua yang telah diperbuatnya di dunia, inilah awal dari kehidupan akhirat yang kekal, tempat manusia menerima pembalasan yang hakiki dari Allah swt. yaitu berupa sorga dengan segala kenikmatannya yang tiada tara magi yang benar-benar bertaqwa atau neraka dengan segala kepedihan siksanya bagi yang durhaka.
Kehancuran total alam beserta isinya merupakan periode pertama dari hari akhir atau kiamat, sedangkan periode kedua adalah kiamat dalam arti kebangkitan kembali dari kematian atau juga disebut dengan Yaumul Baats..
1.    Hari Akhir Menurut Al Qur’an
Hari akhir/Kiamat pada priode pertama dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.  Kiamat Sughro.
Al Qur’anul Karim menjelaskan sebagai berikut :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِـقَــةُ الْمَـوْت.  
Artinya :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. QS Ali Imran  185
Kematian dari tiap-tiap yang berjiwa inilah yang isebut dengan “Kiamat Sughro”, yakni kematian setiap makhluk, setiap individu yang disebabkan oleh berbagai sebab, antara lain penyakit, kecelakaan lalulintas, bencana alam dan lain-lain.
Semua penyebab kematian itu sebenarnya hanyalah penyebab fisik, penyebab perantara, sedangkan penyebab utamanya adalah terpisahnya ruh dari jasad manusia, dan hal ini terjadi karena Malaikat Izrofil telah mencabut ruh dari jazad  sesuai ajal  yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Allah swt.
Tentang kapan setiap individu akan mengalami kematian ? Persoa­lan ini hanya Allah swt. yang mengetahuinya secara pasti, sebab kematian itu hanya terjadi atas dasar izin dan kehendakNya semata, bukan karena rekayasa atau kehendak dari Malaikat apalagi manusia itu sendiri. Perhatikan firman Allah swt. berikut :
وَمَا كَانَ لـنَفس أنْ تَمُوْتَ إِلَّا بـِإِذْنِ الله كِتَابًا مُؤَجَّـلا 
Artinya  :
Sesuatu yang  bernyawa  tidak  akan  mati  melainkan seizin Allah, sebagai ketetapan yang tertentu waktunya”  QS. Ali Imron : 145
Setelah terjadinya kematian, bagi mereka yang bertaqwa (shalih) maka ruhnya ditempatkan di Illiyyin, sedangkan yang durhaka ditempatkan di Sijjin. Sementara itu jasad tetap terbaring di kubur, tetapi sewaktu diperlukan ruhnya akan masuk kembali dengan izin Allah swt.
Jazad manusia yang telah mati akan terbaring di alam barzah sampai dibangkitkannya kembali nanti pada yaumul Baats, kondisi mereka di kubur merupakan gambaran dari kehidupan berikutnya di akhirat, ini sesuai dengan hadis Nabi saw.
اِنَّ القَبْرَ اوَّ لُ مَنازِلِ الاخرةِ فانْ نجَـامنْـه صَاحبُـهُ فـمَا بَعْـدَهُ اَيـْسَرَ منـه وان لم يـَنْجُ منـه فـما بعـدهُ اشـدُ منـه. رواه  الـتر مذى وابن ماجه  والحاكم
Artinya :
Sesungguhnya alam kubur itu merupakan tahapan pertama dari alam akhirat. Apabila seseorang telah selamat dalam tahap pertama ini, maka untuk tahapan berikutnya akan lebih ringan. Tetapi kalau dalam tahap pertama tidak selamat, maka untuk tahap selanjutnya akan lebih dahsyat. HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim
b.  Kiamat Kubro
Kiamat Kubro artinya kiamat besar, yaitu hancurnya alam dan isinya secara serempak, sebagai akhir dari kehidupan di dunia.  Di dalam Al Qur’an sendiri menggariskan :
كل شَيْء هَالكٌ إلا وَ جْـهَـهُ لهُ الحُكْمُ وَ إلـيْه تـُرْجَـعُـوْنَ.
Artinya :
Segala sesuatu pasti binasa kecuali Allah, BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepadaNyalah kamu dikembalikan.  QS. Al Qashas : 88
Tentang kapan terjadinya hari kiamat tersebut, tiada satu mahlukpun yang mengetahuinya, tidak terkecuali para Malaikat ataupun Rasul. Pengetahuan tentang hal ini semata-mata milik Allah swt. yang merupakan rahasia kebesaran dan keagunganNya.
انَّ اللهَ عِنْــدَهُ عِلْمُ السَّــاعَـةِ.
Artinya :
Sesungguhnya Allah sendirilah yang memiliki pengeta­huan tentang hari kiamat” QS. Luqman : 34
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي لاَ يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لاَ تَأْتِيْـكُمْ إِلاَّبَغْـتَةً يَسْأَلُوْنَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَـــنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللّهِ وَلَـكِنَّ أَكْــثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ.
Artinya :
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". QS Al A’rof ayat 187.
                       
Malaikat Jibril pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang kapan tiban­ya hari kiamat, Nabi saw. menjawab bahwa yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Kemudian Malaikat Jibril bertanya tentang tanda-tanda datangnya kiamat, jawaban Nabi saw. sebagai berikut :
ان تلـــــــدَ الامَـةُ رَ بَـتـهَـا وانْ تُـرَى الخُـــــــــــــفَاةُ العُـرَ ةُ الـعَالــــــــــــةُ  رعَـاء الشـــــــــــــــــــاةِ يَــتـطـوَلـوْن فى البــنـيان      رواه  ابن ماجـه
Artinya :
Jika seorang budak melahirkan anak majikannya dan apabila engkau  melihat  orang-orang  yang tidak beralas kaki, telanjang lagi miskin, serta para penggembala kambing hidup bermegah-megahan dalam gedung yang besar-besar. HR. Ibnu Majah.
Tentang peristiwa saat terjadinya kiamat, antara lain digam­barkan oleh Al Qur’an dalam surat Az Zalzalah 1-6
إِذَا زُلْـــزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْـزَالَهَا. وَأَخْـرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْــــقَالَهَا. وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا. يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا. بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَها.  يَوْمَــئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتاً لِّيُرَوْا أَعْمَالَـــهُمْ
Artinya :
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. QS. Az Zalzalah 1-6
Dalam ayat di atas Allah swt. membeberkan betapa dahsyatnya peristiwa kiamat tersebut, demikian pula betapa manusia kebingun­gan melihat situasi yang demikian itu, kemudian setelah kejadian super dahsyat itu, manusia akan dibangkitkan lagi dari kuburnya masing-masing guna menerima balasan dari perbuatannya selama di dunia.
Kemudian dalam surat Al Qariah dijelaskan sebagai berikut :
الْقَارِعَةُ. مَا الْقَارِعَةُ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ. يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ. وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنفُوشِ.
Artinya :
Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. QS. Al Qari’ah 1- 5
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ. وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ. وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ. وَإِذَا الْعِـــشَارُ عُـــــطِّلَتْ. وَإِذَا الْوُحُـــــوْشُ حُشِرَتْ. وَإِذَا الْبِـــحَارُ سُجِّـــــــــــرَتْ. 
Artinya :
Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, QS. At Takwiir 1-6
Dalam Al Qur’an terdapat satu ayat dari surat An Naba’ ayat 18, yang bebunyi :
يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا
Artinya :
"Pada hari sangkakala ditiup (yang kedua) engkau semua datang segolongan demi segolongan"
Shahabat Muadz bin Jabal ra. bertanya kepada Rasulullah saw. maksud dari surat An Naba’ tadi, ketika menerima pertanyaan ini tiba-tiba Beliau menangis sesenggukan, dan kemudian bersabda :
يـَامُعَادْ: لَقَـدْ سَــأَلْتَ  عَنْ أَمْرٍ عَظِيمْ
"Wahai Mu'adz, sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar"
Kemudian Nabi saw. menjelaskan sebagai berikut :
Maksud ayat di atas adalah bahwa kelak ada 10 macam dari umatku akan dikumpulkan di Makhsyar yang masing-masing golongan berbeda dengan golongan yang lain dengan rupa yang telah diganti leh Allah swt. yaitu :
1.   Rupa/wajahnya diganti menjadi kera; Yaitu bagi mereka yang suka mengadu domba, lebih-lebih bila untuk kepentingan pribadi.
2.   Rupa/wajahnya diganti menjadi babi; Yaitu bagi mereka yang suka makan barang haram, memang barangnya haram atau cara memperolehnya yang tidak legal.
3.   Dibangkitkan dalam keadaan jungkir balik, berjalan diatas kepalanya; Yaitu bagi mereka yang suka makan barang riba
4.   Dibangkitkan dalam keadaan keadaan tuli dan bisu;  Yaitu bagi mereka yang suka pamer amal kebaikannya sendiri
5.   Dibangkitkan dalam keadaan keadaan buta; Yaitu bagi mereka yang curang dalam mengeterapkan hukum
6.   Dibangkitkan dalam keadaan keadaan mengunyah lidahnya sendiri dan lidahnya memanjang sampai di dada; Yaitu bagi juru dakwah yang dakwahnya bertolak belakang dengan kelakuannya sendiri.
7.   Dibangkitkan dalam keadaan keadaan kedua tangan dan kakinya terpotong; Yaitu bagi mereka yang dikala hidup di dunia suka mengganggu orang lain
8.   Dibangkitkan dalam keadaan keadaan disalip di pohon dari api; Yaitu bagi mereka yang mengajak orang banyak untuk mendukung dan membela penguasa yang (nyata-nyata) tidak jujur.
9.   Dibangkitkan dalam keadaan lebih busuk dari bangkai; Yaitu bagi mereka yang suka melampiaskan nafsu syahwatnya, serta menolak hak Allah wst.
10. Dibangkitkan dalam keadaan keadaan mengenakan pakaian yang terbuat dari teer/aspal panas; Yaitu bagi mereka yang takabbur dan congkak.
Kemudian Nabi saw. Juga pernah menjelaskan dalam hadisnya bahwa kelak di makhsyar hanya ada 7 golongan yang mendapat perlindungan khusus dari Allah swt. :
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. متفق عليه
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1.   Pemimpin yang adil.
2.   Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
3.   Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
4.   Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
5.   Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
6.   Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7.   Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)