Wednesday, 6 March 2013

YANG TERSISA DI INDONESIA




"hanya siswa dan guru"

Pendahuluan
"Siswa dan Guru" yang berkwalitas satu-satunya harapan masa depan Indonesia.
Sejak jatuhnya rezim Soeharto sudah 3 Presiden memimpin Indonesia, 4 dengan SBY. Akan tetapi harapan terwujudnya masyarakat Indonesia yang makmur, adil, beradab dan berpendidikan sesuai maksud yang terkandung dalam pembukaan UUD 45 rasanya semakin sulit terwujud.
Era Reformasi hanya lebih banyak menjanjikan harapan yang enak didengar oleh telinga dan menjadi bahan angan-angan yang tak berkesudahan.
Krisis Indonesia menjadi semakin komplek dan sempurna karena Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat menjawab kebutuhan dasar bangsa Indonesia dan kemampuan untuk bersaing secara global. Sementara itu perbaikan sistem pendidikan hanya berkisar pada persoalan yang sebenarnya bukanlah persoalan pokok, dan lebih pada setumpuk harapan yang bahan pokoknya tidak tersentuh sama sekali.
Ironis karena pada saat yang bersamaan Pemerintah menginginkan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan, sementara itu usaha perbaikan pendidikan di Indonesia ibarat bangunan hanya memperbarui CAT dan INTERIOR padahal sebenarnya yang rapuh adalah fondasi dan model bangunan yang telah ketinggalan. 
Hiroshima dan Nagasaki Jepang ketika hancur oleh bom tentara sekutu, pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Kaisar Jepang saat itu adalah "berapa jumlah guru yang tersisa" ?. inilah sebenarnya yang kemudian menjadikan Jepang EKSIS dalam bidang pengembangan ilmu dan teknologi saat ini.
Persoalan pendidikan di Indonesia yang paling mendasar adalah bagaimana menyiapkan generasi muda yang betul-betul berkwalitas lahir dan bathin, dalam arti lain memiliki kompetensi yang memadai untuk menjadi masyarakat yang modern, kritis, kreatif, menguasai ilmu dan teknologi (dan penerapannya) serta memliki loyalitas yang tinggi terhadap Negara dan Agamanya, memiliki keunggulan untuk bersaing secara global dalam pergaulan dunia, inlah sebenarnya yang disebut Pancasilais.
Persoalan ini hanya mampu dijawab oleh penataan pendidikan yang komprehensif dan sistem pendidikan yang unggul. Dalam kaitan ini yang paling esensial adalah menyiapkan tenaga pendidik sejak dini sehingga pada gilirannya nanti akan tersedia SDM yang memiliki keunggulan intelektual, inovatif dan memiliki semangt dan kreatifitas yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar.
Penyiapan SDM "Guru & Dosen" yang berkwalitas
Pemerintah saat ini dengan kurikulum KTSP nya (yang kabarnya akan akan muncul lagi kurikulum 2013) telah mengambil langkah-langkah nyata, akan tetapi sayang masih belum menyentuh akar permasalahan. Sebab dengan bekal kemampuan dasar "maaf" guru/dosen yang tidak di atas rata-rata (sebagian besar ?) sungguh sangat sulit mengharapkan perubahan yang signifikan.
Fakta yang bisa diungkap adalah lulusan SMA (SMAN 1 Jember) yang memilih untuk melanjutkan di PT jurusan kependidikan sangat sedikit yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, umumnya dari mereka yang memiliki prestasi gemilang selama di SMA justru memilih jurusan teknik dan kedokteran. Bila demikian yang terjadi sungguh sangat mudah untuk diprediksi. Mereka tidak memilih kuliah jurusan kependidikan karena alasan yang sangat rasional, yaitu masa depan “guru” kurang menjanjikan.
Dalam kaitan ini sebenarnya sangat jelas bahwa tidak mungkin “Mereka” akan memilih mejadi guru bila kondisi sosial ekonomi guru seperti yang ada sekarang ini. Realistis mustahil.
Tersedianya tenaga Kependidikan “Guru / Dosen” yang berkompeten dibidangnya serta memiliki keunggulan di atas rata-rata, sunguh merupakan prioritas pertama dan utama dari pembangunan Indonesia kedepan.
Data siswa berprestasi (peringkat 1 sd 10) siswa SMAN 1 Jember rata-rata dari mereka melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tnggi non Keguruan. UI, UGM, UNAIR, UNIBRAW (jurusan non kependidikan) ITB, IPB, ITS dan STAN menjadi pavorit siswa SMA Negeri 1 Jember dalam peringkat ini.
Sertifikasi Guru
Lagi-lagi hal ini merupakan langkah pemerintah yang justru semakin menjauh dari tercapainya program peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, ada beberapa alasan yang ingin saya kemukakan disini :
1.      Dengan sertifikasi yang hanya mengandalkan data administrasi dan portopolio sama-sekali tidak signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Sertifikasi hanya lebih berorientasi kepada kesejahteraan guru, bila ini tujuannya alangkah lebih baiknya para guru langsung saja mendapatkan tambahan tunjangan kesejahteraan. Cara ini lebih praktis, murah dan efisien tanpa harus mengeluarkan tambahan biaya misalnya untuk biaya asesor yang kabarnya mencapai 2 juta rupiah perportopolio, bila ini betul maka untuk biaya penelitian berkas portopolio saja bisa menghabiskan dana ratusan milyar rupiah.
2.      Dengan kondisi guru yang ada sekarang, setelah mereka lulus sertifikasi mereka dihadapkan dengan setumpuk tugas berat yang disertai ancaman (hiden) tppnya tidak akan cair bila tidak begini dan tidak begitu, sementara kondisi guru yang ada sangat kesulitan untuk melakukan itu. terutama yang terkait dengan pengumpulan poin pengembangan guru ( keikut sertaan dalam seminar dan karya ilmiah).
3.      Bila cara sertifikasi ini diteruskan, maka sampai kapan hal ini akan berakhir, sementara itu guru-guru baru akan terus bertambah dengan kompetensi yang sama seperti para guru yang sudah ada.
Lembaga Pencetak tenaga Kependidikan “Guru / Dosen”
Ini merupakan langkah darurat yang harus segera direalisasikan, bila bangsa indonesia masih berharap mampu bersaing secara global. Ingat di Asia saja negara kita tercinta ini masih dibawah Malaysia, India dan Vetnam.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :
1.       Membuka sekolah khusus (SPG = Sekolah Persiapan Guru) (setingkat SMA) yang hanya menerima siwa yang memiliki keunggulan akademik, untuk tahap pertama bisa dengan ikatan dinas.
2.       Siapkan Lembaga yang nantinya akan menjadi penerima siswa dari SPG tersebut.
3.       Tenaga pengajar (dosen) pada lembaga tersebut harus betul-betul pilihan.
4.       Pastikan secara konkrit bahwa calon guru tersebut setelah selesai kuliah akan mendapat fasilitas yang mamadai. Bahwa mereka tidak perlu lagi mencari tambahan penghasilan di luar tugasnya, sehingga mereka betul-betul fokus dan konsen terhadap tugasnya sebagai guru.
Ingat, bahwa pepatah yang menyatakan bahwa “guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa” sudah tidak menarik lagi didengar oleh generasi muda, rata-rata dari mereka relistis dan fragmatis.
Penutup
Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang menjadikan “PENDIDIKAN” sebagai prioritas utama dan pertama. Mustahil bangsa Indonesia akan mampu menyelesaikan krisis yang berkepanjangan bila tetap mengabaikan peningkatan mutu pendidikan.

drs. noer faqih arsyi ys.
guru agama Islam SMAN 1 Jember


Data pribadi :
Nama Lengkap                        : drs. noer faqih arsyi yusuf
Agama                                     : Islam
Tempat, tgl lahir                      : Situbondo Jawa Timur, 14 Agustus 1959
Alamat                                                : Jl. KH. Siddiq 041 Jember.
Pekerjaan                                 : Guru Agama Islam SMAN 1 Jember, Ketua Tim
   Perencana dan Pengembangan SMA Negeri 1 Jember
Pendidikan                              : SDN 1 Mangaran Sirubondo
                                                  MI Fahus Salafi (sore)
                                                  PGAN 4 Tahun Situbodo
                                                  PGAN 6 Tahun Jember
                                                  Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Jember (BA)
                                                  S 1 FKIP Jurusan BK, Universitas Moch. Sroeji Jember.
                                                 PPI As Shiddiqi Putera Jember
Istri                                          : Ken Ismi Asiati Afrik Rozana
Tempat, tgl lahir                      : Jember, 21 Maret 1965
Anak                                       : 1. M. Fihris Balada Billah (L) 24 th. Mahasiswa Fak
      Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan Univ Jember
  2. M. Ulin Nuha (L) 17 th. Kls XII SMAN 1 Jember (IS)
  3. M. Nadhief Musytaqi (L) 10 th. Kls 5 MI
Pengalaman Organisasi           : 1. Ketua PMII Rayon Fak. Tarbiyah IAIN Jember
                                                  2. Wakil Ketua Senat Mahasiswa
                                                  3. Ketua MGMP PAI Kabupaten Jember
                                                  4. Sekretaris RMI (Ikatan Podok Pesantren Indonesia)
      Cabang Jember

No comments:

Post a Comment