Friday 5 December 2014

KUR 2013.XI.2.4 KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH, bagian 2



KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
2.  TABLIGH / DA’WAH
Dalam buku “ Sejarah Kebangjitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia” oleh KH. Saifuddin Zuhri halaman 41, dijelaskan:

KUR 2013.XI.2.4 KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH, bagian 1


KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
KOMPETENSI INTI                      
KI 1 :    Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-  aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan  alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :    Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan  wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 :    Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR                      
3.10   Memahami pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10.1  Mampu menjelaskan pengertian khutbah, tabligh dan dakwah
3.10.2  Mampu menjelaskan tata cara khutbah, tabligh dan dakwah yang baik
4.12   Mempraktikkan khutbah, tabligh, dan dakwah
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.12.1  Mampu menyusun konsep / naskah khutbah, tabligh dan dakwah
4.12.2  Mampu mempraktekkan khutbah, tabligh dan dakwah dengan baik
Tujuan Pembelajaran
1.   Siswa dapat menjelaskan pengertian khutbah, tabligh dan dakwah
2.   Siswa dapat menjelaskan tata cara khutbah, tabligh dan dakwah yang baik
3.   Siswa dapat mempraktekkan khutbah, tabligh dan dakwah dengan baik



1.  KHUTHBAH

a.   Khotib Jum’at

Khotib adalah orang yang melaksanakan khutbah (pidato) dalam rangkaian pelaksanaan shalat Jum’at. Khutbah Jum’at merupakan salah satu persyaratan sahnya shalat Jum’at, shalat jum’at menjadi tidak sah bila tanpa khutbah atau bila khutbahnya tidak sah.
Orang yang berkhutbah Jum’at perlu mengetahui beberapa ketentuan sebagai khotib, yaitu :
a.   Mengetahui persyaratan pelaksanaan khutbah Jum’at.
b.   Mengetahui rukun-rukun khutbah Jum’at.
c.   Mengetahui surat-surat khutbah Jum’at.
d.   Bia membaca Al-Qur’an dengan fasih.
e.   Memiliki akhlaq atau budi pekerti yang mulia.
f.   Memiliki pengetahuan tentang Islam yang memadai.
g.   Suaranya jelas dan mudah dimengerti oleh jamaah Jumat.
h.   Akil dan baligh, maksudnya orang yang sehat jiwanya dan sudah dewasa.

b.   Syarat Khutbah Jum’at
Pelaksanaan khutbah Jum’at menggunakan persyaratan sebagai berikut :
a.   Dilakukan pada waktu masuk Dhuhur pada hari Jum’at.
b.   Khotib harus seorang laki-laki
c.   Khotib melaksanakan khutbah Jum’at dengan berdiri, baru duduk diantara dua khutbah.
d.   Aurat harus tertutup sebagaimana yang berlaku saat sholat.
e.   Menertibkan rukun khutbah.
c.   Rukun Khutbah Jum’at
Khutbah Jum’at terdiri dari dua khutbah, keduanya terdiri enam rukun.
Rukun khutbah Jum’at sebagai berikut :
1.   Melafalkan hamdalah, yang berarti mengucapkan pujian kepada Allah SWT.
2.   Mengucapkan dua kalimat syahadat.
3.   Mengucapkan sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
4.   Mengajak taqwa dengan wasiat peningkatan iman, amal, tawakkal, amalshalih dan lain-lain.
5.   Membaca Al Qur’an setidak-tidaknya satu ayat.
Kelima rukun ini berlaku untuk khutbah pertama sekaligus berlaku pula untuk khutbah kedua. Sedangkan pada khutbah kedua harus ditambah satu rukun lagi yaitu rukun keenam : Berdoa,  memohon ampunan kepada Allah swt. untuk keselamatan dan kesejahteraan kaum muslimin dan muslimat di dunia khususnya di akhirat kelak.
d.   Sunat Khutbah       
Untuk melangsungkan khutbah Jum’at disunatkan memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.   Khotib berada di tempat yang lebih tinggi
2.   Suara khotib harus jelas dan keras agar jamaah di tempat yang paling belakang bisa mendengarkan wasiatnya.
3.   Khotib menghadap pada jamaah agar komunikasi antara dia dan jamaah mantap.
4.   Khotib sunat mengucapkan salam sebelum memulai khutbah pertama kemudiaan duduk sebentar mendengar adzan yang dikumandangkan bilal.
5.   Diantara dua khutbah disunatkan membaca surat Al-Ikhlas.
6.   Uraian khutbah Jum’at tidak perlu panjang, sesuai hadits tentang Rasulullah dari Jabir R.A. :
انه كان لايطـيـل المــوعـظـةَ يـوْمَ الجـمعـة انـما هـي كلماتٌ يســيراتٌ.     رواه ابو داود
Artinya :   “Nabi Muhammad SAW. tidak memanjangkan nasihatnya pada hari Jum’at, sesungguhnya beliau hanya menyampaikan kalimat-kalimat yang ringkas. H.R. Abu Dawud.
7.   Jama’ah Jum’at hendaknya memperhatikan [mendengarkan) khutbah yang sedang dibacakan, baik mengert atau tidak maksud dari khut­bah tersebut. Perhatikan hadis Nabi saw. berikut :
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِــبِكَ أَنْـصِتْ يَـوْمَ الْجُمُــعَـةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَـقَــــــــــدْ لَـغَــوْتَ.     رواه  البخارى 
Artinya :   “Apabila engkau berkata kepada temanmu pada hari Jum’at “dengar/perhatikanlah” ketika khutbah sedang berlangsung, maka rusaklah ibadah jum’atmu. HR. Bukhari


E.   Praktek Khutbah
Praktek khutbah Jum’at dilakukan oleh semua siswa, khususnya siswa laki-laki, pada saat praktek hendaknya materi-materi di atas diperhatikan dengan baik.
Praktek khutbah Jum’at bisa dengan membawa teks khutbah atau tanpa teks, dan yang harus lebih ditekankan tentang praktek ini ialah persiapan khutbah pertama atau kedua karena rukun-rukun khutbah Jum’at harus disampaikan dengan urut atau tertib.
F.   Fungsi Khutbah
Khutbah Jum’at yang dilakukan setiap hari Jum’at merupakan ibadah rutin  yang wajib hukumnya. Ibadah ini tidak  boleh  ditinggalkan oleh  laki-laki yang akil baligh dan tidak udzur karena  berbagai sebab.
Khutbah Jum’at memiliki fungsi antara lain :
1.   Mengingatkan umat agar selalu bertaqwa, menjaga iman dan Islam karena Allah swt.
2.   Berfungsi pula memberikan doktrin sesuai  kebenaran ajaran Islam.
3.   Khotib Jum’at mengingatkan ummat untuk meningkatkan amal sholeh.
4.   Di dalam khutbah Jum’at bisa diisi motivasi untuk mendorong jamaah menjalani hidup penuh semangat di jalan yang diridloi Allah swt.
5.   Khotib bisa pula mengkaitkan isi khutbah untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan.

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 4



PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM
B.     ASURANSI
2.   Asuransi yang Islami
Untuk menghindarkan dari perbedaan pendapat di atas tentang hukum asuransi, maka ketiga unsur tersebut di atas agar ditiadakan sehingga lebih bersifat tolong menolong dan saling menjamin, tidak ada pihak yang dirugikan sementara yang lain meraih keun­tungan.

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 3



PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM
Bentuk Praktek Ekonomi Dalam Islam
Sejak dulu dalam dunia Islam sebenarnya telah dikenal beberapa bentuk praktek ekonomi, yaitu :

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 2



PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM
Dalil Al Qur’an dan hadis Nabi saw. terkait ekonomi Islami
A.   Ayat Al Qur’an:
1.     QS Al Baqarah ayat 275
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ
ü  Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 1



PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM
KOMPETENSI INTI                      
KI 1 :    Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-  aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan  alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KUR 2013.XI.2.2 IMAN PADA RASUL-RASUL ALLAH, bagian 3

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

D.    NABI MUHAMMAD SAW. RASUL TERAKHIR
Siswa memahami, meyakini dan mengimani Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang terakhir dan mempedomaninya dengan mengetahui dalil naqli dan aqlinya
Tepat pada tanggal 17 Ramadhan, tanggal 6 Agustus tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, pada saat Beliau sedang berkhalwat di gua Chira’, turunlah 5 ayat pertama dari surat Al Alaq sebagai  pertanda kerasulan dan  dimulainya babak baru penyiaran Islam  yang merupakan agama penyempurna dan pengganti dari agama-agama sebelumnya yang  sudah habis masa berlakuknya dan telah banyak mengalami perubahan atau telah diselewengkan oleh peme­luknya, sehingga melenceng dari kepercayaan monotheisme (Tauhid), dimana Rasul sebagai pembawa agama dari Allah swt. tidak lagi mereka anggap sebagai manusia biasa, akan tetapi justru diyakini sebagai anak Tuhan.
Penegasan bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw. itu untuk disampaikan kepada umatnya, dapat dilihat dari wahyu yang datang setelahnya, yaitu :
يَاأَيُّــهَا الْمُـــــــــدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ.    المدثر  : ١-٣
Artinya :   Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah”.  QS. Al Mudassir : 1 - 3
Nabi Muhammad saw. diutus   untuk menyampaikan syariat Islam bagi  seluruh  umat manusia  di seantero dunia ini, tidak terkecuali mereka yang telah menganut suatu agama samawi, semuanya terkena seruan syariat Islam ini, agar mereka mengakui serta tunduk akan kerasulan Nabi Muhammad saw. seperti difirmankan oleh Allah swt.  berikut :
وَمَا أَرْسَـــــلْـنَاكَ إِلا كَافَّــةً لِلــــــنَّاسِ بَشِيرًا وَنَـذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ الــنَّاسِ لَايَـعْلَـــــمُونَ.    سـباء  : ٢٨
Artinya  :  Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan  pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. QS. Saba’ : 28
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّـمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.  الاعـراف  : ١٥٨
Artinya :   Katakanlah : “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada  Allah  dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia, supaya kamu menda­pat petunjuk”.  QS. Al A’raf : 158
Nabi Muhammad saw. memulai seruannya dengan ajaran tauhid, yaitu tidak ada Tuhan selain Allah swt., yang berhak disembah dan dimohon petunjuk dan pertolonganNya, menyerukan pula agar memamfaatkan harta benda di jalan yang baik sesuai dengan petunjuk agama, tolong menolong di dalam kebaikan dan lain sebagainya sesuai dengan fitrah manusia, agar manusia dapat meraih hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Diserukan pula bahwa dalam pandangan Allah swt. manusia memiliki kedudukan yang sama dan hanya taqwalah yang dapat membedakan mereka di sisi Allah swt. Nabi Muhammad saw. merupakan Rasul terakhir, tidak akan ada lagi Nabi/Rasul setelah beliau, perhatikan firman Allah swt. berikut :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّــــــــينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.  الاحـزاب  : ٤٠
Artinya :   Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penu­tup Nabi-nabi”.  QS. Al Ahzab : 40


E.     NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI USWATUN HASANAH
Setiap Rasul/Nabi terpelihara dari sifat-sifat tercela (ma’shum).
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul terakhir sejak di masa kanak-kanaknya sudah memiliki sifat terpuji, walaupun beliau tidak sempurna dalam asuhan ibunya dan tidak berkesempatan menuntut ilmu selayaknya anak-anak waktu itu. Gelar Al Amin justru diperoleh beliau ketika belum diangkat menjadi Rasul. Sebagai seorang Rasul, Beliau menjadi suritauladan dalam segala aspek kehidupannya, sejak dari masa kanak-kanak sampai wafatnya. Allah swt. menegaskan dalam firmanNya :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَســــــُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَـنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُـو اللهَ وَالْـيَـوْمَ الْآخِـــــــرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.  الاحـزاب  : ٢١
Artinya  :  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (dzikir)”. QS. Al Ahzab : 21
a.   Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin  keluarga
Di dalam kehidupan keluarganya, beliau merupakan suami dan bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang serta penuh tanggungjawab terhadap istri dan putera-puterinya. Beliau juga berperan sebagai teman yang mengasyikkan bila diajak bicara dan bercengkerama tanpa mengurangi kehalusan  budi dan tutur sapanya. Lebih dari itu beliau merupakan guru yang sangat tepat untuk digugu dan ditiru.
Oleh karena itu ketika ibu ‘Aisyah ditanya perihal kepribadian Nabi saw., beliau cuma menjawab dengan bahasa yang sangat singkat tapi padat :
كانَ خُــــــــــــــــــــــــــــــــــــلُـقُـهُ  الْـقُـــــــرْانَ
Artinya :   Kepribadian (Nabi saw.) merupakan kepribadian Al Qur­’an”
Jawaban yang sangat singkat tapi padat ini, sungguh mencerminkan bahwa betapa sulit menggambarkan kepribadian Nabi saw., sulit merangkai kata-kata yang betul-betul menggambarkan kepribadian Nabi saw. sebab kepribadian Nabi saw. merupakan proyeksi dari kandungan Al Qur’an yang  30 juz, oleh karenanya bila ingin menteladani Nabi saw., jalan satu-satunya hanyalah mempedomani kandungan  Al Qur’an dan hadits secara utuh.
b.   Nabi saw. sebagai pemimpin umat
Salah satu faktor utama penyebab pesatnya perkembangan dan dakwah Islam serta keberhasilan beliau di dalam memimpin umatnya adalah keluhuran budi pekerti/kepribadian beliau, seperti difirmankan oleh Allah swt. :
وَإِنَّـكَ لــَعَلى خُلُــــــــــــــــــــــــــقٍ عَـظِيمٍ.   القلم  : ٤
Artinya :   Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.QS. Al Qalam : 4
Sebagai seorang pemimpin Nabi saw. sangat dihormati dan disegani oleh kawan maupun musuhnya, beliau sangat berwibawa tapi sekaligus bisa  sangat akrab terhadap sahabatnya. Perhatikan ungkapan di bawah ini :
مَنْ رَاَهُ بـَــــــــــــــدِيْـهَـهُ هَـابــهُ وَمَنْ خَــــــــــــــــــالَـطَــهُ اَحَــبَّـهُ
Artinya :  Barangsiapa yang (pertama kali) memandangnya, beliau nampak sangat agung dan hebat (menggetarkan), akan tetapi bila telah bergaul akrab, ia kan sangat mencintainya (Nabi saw.)”.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.  التـوبـة  : ١٢٨
Artinya :  Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
Dalam perannya sebagai pemimpin umat, pribadi Nabi saw. dapat digambarkan sebagai berikut:
1.   Memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi, dirasa berat penderitan umatnya, amat kasih sayang dan selalu menginginkan kesejahteraan umatnya. At Taubah : 128
2.   Tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya, ataupun hanya mengekor pendapat pengikutnya, selalu mendahulukan musyawarah di dalam menyelesaikan suatu permasalahan umat.
3.   Tidak membeda-bedakan status sosial, suku, ras, dan golongan. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk  agama  lain, ketika  Nabi  saw.  memerintah  Madinah, pemeluk agama Yahudi dan Kristen justru mendapat perlindungan dan kebebasan menjalankan agamanya.
4.   Mengutamakan perdamaian dan sangat peduli terhadap kepentingan rakyat kecil.
c.   Nabi saw. sebagai pribadi muslim
Sebagai seorang muslim, anugerah kema’shumannya tidak menghalangi beliau untuk lebih tekun beribadah, selalu shalat malam sampai bengkak kedua kakinya, beristighfar, dzikir dan membaca Al Qur’an. Yang prinsip bahwa, beliau konsis dengan Al Qur’an dan Haditsnya.

KUR 2013.XI.2.2 IMAN PADA RASUL-RASUL ALLAH, bagian 2

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

A.    SIKAP MENGIMANI RASUL ALLAH
Dalam ranngka  memberikan  petunjuk kepada segenap umat manusia, maka Allah swt. mengutus beberapa Rasul/Nabi yang sesuai dengan kondisi masing-masing umat. Rasul adalah seorang Nabi yang mendapat wahyu dari Allah swt. untuk  disampaikan  kepada umatnya, beriman kepada para Raul berarti mempercayai dan meyakini bahwa Allah swt. telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan petunjuk-petunjukNya kepada manusia.

KUR 2013.XI.2.2 IMAN PADA RASUL-RASUL ALLAH, bagian 1



IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
KOMPETENSI INTI
KI 1 :    Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-  aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan  alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.