Friday, 1 March 2013

MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 2



AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ (2)
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER
Bagian Kedua
Awal Nyantri
Ketika mengikuti tes masuk Fakultas Tarbiyah IAIN “SUNAN AMPEL” Cabang Jember, saya bersama seorang teman “Wasian” ngampung bermalam di PPI ASHTRA beberapa malam. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk diam-diam ikut mendengarkan pengajian rutin yang diberikan oleh Kyai, dan sesekali menengok kehidupan Kyai dan keluarganya.
Lagu barat itu semakin sering saya dengar lagi ketika lewat didepan dalem (rumah) beliau. Dan saya melihat putera puteri beliau tidak seperti kebanyakan putera para kyai yang biasanya mulai kecil cudah menggunakan atribut ala pesantren, akan tetapi putera beliau beda, yang putri (belum nikah) biasa pakai rok pendek tanpa kerudung, sedang yang laki-laki berpakaian seperti layaknya pemuda pada umumnya masa itu, pakai celana jin, kaos oblong, jaket dan rambut yang nyaris gondrong.
Alhamdulilllah, begitu diterima menjadi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Cabang Jember, saya langsung minta tolong paman yang berdomisili di Jember untuk mengantar dan menyerahkan saya mondok di PPI ASHTRA, dan beberapa minggu kemudian barulah ayah saya menyerahkan langsung pada Kyai.
Di PPI ASHTRA para santri memangggil KH. Achmad Siddiq dengan sebutan “MUROBBY”, konon, cerita santri senior karena beliau bertanggung jawab pada satri seperti layaknya orang tua kandungnya dan mengangggap santri sebagai anak kandungnya sendiri, bahkan (cerita dari salah seorang putera beliau) “saya sempat iri pada santri karena bapak sangat perhatian pada santri-santrinya, kalau ada acara di rumah (seperti selametan) bapak mesti tanya “ iku arek-arek pondok opo wes dike’i mangan kabeh? / santri-santri pondok itu apa sudah pada makan semua).
Satu dua bulan di pondok ASHTRA tidak banyak yang saya dapat, khususnya terkait Murobby. Sementara yang saya tahu Murobby rutin ngimami shalat 5 waktu dengan dzikiran setelahnya yang begitu panjang bagai pondok thariqah dan memberi pengajian setiap habis maghrib serta sehabis shalat shubuh, malam minggu dan minggu pagi pengajian libur, malam senin sehabis isya’ kegiatan rutin pengamalan aurad Dzikrul Ghafilin untuk umum dan malam selasa juga untuk umum pengajian kitab Ihya’ Ulumuddin.
Malam minggu, Murobby seakan memberi kesempatan pada santri untuk melihat dunia di luar pondok, para santri banyak yang keluar pondok walaupun hanya sekedar lingkot (keliling kota). Pagi harinya seusai shalat shubuh dan dzikiran yang begitu panjang, semua santri diharuskan RO’AN, bersih-bersih lingkungan pondok dan olah raga ala kadarnya.
Dari sisi santri, umumnya santri ASHTRA hanya menggunakan pakaian santri (sarungan dan berkopyah) pada waktu shalat dan ngaji atau bila ada acara seperti Maulid, haul dll. Akan tetapi bila keluar pondok mereka tidak ada bedanya dengan remaja pada umumnya.
Saat itu saya menyaksikan para santri (80% mahasiswa IAIN dan UNEJ) begitu mengagumi Murobby, terutama dalam setiap pengajiannya yang begitu luas dan rasional ketika menjelaskan kandungan kitab kepada santri yang kebanyakan minim dalam berbahasa arab.
Satu hal pokok yang saya fahami dari murobby saat itu, beliau ingin para santrinya memiliki jiwa agama yang kuat, memiliki loyalitas beragama yang mantap, walau dari sisi keilmuan mereka kurang.
Murobby tidak bertujuan mencetak Ulama’ karena beliau menyadari para santrinya rata-rata anak kuliahan, murobby hanya ingin agar para santrinya menjadi hamba Allah yang taat beribadah (memiliki loyalitas yang tinggi dalam beagama) dan warga masyarakat yang bermanfaat pada orang lain dan negaranya, sebagaimana yang selalu diwasiatkan oleh murobby kepada para santri :
“ Jadi apapun kelak, kamu harus selalu konsis dengan 3 hal:
1.    Jangan tinggalkan shalat 5 waktu
2.    Setiap hari membaca Al Qur’an dan Shalawat
3.    Jangan berbuat dhalim.
Nasehat atau wasiat yang sama juga disampaikan kepada putera-puterinya dengan kalimat “jangan tinggalkan shalat berjamaah” dan seterusnya.
Bersambung........

MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 1



AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ (1)
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER
Bagian Pertama
Pertama Kali Mengenal
Sekitar pukul 22.00 wib Pebruari 1978, saat asik mencari gelombang radio yang memutar lagu Oma Irama, saya terhenti ketika masuk pada gelombang RKAPD? Jember yang sedang menyiarkan pidato seseorang dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Sambil lalu saya mendengarkan pidato itu akan tetapi dalam waktu tidak lama saya menjadi terpana akan dalamnya isi pidato tersebut yang disampaikan dalam bahasa sederhana, mudah dimengerti dan dengan gaya bahasa yang nyaris sempurna serta intonasi yang begitu baik.
Saya begitu tertarik dengan penceramah tersebut, saya belum pernah mendengarkan ceramah Agama semapan ini dalam penyampaiannya (sampai saat ini). Saya dengarkan terus tanpa memindah gelombang lagi, keinginan mendengarkan lagu Oma Irama yang saat itu lagi ngetop sirna begitu saja, sambil berharap pada akhir pidato akan tahu siapa nama penceramah tersebut.
Betul, pada akhir acara penyiar radio mengutarakan bahwa penceramah tersebut adalah KH. Achmad Siddiq pengasuh PPI. ASHTRA Talangsari Jember.
Setelah tahu bahwa beliau adalah seorang Kyai pengasuh pondok pesantren, ketertarikan dan kekaguman saya semakin menjadi-jadi, bagaimana mungkin demikian, padahal seorang kyai pengasuh pondok pesantren yang saya tahu selama ini biasanya menggunakan sarung dan serban serta sederet dokrin yang dogmatis ketika memberikan ceramah / mauidhohnya!
Beliau yang satu ini kok sangat berbeda, beliau begitu halus dalam penyampaiannya, begitu indah gaya bahasanya, begitu tegar tapi lembut nada suaranya, sangat rasional dalam penyampaiannya serta sama sekali tidak ada unsur pemaksaan dalam retorikanya.
Pagi harinya, ketika masuk sekolah (PGAN 6 Th Jember) saya mencari tahu tentang KH. Achmad Siddiq pada teman-taman sekelas, dan beberapa hari kemudian sepulang dari sekolah saya berkunjung ke PPI ASHTRA di Talangsari Jember, jalan kaki dari gebang poreng.
Begitu saya menginjakkan kaki di depan Mushalla (langgar) PPI ASHTRA sayup-sayup terdengar suara lagu barat dan suara itu semakin terdengar nyaring ketika saya sampai di utara mushalla tepat di depan rumah Kyai, dalam hati saya berkata siapa sih ini memutar lagu barat ? di pondok lagi!
Betapa terkejutnya saya dengan jawaban teman yang santri PPI ASHTRA itu, dia bilang yang memutar lagu barat itu ya Murobby KH. Achmad Siddiq.
Sambil melanjutkan langkah kaki menuju pondok (kamar santri) hati saya berkecamuk, keinginan untuk mengenal beliau semakin mendalam, ini Kyai kok beda dengan Kyai kebanyakan!.
Setelah itu, beberapa kali saya datang lagi ke PPI ASTRA, dengan tujuan sama, untuk lebih dalam mengenal Kyai, banyak cerita dari beberapa santri yang menjadi teman saya dan semakin membkin penasaran saya.
Bersambung........

X.1.1 AL QUR'AN TTG TUGAS MANUSIA

KAGEM SANG MENTRI DIKNAS

YANG TERSISA DI INDONESIA
"hanya siswa dan guru"
silahkan klik  http://noerfaqih.blogspot.com/2013/03/untuk-mentri-pendidikan.html