XII.2.1
|
AL QUR’AN 6
|
C.
KANDUNGAN SURAT
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menganalisis Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S.
Al-Baqarah (2): 83, serta hadits tentang saling menasihati dan berbuat baik
(ihsan).
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Siswa
mampu menganalisis kandungan Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2):
83; terkait saling menasihati dan berbuat baik (ihsan).
3.1.2 Siswa
memahami isi kandungan Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83,
terkait saling menasihati dan berbuat baik (ihsan).
3.1.3 Siswa dapat
menyimpulkan kandungan surat Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, terkait saling menasihati dan berbuat baik (ihsan).
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menunjukkan perilaku saling menasihati dan berbuat
baik (ihsan) dalam kehidupan sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Luqman
(31) : 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83, serta hadits terkait
2.
Mampu menganalisis
Q.S. Luqman (31) : 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83 serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(hudnuddlan), dan persaudaraan (ukhuwah)
KANDUNGAN SURAT LUQMAN (31) : 13-14
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Luqman 13
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Allah SWT
memperingatkan kepada Rasulullah saw nasihat yang pernah diberikan kepada
putranya, waktu ia memberi pelajaran kepada putranya itu. Nasihat itu ialah:
"Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kelaliman yang sangat besar.
Mempersekutukan
Allah dikatakan kelaliman, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu
tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan
karunia itu.
Dalam hal
ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung
yang tidak dapat berbuat sesuatupun. Dikatakan bahwa perbuatan itu adalah
kelaliman yang besar, karena yang disamakan itu ialah Allah Pencipta dan
Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan
diri kepada Nya.
Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Ibnu Masud, ia berkata: tatkala turun ayat:
الذين
آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
Artinya
: Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. Al An'am: 82)
Maka timbullah keresahan di antara para
sahabat Rasulullah saw karena mereka berpendapat bahwa amat beratlah rasanya
tidak mencampur adukkan keimanan dan kelaliman, lalu mereka berkata kepada
Rasulullah saw: "Siapakah di antara kami yang tidak mencampur adukkan
keimanan dan kelaliman? Maka Rasulullah menjawab: "Maksudnya bukan
demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman: "Hai anakku,
jangan kamu memperserikatkan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah kelaliman yang besar".
Dari ayat ini dipahami bahwa di antara
kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran,
sehingga anak-anaknya itu dapat menempuh jalan yang benar, dan menjauhkan
mereka dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا
وقودها الناس والحجارة
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (Q.S. At Tahrim: 6)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (Q.S. At Tahrim: 6)
Jika diperhatikan susunan kalimat ayat
ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Luqman sangat melarang anaknya
melakukan syirik. Larangan ini adalah suatu larangan yang memang patut di
sampaikan Luqman kepada putranya karena mengerjakan syirik itu adalah Suatu
perbuatan dosa yang paling besar.
Anak adalah sambungan hidup dari orang
tuanya, cita-cita yang tidak mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup di
dunia diharapkannyalah anaknya yang akan mencapainya. Demikian pula kepercayaan
yang dianut orang tuanya di samping budi pekerti yang luhur sangat
diharapkannya agar anak-anaknya menganut dan memiliki semuanya itu di kemudian
hari. Seakan-akan dalam ayat ini diterangkan bahwa Luqman telah melakukan tugas
yang sangat penting kepada anaknya, yaitu telah menyampaikan agama yang benar
dan budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh
oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Luqman 14
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Allah memerintahkan kepada manusia agar
berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan melaksanakan haknya.
Pada ayat-ayat lain juga Allah memerintahkan yang demikian, firman Nya:
وقضى
ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. (Q.S. Al Isra': 23)
Kemudian disebut pula dalam ayat ini
sebab-sebab diperintahkan berbuat baik kepada ibu, yaitu:
1.
Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama
masa mengandung itu ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat,
mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin
berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kemudian baru pulih
kekuatannya setelah habis masa nifasnya.
2.
Ibu menyusukan anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak
penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anak itu.
Hanyalah Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dalam ayat ini hanya yang disebutkan
apa sebabnya seorang anak harus menaati dan berbuat baik kepada ibunya, tidak
disebutkan apa sebabnya seorang anak harus menaati dan berbuat baik kepada
bapaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan
penderitaan dalam mengandung, memelihara dan mendidik anaknya jauh lebih berat
bila dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam memelihara
anaknya tidak hanya berupa pengorbanan sebagian dari waktu hidupnya untuk
memelihara anaknya, tetapi juga penderitaan jasmani, rohani dan penyerahan
sebagian zat-zat penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya yang dihisap oleh
anak itu dan darahnya sendiri selama anaknya itu dalam kandungannya. Kemudian
sesudah si anak lahir ke dunia lalu disusukannya dalam masa dua tahun lamanya.
Air susu ibu (A.S.I) ini juga terdiri dari zat-zat penting dalam darah ibu,
yang disuguhkannya kepada anaknya dengan rela kasih sayang untuk dihisap
anaknya itu.
Dalam A.S.l ini terdapat segala macam
zat yang diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dan rohani anak itu, dan untuk
mencegah segala macam penyakit. Zat-zat ini tidak terdapat pada susu sapi, oleh
sebab itu susu sapi dan yang sejenisnya tidak akan sama mutunya dengan A.S.I
bagaimanapun mengusahakan agar sama mutunya. Maka segala macam bubuk susu, atau
susu kaleng yang dikenal dengan istilah Susu Kental manis (S.K.M) tidak ada
yang sama mutunya dengan A.S.I.
Sebab seorang ibu haruslah menyusui
anaknya yang dicintainya itu dengan A.S.I, janganlah hendaknya dia
menggantikannya dengan bubuk susu atau S.K.M, kecuali dalam hal yang amat
memaksa. Apalagi mendapatkan A.S.I dari ibunya adalah hak anak itu, dan
menyusukan anak adalah suatu kewajiban yang telah dipikulkan oleh Allah SWT
kepada ibunya.
Oleh karena hal-hal yang disebutkan
itu, maka dalam ayat ini Allah SWT hanya menyebutkan sebab-sebabnya manusia
harus menaati dan berbuat baik kepada ibunya. Nabi saw sendiri memerintahkan
agar seorang anak lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibunya dari pada
kepada bapaknya, sebagaimana diterangkan dalam hadis:
عن
بهز ابن حكيم عن أبيه عن جده, قال: قلت يا رسول الله, من أبر قال أمك, قلت ثم
من قال أمك, قلت ثم من قال أمك قلت. ثم من قال أباك ثم الأقرب فالأقرب.
Artinya : "Dari Bahaz bin Hakim, dari bapaknya, dari
kakeknya, ia berkata "Aku bertanya Ya Rasulullah. kepada siapakah aku
wajib berbakti?" Jawab Rasulullah . "Kepada ibumu". Aku
bertanya: "Kemudian kepada siapa?". Jawab Rasulullah: "Kepada
ibumu". Aku bertanya: "Kemudian kepada siapa lagi?". Jawab
Rasulullah: "Kepada ibumu". Aku bertanya: "Kemudian kepada siapa
lagi?". Jawab Rasulullah: "Kepada bapakmu". Kemudian kepada
kerabat yang lebih dekat. kemudian kerabat yang lebih dekat". (H.R. Abu
Daud dan Tirmizi, dikatakan sebagai hadis hasan)
Adapun tentang lamanya menyusukan anak,
maka Alquran memerintahkan agar seorang ibu menyusukan anaknya paling lama
dalam masa dua tahun, sebagai yang diterangkan dalam ayat ini, dengan firman
Nya" dan menyapihnya dalam masa dua tahun" sebagai disebutkan di atas.
Dalam ayat-ayat yang lainpun Allah SWT menentukan lamanya menyusukan anak itu,
yaitu selama dua tahun juga. Allah SWT berfirman:
والوالدات
يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Q.S. Al Baqarah: 233)
Firman Nya lagi:
وحمله
وفصاله ثلاثون شهرا
Artinya : Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan".
(Q.S. Al Ahqaf: 15)
Maksudnya: Lamanya seorang ibu
mengandung anaknya. ialah enam bulan (dan ini adalah masa mengandung yang
paling kurang), dan masa menyusukan ialah dua puluh empat bulan.
Jadi menurut yang diajarkan oleh
Alquran, seorang ibu menyusukan anaknya hendaklah dalam masa dua tahun. Pada
ayat 233 surat Al Baqarah di atas diterangkan bahwa masa menyusukan yang dua
tahun itu adalah bagi seorang ibu yang hendak menyusukan anaknya dengan
sempurna. Maksudnya, bila ada sesuatu halangan, atau masa dua tahun itu
dirasakan amat berat, maka boleh dikurangi.
Penentuan dari Allah SWT bahwa masa
menyusukan itu adalah dua tahun, adalah pengaturan dari Tuhan untuk
menjarangkan kelahiran. Dengan menjalankan pengaturan yang alamiyah ini seorang
ibu hanya akan berputra paling rapat sekali dalam masa tiga tahun, atau kurang
sedikit. Sebab dalam masa menyusukan, seorang wanita dianjurkan jangan dalam
keadaan mengandung.
Kemudian Allah SWT menjelaskan yang
dimaksud dengan "berbuat baik" yang diperintahkan Nya dalam ayat 14
ini, yaitu agar manusia selalu bersyukur setiap saat menerima nikmat-nikmat
yang telah dilimpahkan Nya kepada mereka setiap saat, dengan tiada
putus-putusnya, dan bersyukur pula kepada ibu bapak karena ibu bapak itulah
yang membesarkan, memelihara, dan mendidik dan bertanggung jawab atas diri
mereka, sejak dalam kandungan sampai kepada saat mereka sanggup berdiri
sendiri. Dalam waktu-waktu itu ibu bapak menanggung segala macam kesusahan dan
penderitaan, baik dalam menjaga diri maupun dalam usaha mencarikan nafkahnya.
Ibu bapak dalam ayat ini disebut secara
umum, tidak dibedakan antara ibu bapak yang muslim dengan yang kafir. Karena
itu dapat disimpulkan suatu hukum berdasarkan ayat ini, yaitu seorang anak
wajib berbuat baik kepada ibu bapaknya, apakah ibu bapaknya itu muslim atau
kafir.
Di Samping yang disebutkan ada lagi
beberapa hal yang mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik kepada ibu
bapak, yaitu:
1.
Ibu dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada
anak-anaknya. Cinta dan kasih sayang itu terwujud dalam berbagai bentuk, di
antaranya ialah usaha-usaha memberi nafkah, mendidik dan menjaga serta memenuhi
keinginan-keinginan anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan
tanpa mengharapkan balasan sesuatupun dari anak-anaknya, kecuali agar anak-anaknya
di kemudian hari berguna bagi agama, nusa dan bangsa
2.
Anak adalah buah hati dan pengarang jantung dari ibu
bapaknya, seperti yang disebutkan dalam suatu riwayat. Rasulullah saw bersabda:
"Fatimah adalah buah hatiku".
3.
Anak-anak sejak dari dalam kandungan ibu sampai dia lahir ke
dunia dan sampai pula dewasa, makan, minum dan pakaian serta segala keperluan
yang lain ditanggung ibu bapaknya.
Dengan perkataan lain dapat diungkapkan
bahwa nikmat yang paling besar yang diterima oleh seorang manusia adalah nikmat
dari Allah, kemudian nikmat yang diterima dari ibu bapaknya. Itulah sebenarnya
Allah SWT meletakkan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak,
sesudah kewajiban beribadat kepada Nya.
Pada akhir ayat ini Allah SWT
memperingatkan bahwa manusia akan kembali kepada Nya, bukan kepada orang lain.
Pada saat itu Dia akan memberikan pembalasan yang adil kepada hamba-hamba Nya.
Perbuatan baik akan dibalasi pahala yang berlipat ganda berupa surga yang penuh
kenikmatan sedang perbuatan jahat akan dibalasi dengan siksa berupa neraka yang
menyala-nyala
KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH AYAT 83
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al
Baqarah 83
وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ
حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا
قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
Allah
mengingatkan Nabi Muhammad saw. ketika Dia menetapkan atas Bani Israel janji
yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu
selain Allah swt.
Allah
melarang mereka beribadat kepada selain Allah, biarpun berupa manusia atau
berhala dan lain-lain karunia hal yang demikian itu berarti mempersekutukan
Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah adakalanya
dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang berupa membesarkan sesuatu yang
disembah itu.
Agama Allah
yang dibawa oleh para utusan-Nya semuanya menekankan untuk menyembah Allah yang
Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Seperti firman
Allah swt.
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
Artinya
: Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu" (Q.S An Nisa': 36)
Janji dan
Bani Israel ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah, hak yang tertinggi dan
terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatupun
yang disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan
untuk tugas inilah sebenarnya mereka diciptakan.
Sesudah
menyebutkan hak Allah ini, disusul dengan perintah berbuat kebaikan kepada
orang tua, suatu amal kebaikan yang tertinggi. Dalam firman-Nya:
وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا
Artinya
: Berbuat kebaikanlah kepada kedua orang
tuamu (Q.S An Nisa': 36)
Berbuat kebaikan kepada orang tua ialah dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah. Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak ialah karunia ibu bapak itu telah berkorban untuk kepentingan anaknya di kala masih kecil dengan sepenuh perhatian dan belas kasihan. Mereka mendidiknya dan mengurus segala kepentingan anaknya itu di kala masih lemah, belum dapat mengambil sesuatu manfaat dan belum dapat pula menolak sesuatu bahaya. Selain diri itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Apakah tidak wajib bagi si anak memberikan balasan kepada ibu-bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?
Firman
Allah swt
هَلْ
جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya
: Tidak ada balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula). (Q.S Ar Rahman: 60)
Kecintaan
kedua orang tua adalah disebabkan:
1.
Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah kepada keduanya
untuk menyempurnakan nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia.
2.
Rasa bangga terhadap anak-anaknya.
3.
Harapan di masa depan bahwa anaknya dapat menolong baik
dengan harta maupun dengan tenaga dalam penghidupan.
Sudah Allah
menyebutkan hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga)
yaitu berbuat kebaikan terhadap mereka karunia berbuat ` kebaikan kepada kaum
kerabat adalah faktor yang memperkuat tali perikatan di antara kaum kerabat
itu.
Umat ini
terdiri atas keluarga-keluarga dan rumah tangga-rumah tangga. Maka kebaikan dan
keburukan umat tersebut tergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan
rumah tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut
membina unsur umat. Kemudian setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan
tali persaudaraan dengan rumah tangga lainnya berdasarkan tali keturunan,
keagamaan ataupun kebangsaan. Dengan demikian akan terbinalah suatu bangsa dan
umat yang kuat.
Mengadakan
hubungan erat sesama keluarga adalah sesuai dengan firtah manusia.
Agama
Islam, agama memberi jalan yang baik bagi pertumbuhan ikatan kerabat ini.
Kemudian
Allah menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan yaitu hak orang
miskin.
Berbuat
kepada anak yatim ialah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala
hak-haknya. Alquran dan sunah sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim
walaupun ia kaya karunia yang dipandang ialah keyatiman itu sendiri. Allah
mewasiatkan anak-anak yatim kepada masyarakat agar menganggap mereka itu
sebagai anak sendiri untuk memberikan pendidikan umum. Jika mereka terlantar,
mereka dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, maka akibatnya lebih
besar pada bangsa dan negara.
Berbuat
ikhsan kepada orang miskin ialah memberikan bantuan kepada mereka terutama
sewaktu mereka ditimpa kesulitan dan kemalangan.
Nabi
bersabda:
الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد في سبيل الله
Artinya : Orang yang menolong terhadap orang janda dan orang miskin, seperti
orang yang berjuang di jalan Allah. (HR Muslim dari Abi Hurairah)
Allah
mendahulukan menyebut anak yatim dari orang miskin, karunia orang miskin itu
dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedang anak yatim karunia dia masih
kecil belum sanggup berusaha sendiri.
Sesudah
Allah menyuruh berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga,
anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka Allah kemudian menyuruh
mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia.
Bilamana kebaikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Bilamana kebaikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Allah
selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israel untuk melaksanakan salat dan zakat
seperti yang digariskan Allah untuk mereka. Salat pada tiap agama bertujuan
memperbaiki jiwa, membersihkannya dan kerendahan budi dapat menghiasi jiwa
dengan rupa-rupa keutamaan. Ruh salat ialah ikhlas kepada Allah, tunduk kepada
kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila salat itu kosong dari ruh tersebut, tidak
akan memberi faedah apapun. Bani Israel selalu mengabaikan ruh salat itu sejak
dahulu sampai waktu Alquran diturunkan dan bahkan sampai sekarang ini.
Zakat juga
diperintahkan kepada mereka, karunia zakat itu mengandung perbaikan bagi
urusan-urusan masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam
kewajiban zakat. Di antaranya ada harta yang tertentu yang diberikan kepada
keluarga Nabi Harun. Kewajiban itu sampai sekarang masih dilakukan oleh
golongan Lawiyin, di antaranya, harta yang diberikan kepada orang-orang miskin.
Akan terapi orang Bani Israel berpaling dari perintah-perintah itu, tak
menjalankannya tapi menolaknya. Mereka meninggalkannya dan tidak mau
menepatinya.
Termasuk
penyelewengan mereka ialah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan yang
menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara upacara agama menurut
keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak
melakukan amar makruf nahi mungkar dan lain-lain yang meruntuhkan agama.
Hanya
sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa a.s. atau pada tiap zaman yang taat
pada perintah Allah. Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan
orang yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan
kemampuan mereka. Namun demikian bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu,
kehadiran orang-orang ikhlas itu tidaklah mencegah tibanya azab Allah.
Di akhir
ayat ini Allah berfirman yang artinya, "dan kamu (hal Bani Israel) selalu
berpaling". Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak
menaati petunjuk dan perintah Ilahi karenanya tersebarlah kemungkaran dan
turunlah azab kepada mereka
No comments:
Post a Comment