Tidak selamanya kehidupan di dunia berjalan seperti yang kita inginkan. Terkadang terasa berat cobaan yang menghadang, terkadang pula kehidupan berjalan lancar seperti yang diharapkan.
Kita seringkali berbeda dalam
menghadapi kedua keadaan tersebut. Lumrahnya, kita akan mengingat Allah swt
sewaktu cobaan mendera dan mengabaikan-Nya ketika hidup dalam bahagia.
Akan tetapi ketika cobaan itu datang
beruntun dengan segala jenisnya berupa sakit baik yang menimpa diri sendiri
atau anggota keluarga, rugi dalam berusaha, dan lain-lain, sementara
kelonggaran tak kunjung datang, maka bisa saja kita akan mulai bertanya dan
ragu, apakah kita harus bersabar dan tetap bertahan menyandarkan diri kepada Allah?
Ataukah segera berpaling muka melarikan diri dari Allah swt dan mencari
perlindungan kepada kepada selain Allah swt. Kepada jin misalnya dll?
Inilah yang jarang kita fahami,
sesung-guhnya cobaan hidup di dunia itu merupakan petanda bahwa Allah sangat
memperhatikan dan mencintai kita. Semakin seorang hamba tinggi nilainya disisi
Allah, maka akan semakin berat cobaan yang akan diterimanya.
Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ
عِظَمِ الْبَلاَءِ
“sesungguhnya pahala
yang besar didapat-kan melalui cobaan yang besar pula.
وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ
قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَـــمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ
سَخِـــــــــطَ فَلَهُ السُّخْطُ. رواه
الترمذي ، وَقالَ: حديث حسن
Dan
sesungguhnya apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan
cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan
meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka
kepadanya.”1]
HR. At-Tirmidzi
Hadirin yang Berbahagia
Jadi berbagai cobaan yang
menghadang dalam kehidupan ini adalah sebuah ujian dari-Nya. sebagaimana
layaknya ujian, maka jika manusia berhasil melaluinya dan dinilai lulus, maka
Allah swt akan memberikan balasan yang tak ternilai harganya.
Namun sebaliknya, jika manusia
gagal melalui cobaan itu, maka Allah akan membiarkannya, hingga ia berusaha
belajar kembali menghadapi kehidupan.
Diriwayatkan sebuah cerita bahwa
salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur.
Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya.
Atas perlakuan itu, sang wanita
berkata, "Cukup!" Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang,
namun terbentur tembok dan terluka. Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah
dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya.
Komentar Rasulullah? "Engkau
seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik." Selanjutnya
beliau bersabda,
إِذَا أَرَادَ الله بعبدِهِ الخَيرَ
عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ في الدُّنْيا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبـــــــدِهِ
الشَّرَّ أَمْسَكَ عَــــــنْهُ بذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يومَ القِـــــــــــيَامَةِ
"Jika
Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di
dunia. Jika Allah menghen-daki
keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai
disempurnakannya pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi,
Al-hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi).
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya
di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikma-tan lainnya. Tidak
juga dalam bentuk pengkabulan doa secara spontanitas. Akan tetapi kecintaan itu
justru sering berben-tuk cobaan di mana berat atau ringannya ujian itu
tergantung kepada kadar keimanan seseorang.
Para Rasul dan Nabi. Sebagai oang
yang paling disayangi dan dikasihi Allah, justru merekalah yang paling berat
menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Demikian secara berurutan, para
syuhada' dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan
"Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya. Allah
berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن
يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ [٢٩:٢]
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta. (QS. al-Ankabut: 2-3)
|
Selain ujian demi ujian diberikan
kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya.
Teguran itu kadang halus, tapi
sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja
sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi yang telah hilang
kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak mmpu menyadarkannya.
Apa yang dialami oleh lelaki yang
datang kepada Rasulullah sebagaimana hadits di atas merupakan teguran Allah
secara langsung agar ia sadar atas kekeliruannya, dan tidak mengulang
kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya.
Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa
dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.
Kecelakaan itu semakin tidak
berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di
akhirat kelak.
Karena itu Jika kita mendapatkan
sebuah musibah, Janganlah sekali-kali langsung menyalahkan orang lain apalagi
menya-lahkan Allah swt. Yang justru
harus segera kita lakukan adalah koreksi diri dan bertaubat seraya mohon kepada
Allah swt. agar senantiasa diberi ketabahan
dan kemampuan dalam menghadapi cobaan yang sedang dialami maupun cobaan atau
mushibah yang akan datang kemudian.
Yang perlu
kita sadari bahwa kasih sayang Allah tidak selalu berbentuk kesenangan,
melimpahnya harta kekayaan, tercapainya segala cita, dan jauh dari berbagai kesu-sahan
dan musibah. Justru sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kese-nangan
itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam
kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut
dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di
padang mahsyar, maupun di neraka. Naudzubillah
Berikut akan
saya sampaikan beberapa hadis terkai cobaan dan mushibah dengan harapan dapat
mendorong kita untuk koreksi diri dan tabah dalam menghadapinya, serta
menumbuhkan harapan dan bersikap husnuddlan kepada Allah swt.
1. "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik
berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang
mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran
kesusahan-kesusahan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)
2.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ
سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Setiap
muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” HR. Al-Bukhari no.
5661 dan Muslim no. 651
3.
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ
الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَـــــزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ
عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah
sesuatu menimpa seorang mukmin baik keletihan, kesedihan, kesusahan, hingga
kegundah-gulanaan melainkan Allah akan menghapuskan dengannya sebagian dari
kesalahan-kesalahannya”. ” HR. Muslim
4.
مَا يَزَالُ
الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ
حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan
akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada
anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa
sedikitpun.” HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya
Mudah-mudahan kita semua,
keluarga kita dan bahkan seluruh umat Islam dianuge-rahi oleh Allah swt.
Kemampuan untuk bersyukur ketika memperoleh nikmat serta kemudahan dan tabah
serta sabar tatkala mendpt cobaan dan kesusahan.
No comments:
Post a Comment