Friday 14 August 2020

Pertanda Cinta Allah swt.


Tidak selamanya kehidupan di dunia berjalan seperti yang kita inginkan. Terkadang terasa berat cobaan yang menghadang, terkadang pula kehidupan berjalan lancar seperti yang diharapkan.


Kita seringkali berbeda dalam menghadapi kedua keadaan tersebut. Lumrahnya, kita akan mengingat Allah swt sewaktu cobaan mendera dan mengabaikan-Nya ketika hidup dalam bahagia.
Akan tetapi ketika cobaan itu datang beruntun dengan segala jenisnya berupa sakit baik yang menimpa diri sendiri atau anggota keluarga, rugi dalam berusaha, dan lain-lain, sementara kelonggaran tak kunjung datang, maka bisa saja kita akan mulai bertanya dan ragu, apakah kita harus bersabar dan tetap bertahan menyandarkan diri kepada Allah? Ataukah segera berpaling muka melarikan diri dari Allah swt dan mencari perlindungan kepada kepada selain Allah swt. Kepada jin misalnya dll?
Inilah yang jarang kita fahami, sesung-guhnya cobaan hidup di dunia itu merupakan petanda bahwa Allah sangat memperhatikan dan mencintai kita. Semakin seorang hamba tinggi nilainya disisi Allah, maka akan semakin berat cobaan yang akan diterimanya.
Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ
“sesungguhnya pahala yang besar didapat-kan melalui cobaan yang besar pula.
وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَـــمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِـــــــــطَ فَلَهُ السُّخْطُ.  رواه الترمذي ، وَقالَ: حديث حسن
Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”1] HR. At-Tirmidzi
Hadirin yang Berbahagia
Jadi berbagai cobaan yang menghadang dalam kehidupan ini adalah sebuah ujian dari-Nya. sebagaimana layaknya ujian, maka jika manusia berhasil melaluinya dan dinilai lulus, maka Allah swt akan memberikan balasan yang tak ternilai harganya.
Namun sebaliknya, jika manusia gagal melalui cobaan itu, maka Allah akan membiarkannya, hingga ia berusaha belajar kembali menghadapi kehidupan.
Diriwayatkan sebuah cerita bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya.
Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!" Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok dan terluka. Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya.
Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik." Selanjutnya beliau bersabda,
إِذَا أَرَادَ الله بعبدِهِ الخَيرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ في الدُّنْيا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبـــــــدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَــــــنْهُ بذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يومَ القِـــــــــــيَامَةِ
"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghen-daki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi). 
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikma-tan lainnya. Tidak juga dalam bentuk pengkabulan doa secara spontanitas. Akan tetapi kecintaan itu justru sering berben-tuk cobaan di mana berat atau ringannya ujian itu tergantung kepada kadar keimanan seseorang.
Para Rasul dan Nabi. Sebagai oang yang paling disayangi dan dikasihi Allah, justru merekalah yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Demikian secara berurutan, para syuhada' dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan "Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya. Allah berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ [٢٩:٢]
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. al-Ankabut: 2-3)
Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya.
Teguran itu kadang halus, tapi sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak mmpu menyadarkannya.
Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana hadits di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar atas kekeliruannya, dan tidak mengulang kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.
Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak.
Karena itu Jika kita mendapatkan sebuah musibah, Janganlah sekali-kali langsung menyalahkan orang lain apalagi menya-lahkan  Allah swt. Yang justru harus segera kita lakukan adalah koreksi diri dan bertaubat seraya mohon kepada Allah swt.  agar senantiasa diberi ketabahan dan kemampuan dalam menghadapi cobaan yang sedang dialami maupun cobaan atau mushibah yang akan datang kemudian.
Yang perlu kita sadari bahwa kasih sayang Allah tidak selalu berbentuk kesenangan, melimpahnya harta kekayaan, tercapainya segala cita, dan jauh dari berbagai kesu-sahan dan musibah. Justru sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kese-nangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka. Naudzubillah
Berikut akan saya sampaikan beberapa hadis terkai cobaan dan mushibah dengan harapan dapat mendorong kita untuk koreksi diri dan tabah dalam menghadapinya, serta menumbuhkan harapan dan bersikap husnuddlan kepada Allah swt.
1.   "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)
2. مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651
3. مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَـــــزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
 “Tidaklah sesuatu menimpa seorang mukmin baik keletihan, kesedihan, kesusahan, hingga kegundah-gulanaan melainkan Allah akan menghapuskan dengannya sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. ” HR. Muslim
4. مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya,  sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya


Mudah-mudahan kita semua, keluarga kita dan bahkan seluruh umat Islam dianuge-rahi oleh Allah swt. Kemampuan untuk bersyukur ketika memperoleh nikmat serta kemudahan dan tabah serta sabar tatkala mendpt cobaan dan kesusahan.


No comments:

Post a Comment