PENGERTIAN IKHLASH
Ikhlash menurut pengertian bahasa adalah ketulusan hati,
tulus hati, jujur, murni, jernih, bersih dan bebas, sedangkan menurut istilah
adalah : mengerjakan amal kebaikan yang didorong oleh niat yang baik atau semata hanya karena Allah swt.
Niat, dalam pengertiannya yang lengkap, bukan saja
berarti kesadaran bathin tentang “apa yang dilakukan”, tetapi
juga “untuk apa” dan “karena apa” sesuatu itu atau
amal itu dilakukan, atau motif apa yang menggerakkan dilakukannya suatu perbuatan.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
اِنَّـمَا
الْاَعْـمَالُ بِالنِّــيَاتِ وَاِنَّـمَا لِكُلِّ امْـرِءٍ مَا نَـوَى رواه البخارى
مسلم
Artinya : “Sesungguhnya nilai (sah tidaknya)
segala amal itu, tergantung pada niat, seseorang hanya dinilai sesuai dengan
yang diniatkannya. HR. Bukhari Muslim.
Dalam kaitannya dengan ibadah, ada dua motif yang
mendorong seseorang melakukannya, yaitu :
a. Motif positif, melakukan kebaikan dengan
motif-motif inilah yang tergolong ikhlash, yaitu :
1. Lil
Khauf, melakukan kebaikan
karena perasaan takut kepada siksa Allah swt.
2. Lir Roja’, melakukan kebaikan karena mengharapkan
pahala.
3. Lil Wujub, melakukan ibadah karena merupakan
kewajiban sebagai mukallaf
4. Lir
Ridla, karena rasa
ridha, puas serta menerima menjadi hamba Allah swt.
5. Lil
Mahabbah, berbuat
kebaikan karena dorongan perasaan cinta kepada Allah swt.
6. Lisy
Syukri, melakukan
kebaikan (ibadah) karena rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterimanya.
7. Lit
Taladzdzudz, mengerjakan ibadah karena ibadah itu
sendiri dirasakan sebagai sesuatu yang nikmat dan lezat.
Bila beramal dengan motif-motif diatas inilah yang
masuk dalam kategori ikhlash. melakukan kebaikan karena dorongan nomor 1, 2 dan
3 , termasuk ikhlasnya orang umum (kebanyakan) sedangkan bila didorong oleh
nomor 4, 5, 6 dan 7, inilah ikhlash yang sesungguhnya (ikhlash khusus).
b. Motif negatif.
Yaitu motif-motif yang berbau bisikan setan,
umpamanya melakukan kebaikan karena
didorong oleh/untuk riya’, ujub, takabbur, kebanggaan, mencari muka dan
lain-lain yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan ukhrowi.Motif negatif ini
adakalanya menjadi pendorong utam dan satu-satunya dan adakalanya muncul di
tengah-tengah melakukan ibadah lalu mencampuri motif yang semula positif, bila
demikian maka menjadi berkurang nilai ibadahnya atau bahkan menjadi rusak sama
sekali. Oleh karena itu sangat diperlukan kewaspadaan terhadap muncul dan
bercampurnya motif negatif ini, dan untuk dapat melawan diperlukan latihan
(riyadlah) dan perjuangan (mujahadah alannafsi), sehingga ibadah betul-betul
bersih dari motif-motif yang negatif.
Melihat bahwa ikhlash merupakan sikap hati ketika melakukan
kebaikan dan terkait sepenuh-nya dengan urusan ibadah, maka sebetulnya tidak
selayaknya bila dorongan itu diungkap
kepada selain Allah swt. , misalnya dengan sebuah ungkapan “saya
menyumbang ini itu ... dengan penuh ikhlash dst.”Allah swt. selalu menyuruh
hambaNya untuk melakukan ibadah dengan ikhlash dan dimotori oleh motif-motif
yang positif, seperti dalam firmanNya :
فَادْعُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Artinya : “Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ibadah kepadaNya, meskipun oran-orang kafir tidak menyukaiNya. QS.
Al Mu’min : 14.
lanjut Ikhlas, bagian 2 .. http://islampontren.blogspot.com//search?q=ikhlash%2C+bagian+2&submit=search
lanjut Ikhlas, bagian 2 .. http://islampontren.blogspot.com//search?q=ikhlash%2C+bagian+2&submit=search
No comments:
Post a Comment