Saturday 30 March 2013

IKHLASH, bagian 1



PENGERTIAN IKHLASH
Ikhlash menurut pengertian bahasa adalah ketulusan hati, tulus hati, jujur, murni, jernih, bersih dan bebas, sedangkan menurut istilah adalah : mengerjakan amal kebaikan yang didorong oleh niat yang baik atau semata hanya karena Allah swt.
Niat, dalam pengertiannya yang lengkap, bukan saja berarti kesa­daran bathin tentang “apa yang dilakukan”, tetapi juga “untuk apa” dan “karena apa” sesuatu itu atau amal itu dilakukan, atau motif apa yang menggerakkan dilakukannya suatu perbuatan.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
اِنَّـمَا الْاَعْـمَالُ بِالنِّــيَاتِ وَاِنَّـمَا لِكُلِّ امْـرِءٍ مَا نَـوَى   رواه  البخارى  مسلم
Artinya : “Sesungguhnya nilai (sah tidaknya) segala amal itu, tergantung pada niat, seseorang hanya dinilai sesuai dengan yang diniatkannya.  HR. Bukhari Muslim.
Dalam kaitannya dengan ibadah, ada dua motif yang mendorong seseorang melakukannya, yaitu :
a.   Motif  positif, melakukan kebaikan dengan motif-motif inilah yang tergolong ikhlash, yaitu :
1.  Lil Khauf, melakukan kebaikan karena perasaan takut kepada siksa Allah swt.
2.  Lir Roja’, melakukan kebaikan karena mengharapkan pahala.
3.  Lil Wujub, melakukan ibadah karena merupakan kewajiban sebagai mukallaf
4.  Lir Ridla, karena rasa ridha, puas serta menerima menjadi hamba Allah swt.
5.  Lil Mahabbah, berbuat kebaikan karena dorongan perasaan cinta kepada Allah swt.
6.  Lisy Syukri, melakukan kebaikan (ibadah) karena rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterimanya.
7.  Lit Taladzdzudz, mengerjakan ibadah karena ibadah itu sendiri dirasakan sebagai sesuatu yang nikmat dan lezat.
Bila beramal dengan motif-motif diatas inilah yang masuk dalam kategori ikhlash. melakukan kebaikan karena dorongan nomor 1, 2 dan 3 , termasuk ikhlasnya orang umum (kebanyakan) sedangkan bila didorong oleh nomor 4, 5, 6 dan 7, inilah ikhlash yang sesungguhnya (ikhlash khusus).

b. Motif negatif.
Yaitu motif-motif yang berbau bisikan setan, umpamanya  melakukan kebaikan karena didorong oleh/untuk riya’, ujub, takabbur, kebanggaan, mencari muka dan lain-lain yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan ukhrowi.Motif negatif ini adakalanya menjadi pendorong utam dan satu-satunya dan adakalanya muncul di tengah-tengah melakukan ibadah lalu mencampuri motif yang semula positif, bila demikian maka menjadi berkurang nilai ibadahnya atau bahkan menjadi rusak sama sekali. Oleh karena itu sangat diperlukan kewaspadaan terhadap muncul dan bercampurnya motif negatif ini, dan untuk dapat melawan diperlukan latihan (riyadlah) dan perjuangan (mujahadah alannafsi), sehingga ibadah betul-betul bersih dari motif-motif yang negatif.
Melihat bahwa ikhlash  merupakan sikap hati ketika melakukan kebaikan dan terkait sepenuh-nya dengan urusan ibadah, maka sebetulnya tidak selayaknya bila dorongan itu diungkap  kepada selain Allah swt. , misalnya dengan sebuah ungkapan “saya menyumbang ini itu ... dengan penuh ikhlash dst.”Allah swt. selalu menyuruh hambaNya untuk melakukan ibadah dengan ikhlash dan dimotori oleh motif-motif yang positif, seperti dalam firmanNya :
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ  
Artinya : “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada­Nya, meskipun oran-orang kafir tidak menyukaiNya. QS. Al Mu’min : 14.

lanjut Ikhlas, bagian 2 ..  http://islampontren.blogspot.com//search?q=ikhlash%2C+bagian+2&submit=search


No comments:

Post a Comment