Thursday, 7 March 2013

KHUTHBAH JUM'AT, Motif Beribadah



بِسْـــمِ اللهِ الــرَّ حْمــنِ الـرَّحِيْـــــمِ

الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيأت اعمالنا،من يهـدلله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي لـــــــــــه.
اشهد ان لا الــه الا الله وحده لا شريك لـه. واشهد ان محمدا عبده ورسوله.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد ، وعلى ال سيدنا محمد، وعلى اصحاب سيدنا محمد،وعلى انصار سيدنا محمد، وعلى ازواج سيدنا محمد،وعلى ذريـة سيدنا محمد، وسـلم تـسليـما كثـيرا.اما بعد: فأصيكم واياي بتقوى الله وطاعتـه لعـلكـم تـفلحـون.
اعوذباالله من الشيطان الرجيم.
وَمَاأُمِرُواإِلَّا لِيَعْبُدُوااللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia

Marilah kita semua jangan pernah bosan untuk selalu berusaha meningkkatkan taqwa kita, keluarga kita kepada Allah swt. baik dari sisi kwantitas terutama dari segi kwalitas.

Salah satunya adalah dengan meningkatkan kwalitas keikhlasan kita dalam beribadah, baik ibadah yang langsung terkait dengan Allah swt. maupun dengan sesama manusia dan makhluk lain.

Sebab nilai ibadah yang kita lakukan sangat tergantung dengan kwalitas keikhlasan kita.

Diterima atau tidaknya juga sangat tergantung pada motif atau dorongan dalam melakukan ibadah tersebut.

Allah swt. berfirman dalam surat Al Bayyinah 5

اعوذباالله من الشيطان الرجيم.

وَمَاأُمِرُواإِلَّا لِيَعْبُدُوااللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya : Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).

Ikhlash menurut pengertian bahasa adalah ketulusan hati, tulus hati, jujur, murni, jernih, bersih dan bebas, sedangkan menurut istilah adalah : mengerjakan amal kebaikan yang didorong oleh niat yang baik atau hanya karena Allah swt. semata.

Niat, dalam pengertiannya yang lengkap, bukan saja berarti kesa­daran bathin tentang “apa yang dilakukan atau bentuk ibadah yang dilakukan”, tetapi juga “untuk apa” dan “karena apa” sesuatu itu atau amal ibadah itu dilakukan, atau motif dan dorongan apa yang menggerakkan dilakukannya suatu perbuatan tersebut.

Nabi saw. bersabda :

انماالاعمال بالنيات

Artinya : “Sesungguhnya nilai (sah tidaknya) segala amal itu, tergantung pada niat, seseorang hanya dinilai sesuai dengan yang diniatkannya.  HR. Bukhari Muslim.

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia

Ada dua motif atau pendorong yang menyebab-kan kita melakukan ibadah, yaitu :

Yang pertama motif yang positif yang bagus dan benar  serta tergolong ikhlash, motif ini dibagi 2,

a. Yang pertama adalah niat atau motif yang masih kecampuran kepentingan pribadi atau keluarga, baik itu kepentingannya didunia maupun di akhirat, yang tergolong dalam kategori ini adalah :

1. Lir Roja’, beribadah karena menginginkan sesuatu baik itu sukses di dunia maupun karena ingin masuk sorga kelak

2. Lil Wujub, yaitu yang beribadah karena ibadah itu wajib untuknya

3. Lil Khauf, karena takut melarat, atau bahkan takut mendapat kesulitan setelah kematiannya nanti.

Sedang motif atau niat yang kategori khusus, dilakukan oleh orang khusus, adalah

b. Sedangkan yang kedua adalah niat atau motif yang samasekali tidak bercampur dengan kepentingan pribadi atau keluarga, hanya semata karena Allah swt. LILLAHI TAALA, inilah ikhlas yang sebenarnya, yang termasuk ikhlas kategori ini adalah :

1. Lir Ridla, karena rasa ridha, puas serta menerima menjadi hamba Allah swt.

2. Lil Mahabbah, berbuat kebaikan karena dorongan perasaan cinta kepada Allah swt.

3. Lit Taladzdzudz, mengerjakan ibadah karena ibadah itu sendiri dirasakan sebagai sesuatu yang nikmat dan lezat.

4. Lisy Syukri, melakukan kebaikan (ibadah) karena rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterimanya.

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia

Sedangkan niat atau motif atau dorogan yang tergolong salah atau negatif, adalah yang beribadah hanya untuk kepentingan dirinya di dunia, atau motif-motif yang didorong oleh hawa nafsu dan berbau bisikan setan, umpamanya  berbuat kebaikan karena didorong oleh/untuk riya’/ pamer, ujub, takabbur, kebanggaan, mencari muka dan lain-lain yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan ukhrowi. Motif negatif ini adakalanya menjadi pendorong utama dan satu-satunya dan adakalanya muncul di tengah-tengah ketika kita melakukan ibadah lalu mencampuri motif yang semula positif

Oleh karena itu sangat diperlukan kewaspadaan terhadap muncul dan bercampurnya motif negatif ini, dan untuk dapat melawan diperlukan latihan (riyadlah) dan perjuangan (mujahadah alannafsi), sehingga ibadah yang kita lakukan betul-betul bersih dari niat-niat yang salah.

Nabi Muhammad saw. Bersabda : Ikhlaslah kamu dalam beragama, maka cukup untukmu amal yang sedikit tapi dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia

Apabila seseorang muslim ingin betul-betul mendapatkan nilai tambah di hadapan Allah swt. begitu juga sebaliknya, maka jalan satu-satunya hanya dengan ikhlash, dalam melakukan kebaikan apa saja harus dengan niat yang ikhlas dan hanya melihat Allah swt. (hanya bertransaksi dengan Allah) baik perbuatan itu langsung terkait denganNya (shalat misalnya) atau dengan cara menolong orang lain. Ketika menolong maka harus menyikapi perbuatannya itu hanya karena Allah swt. dengan motivasi yang baik tanpa mengharapkan imbalan apapun dari yang ditolong. Tidak butuh ucapan terima kasih atau penghar­gaan yang bersifat duniawi.

Dalam mengerjakan apa saja, bila didorong oleh keikhlashan maka tidak ada pekerjaan yang hina dan memalukan asal pekerjaan itu baik dan lurus menurut pandangan Agama. Seseorang tidak akan merasa terhina jika diejek, dan tidak akan menjadi bangga bila mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain, karena sebetulnya bukan sanjungan manusia yang dituju dan dicari.

Imam Al Ghazali menyatakan : Manusia pada dasarnya celaka kecuali  yang berilmu, orang yang berilmu celaka kecuali yang mengamalkan ilmunya (beramal), dan orang yang beramal ikhlash memerlukan ketelitian yang mendalam sebab tempatnya ikhlash itu di dalam hati. Kadangkala orang menganggap sudah ikhlash padahal sebetulnya masuk dalam perangkap bisikan iblis yang selalu berusaha membelokkan tujuan atau motif yang baik dan positif menjadi tidak baik dan negatif.

Dalam surat Al Hijr : 39-40 Allah swt. berikut :

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْـتَـنِي لأُزَيِّــنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَـنَّـهُمْ أَجْمَعِينَ٠

Artinya : “Iblis berkata : “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti akan akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ٠

kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlish diantara mereka. QS. Al Hijr : 39-40

Oleh karenanya, bila melakukan pekerjaan dengan motif negatif sama halnya dengan menyediakan diri terperangkap dalam tipuan setan.

Hikmah terpenting bahwa dengan ikhlash maka seseorang akan memiliki keteguhan pendirian dan tidak mudah terombang-ambing oleh manisnya kehidupan di dunia.

Mudah-mudahan lambat laun kita dan seluruh keluarga kita akan dapat beribadah yang semurni-murninya hanya dan hanya untuk Allah swt. semata.

بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكـم بمافــيه من الايات والذكـر الحـكيم، وتـقبـل مـنى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. اقول قولى هذا واستـعفر الله العظيم لي ولكم ولسائـر المسـلمين  والمسـلمـات والمؤمنـين والمـؤمـــنات فاستغـفــــروه انـه هـو الغـفـور الـرحـيم.

No comments:

Post a Comment