Thursday, 28 March 2013

XII.2..4 ISROF TABDZIR GHIBAH NAMIMAH, bagian 2


Ghibah adalah menceitakan, membicarakan fakta prilaku seseorang dimana bila seseorang yang dibicarakan mendengarnya ia tidak senang (baik orang itu masih hidup atau sudah mati). 

Jadi yang disebut dan dijadikan pembicaraan adalah fakta seseorang, bukan perkiraan atau persangkaan atau sesuatu yang dibicarakan itu tidak terjadi pada orang yang sedang menjadi bahan pembicaraan.
Misalnya, si A itu salah satu kakinya pendek, kalau berjalan miring, dia suka meminta-minta dan lain-lain. Allah swt. berfirman :
وَلا تَجَسَّسـُوا وَلا يَغْـتَب بَّعْـضُكُم بَعْـضاً أَيُحِبُّ أَحَـدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْـمَ أَخِـيْـهِ مَيْـتاً فَكَرِهْتُـمُوهُ وَاتَّـقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَــوَّابٌ رَّحِـيمٌ. الهجرات : 12
Artinya :       Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. QS Al Hujurat 12
Ada beberapa hadis terkait masalah Ghibah ini:
أَتَـــدَرُوْنَ مَـاالْغِـيْـــبَـةُ؟ قَالُـوْا اَللهُ وَرَسُــوْلُـــهُ أَعْـلَمُ, قَالَ: ذِكْــــرُكَ أَخَــكَ بِـمَا يَكْــرَهُ, قِــيْلَ أَفَــرَأَيْتَ اِنْ كَانَ فِى أَخِـــىْ مَاأَقُــوْل؟ قَالَ إِنْ كَانَ فِيْـــــهِ مَا تَقُوْلُ فَـقَدِاغْـتَــبْـتَــهُ وَإِنْ لَـمْ يَكُـنْ فِيْــهِ فَـقَـدْ بَــهَـتَّـهُ. رواه مسلم وأبو داود
Artinya :       Tahukah kamu apakah ghibah itu? Jawab shahabat : Allah dan Rasulnya yang lebih tahu. Nabi saw. Kamu menceritakan prihal saudaramu yang ia tidak suka prihal itu diceritakan pada orang lain. Nabi saw ditanya: Bagaimana jika ia memang demikian keadaan saudaraku? Jika benar demikian, ia itu GHIBAH, akan tetapi jika tidak demikian (cerita tidak faktual) maka itu disebut BUHTAN yang lebih besar dosanya. HR Muslim dan Abu Dawud
إِيَّـاكُــمْ وَالْغِيْـــبَةَ فَإِنَّ الْغِيْـــــبَةَ أَشَــــدُّمِنَ الـزِّنَا،قِـــيْلَ لَــهُ:وَكَـيْفَ؟ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ قَدْ يَـزْنِى وَيَــتُوْبُ فَيَــتُوْبُ اللهُ عَلَيْــهِ وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيْـبَةِ لا يُغْفَـرُلَـهُ حَتَّى يَغْـفِرَ لَـهُ صَاحِـبَهُ. رواه البيهقى والطــبرانى وابو الشيح وابن ابى الدنيا
Artinya :       Awaslah kamu dari GHIBA (menggunjing/ngerasani) karena ghibah itu lebih berat dari zina, ditanya : bagaimanakah? Nabi saw. menjawab: Sesungguhnya seorang yang berzina bila ia bertaubat, maka Allah swt. memaafkan dosanya, sedangkan orang yang ghibah tidak akan diampuni oleh Allah swt. sehingga dimaafkan oleh orang yang digunjingnya. HR Albaihaqi, Atthabarani, Abu Assyaikh, Ibnu Abiddunia
لَيْــلَـةَ أُسْــرِيَ بِنَـــبِيِّ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَـيْــــهِ وَسَــلَّمَ نَـظَــرَ فِى الــنَّارِ فَإِذَا قَــوْمٌ  يَأْكُلُـــوْنَ الْجِــــيَـفَ. قَالَ : مَنْ هَــــؤُلَاءِ يَاجِــبْرِيْلُ؟ هَـــؤُلاءِ الَّذِيْنَ يَأْكُلُـــــوْنَ لُحُـــــوْمَ النَّـــــــــــــــاسِ. رواه أحمد
Artinya :       Ketika Nabi saw. Isro’ Mi’roj, Beliau dapat melihat api neraka dan melihat disana orang-orang memakan bangkai, lalu Nabi saw. bertanya pada Malaikat Jibril. Siapakah mereka itu ya Jibril? Malaikat Jibril menjawab: mereka itu adalah orang-orang yang makan daging sesamanya (ya’ni suka GHIBAH) HR Ahmad
Dari penegasan Al Qur’an dan beberapa hadis di atas, maka bertambah jelaslah persoalan GHIBAH ini, dan hukumnya HARAM bahkan termasuk DOSA BESAR.
Al Qurthubi mengatakan GHIBAH itu termasuk dosa besar sebab mengandung ancaman yang berat, apalagi terhadap ahli Agama, dan demikian pula mendengarkannya dan mendiamkan orang yang ghibah, padahal ia mampu untuk menghentikannya.
Orang yang ghibah harus segera taubat, menyesali perbuatannya dan membacakan istighfar (memintakan ampunan) untuk orang yang dighibah jika telah mati atau tidak diketahui keberadaannya. Jika orangnya masih hidup maka harus minta maaf langsung.
Shahabat Ibnu Abbas ra. Berkata: daripada anda menyebut aib / cacat kawanmu, maka lebih baik jika kamu memperhatikan cacat dirimu sendiri
Al Hasan Al Bashri ketika diberitahu bahwa dirinya dighibabh oleh seseorang, maka beliau langsung mengirim semangkok halwa pada orang yang ghibah dirinya, dan berkata padanya : saya dapat kabar bahwa anda menghadiyahkan kepadaku pahala ibadahmu, maka akubalas anda dengan ini.
YA ALLAH ...... LINDUNGILAH HAMBA DARI SUKA MEMBICARAKAN AIB ORANG
Dalam Tafsir Al Mishbah Habib M Quraish Shihab menjelaskan :
“Dalam Al Qur’an kata fitnah terulang tidak kuirang dari 30 kali, tidak satupun yang mengandung makna membuat berita bohong atau menjelekkan orang lain. Karena itu tidaklah tepat bila mengartikan
الْفـِتْنَــــــــةُ أَشَـــــــدُّ مِنَ الْقَـتْـــــــــــــلِ
dan                       
الْفـِتْنَـــــــةُ أَكْـــــــبَرُ مِنَ الْقَـتْــــــــــــــــلِ
Dengan makna memfitnah (membawa berita bohong, menjelekkan orang lain) lebih kejam atau lebih besar dosanya dari pembunuhan.
Lebih dari itu sebelum membuka Tafsir Al Mishbah, penulis telah melihat beberapa ayat Al Qur’an yang ada kata-kata FITNAH, memang sulit untuk diartikan seperti pengertian fitnah pada umumnya seperti yang digunakan selama ini, oleh karenanya kemudian penulis membuka Tafsir Al Misbah.
Penulis sangat berterima kasih kepada Habib Quraish Shihab, dan saya mengikuti dan medompleng penjelasan beliau.
Oleh karena itu pada bahasan berikutnya dalam tulisan ini tidak lagi menggunakan istilah FITNAH, tapi menggunakan istilah NAMIMAH seperti yang dibutkan dalam surat Al Qalam ayat 11 berikut:
 هَــــمَّازٍمَــــــــشَّاءٍ بِنَمِـــــــــــــيْمٍ. القلم : 11
Artinya :       yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur NAMIMAH, Al Qalam 11
Dalam bahasan selanjutnya NAMIMAH  adalah prilaku seseorang yang suka mengadu domba, menyebar brita bohong, menghasud dan juga bermuka dua untuk tujuan antara lain terjadinya permusuhan.
Penyebab terjadinya NAMIMAH adalah karena ingin berbuat jahat terhadap lawan bicaranya atau ingin menunjukkan cinta pada lawan bicaranya, sehingga menggunakan segala cara.
Prilaku NAMIMAH ini diancam masuk neraka
لَا يَدْخُــــــــــــلُ الْـجَـــــــــــــــنَّةَ نَـــــــــــمَّامٌ. رواه الشـــــيخان
Artinya :       Tidak masuk sorga seseorang yang tukang NAMIMAH, HR Syaikhan
NAMIMAH merupakan perbuatan yang diharamkan dan termasuk dosa besar. Menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk menimbulkan bentrok, perselisihan dan adu domba juga masuk dalam kategori NAMIMAH.
Nabi saw bersabda :
تَـجِــــــــدُوْنَ شَـــــــــرَّ النَّــــــــاسِ ذَاالْـوَجْهَــــــيْنِ الَّذِيْنِ يَـأْتِى هَــــــــؤُلاءِ بِوَجْــــــــــــهٍ وَ هَــــــــــــــــؤُلاءِ بِوَجْـــــــــــــهٍ . متفق عليه
Artinya : Kamu akan menjumpai sejahat-jahatnya orang, yaitu mereka yang bermuka dua, ia datang kesini dengan satu muka dan datang kesana dengan muka yang lain. HR Muttafaq Alaih

No comments:

Post a Comment