KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
2. TABLIGH / DA’WAH
Dalam buku “ Sejarah Kebangkitan Islam dan
Perkembangannya di Indonesia” oleh KH. Saifuddin Zuhri halaman 41, dijelaskan:
“Tabligh artinya menyampaikan perintah-perintah Agama
Islam atau tuntunannya kepada orang diluar Islam. Tabligh atau juga lazim
disebut DA’WAH, mula-mula dikerjakan atas inisiatif Nabi Besar Muhammad saw.
atas ketentuan Wahyu Ilahi. Inilah kewajiban terpokok dari setiap Rasul.
Menyampaikan perintah-perintah Allah swt. kepada orang-orang banyak dengan
ajakan dan nasehat yang bijaksana. Tanpa kekerasan dan tanpa paksaan. Karena
cara paksaan kecuali tidak akan menanamkan keyakinan dan kejujuran, juga
dilarang oleh Allah swt.”
وَلَوْ
شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ
تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Artinya : Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? QS Yunus : 99”
Mereka yang telah mendengar TABLIGH / DAKWAH Islam
kemudian menerimanya dan memeluk agama Islam dengan kesasadarannya sendiri
(dari bebagai lapisan masyarakat) terjun pula dalam bertabligh / berdakwah
sesuai kemampuannya dan sesuai rambu-rambu tabligh atau dakwah yang telah
digariskan dalam Al Qur’an maupun Hadis Nabi saw.
a. Rambu-rambu
tabligh atau dakwah dimaksud adalah :
1. Tujuan dakwah
Islam dilaksanakan hanya untuk Allah swt, jalan Islam menuju ridha Allah swt.
semata, bukan untuk kepentingan lainnya, apalagi untuk kepentingan pribadi da'i
dan kaumnya, lebih-lebih untuk kepentingan politik atau politik kepentingan.
2. Bertabligh atau
berdakwah sesuai kemampuan, hadis Nabi saw.
بـَلـغُوْا
عَـنى وَلـوْ أيـــــــةً. رواه البخارى ونسلم
Artinya : Sampaikanlah apa saja yang datang dariku walau satu ayat.
HR Bukhari Muslim
Berdasar hadis ini maka setiap Muslim memiliki tanggung
jawab Agama untuk menyampaikan ajaran Islam kepada siapapun, sesuai kemampuan
masing-masing.
3. Tidak boleh ada
paksaan atau kekerasan
Allah swt. berfirman:
لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ
Artinya : Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. QS. Al Baqarah : 256
Ayat ini menegaskan bahwa dalam setiap tabligh / dakwah
tidak dibenarkan adanya pemaksaan apalagi diikuti oleh kemarahan dan kekerasan,
tanggung jawab setiap muslim hanya tabligh (menyampaikan) informasi agama,
keputusan menerima atau tidak berada di tangannya sebab segala akibat dari
pilihan dan prilaku manusia, manusia itu sendiri yang akan menanggungnya,
firman Allah swt:
وَقُلِ
الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ
Artinya : Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Al Kahfi 29
4. Tabligh / Dakwah harus mudah difahami
Ketika berdakwah harus menyesuaikan dengan kondisi riil audien,
bahasa dan retorika dapat dengan mudah ditangkap dan dimengerti, tidak perlu
menggunakan bahasa ilmiah bila memang tidak diperlukan.
Allah swt. berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنــَا مِن رَّسُـولٍ إِلاَّ بِلِسَـانِ قَـوْمِهِ لِيُـــبَـيِّنَ لَهُمْ.
ابراهيم
Artinya : Kami
tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. QS Ibrohim : 4
Nabi saw. bersabda :
خاطبِ
الـناسَ بقدْر عُقـُوْ لهم
Artinya : Berbicaralah
dengan mereka sesuai kecerdasan mereka.
5. Tabligh /
Dakwah secara persuasif (lemah lembut)
Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. untuk
mendaangkan rahmat untuk seluruh alam, untuk itu pelaksanaan tabligh dan dakwah
Islam harus dilaksanakan secara persuasif dan lemah lembut, sehingga mereka
yang tidak memenuhi seruan Islam tetap mendapat manfaat dari Islam, minimal
tidak kemudian membenci Islam.
Allah swt. berfirman:
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن
ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : Serulah
(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
berdiskusilah dengan cara benar. Sesungguhnya Dia (Allah) lebih mengetahui
siapa yang tersesat dari jalannya dan Dia yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. QS. An Nahl :
125
Melaksanakan dakwah dengan persuasif artinya supaya
menggunakan kata-kata yang tepat, halus dan lemah lembut, memperhatikan situasi
dan kondisi khususnya kondisi kejiwaan mereka yang diajak, yang dapat diterima
dengan lembut serta berkesan di hati mereka. Dakwah Islam tidak boleh
disampaikan secara kasar apalagi menyinggung perasaan mereka.
Bila mungkin terjadi tanya jawab, perbantahan atau
perdebatan dengan kaum siapapun maka
hendaknya melayani atau menjawab dengan perkataan yang lebih baik.
Sangat tidak baik apabila dalam suatu perdebatan atau
tanya jawab menggunakan kata-kata yang tajam apalagi memandang rendah, karena
hal tersebut menimbulkan suasana panas, hendaklah diciptakan suasana kondusif,
akrab, nyaman dan santai penuh keakraban/persaudaraan dan saling menghormati
agar tujuan perdebatan untuk menyampaikan kebenaran Allah swt dapat dicapai dengan
baik.
Dalam satu kisah Nabi saw. diceritakan bahwa :
Ketika Nabi saw. telah wafat, Khalifah Abu Bakar ra.
Bertanya kepada putrinya Ibu ‘Aisyah (istri Nabi saw.) “Apakah masih ada apa
yang dilakukan selama Nabi saw. masih hidup yang belum aku lakukan?” Ibu
‘Aisyah menjawab : sudah! Sudah semua kecuali satu yaitu “setiap hari Nabi saw.
mendatangi seseorang dengan membawa roti”
Ketika Kh. Abu Bakar ra, melakukan hal yang sama,
didapati orang tersebut dalam keadaan melarat, tua, buta dan sudah tidak
bergigi, ia tanya mana rotinya, Kh. Abu Bakar ra. Menyerahkan roti yang
dibawanya, tapi ditolak dan minta disuapi, disuapilah oleh Kh. Abu Bakar.
Orang tersebut kemudian berkata “lho ini roti kok
kaku/kasar tidak seperti biasanya” Kh. Abu Bakar ra. Menjawab : “Orang yang
biasa kesini itu telah wafat, Beliau adalah Nabi Muhammad saw.”
Mendengar jawaban Kh. Abu Bakar ra. Seketika orang tersebut
menangis dan kemudian bersyahadat masuk Islam.
Tentang kelemah lembutan dalam berdakwah ini disebutkan
pula dalam Al Quran Surat Ali Imron ayat 159:
فَبِــــمَا
رَحْـمَــةٍ مِّنَ اللهِ لِـنْـتَ لَـهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَـظّاً غَلِيْــظَ الْقَـلْبِ
لاَنـفَضُّواْ مِنْ حَـوْلِكَ فَاعْفُ عَـنْهُمْ وَاسْـتَغْــفِرْ لَـهُمْ
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, QS Ali Imron : 159
b. Kemuliaan Juru
Dakwah
Juru dakwah yang
benar-benar sesuai rambu-rambu mendapatkan
Disebutkan
puladalam surat Ali Imron ayat 110
كُنـتُــمْ
خَــيْرَ أُمَّــةٍ أُخْرِجَـتْ لِلـــنَّاسِ تَأْمُـرُونَ بِالْمَـــعْــرُوفِ
وَتَـنْـهَـوْنَ عَنِ الْمُــنْكَرِ وَتُـؤْمِـــنُوْنَ بِاللهِ وَلَوْ آمَـنَ
أَهْــلُ الْكِــــتَابِ لَـــكَانَ خَــيْراً لَّـهُم مِّـنْــــهُمُ الْمُـــؤْمِــــــنُونَ
وَأَكْـــثَرُهُـــــمُ الْفَــــــاسِــــــــقُوْنَ.
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. QS Ali Imron : 104
No comments:
Post a Comment