Sunday, 2 August 2015

KUR 2013.XI.2.4 KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH, bagian 2

KHUTHBAH, TABLIGH DAN DAKWAH

2.  TABLIGH / DA’WAH
Dalam buku “ Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia” oleh KH. Saifuddin Zuhri halaman 41, dijelaskan:
“Tabligh artinya menyampaikan perintah-perintah Agama Islam atau tuntunannya kepada orang diluar Islam. Tabligh atau juga lazim disebut DA’WAH, mula-mula dikerjakan atas inisiatif Nabi Besar Muhammad saw. atas ketentuan Wahyu Ilahi. Inilah kewajiban terpokok dari setiap Rasul. Menyampaikan perintah-perintah Allah swt. kepada orang-orang banyak dengan ajakan dan nasehat yang bijaksana. Tanpa kekerasan dan tanpa paksaan. Karena cara paksaan kecuali tidak akan menanamkan keyakinan dan kejujuran, juga dilarang oleh Allah swt.”
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Artinya  :  Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? QS Yunus : 99”
Mereka yang telah mendengar TABLIGH / DAKWAH Islam kemudian menerimanya dan memeluk agama Islam dengan kesasadarannya sendiri (dari bebagai lapisan masyarakat) terjun pula dalam bertabligh / berdakwah sesuai kemampuannya dan sesuai rambu-rambu tabligh atau dakwah yang telah digariskan dalam Al Qur’an maupun Hadis Nabi saw.
a.   Rambu-rambu tabligh atau dakwah dimaksud adalah :
1.   Tujuan dakwah Islam dilaksanakan hanya untuk Allah swt, jalan Islam menuju ridha Allah swt. semata, bukan untuk kepentingan lainnya, apalagi untuk kepentingan pribadi da'i dan kaumnya, lebih-lebih untuk kepentingan politik atau politik kepentingan.
2.   Bertabligh atau berdakwah sesuai kemampuan, hadis Nabi saw.
بـَلـغُوْا عَـنى وَلـوْ أيـــــــةً. رواه البخارى ونسلم
Artinya  :  Sampaikanlah apa saja yang datang dariku walau satu ayat. HR Bukhari Muslim
Berdasar hadis ini maka setiap Muslim memiliki tanggung jawab Agama untuk menyampaikan ajaran Islam kepada siapapun, sesuai kemampuan masing-masing.
3.   Tidak boleh ada paksaan atau kekerasan
Allah swt. berfirman:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ

Artinya  :  Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. QS. Al Baqarah : 256
Ayat ini menegaskan bahwa dalam setiap tabligh / dakwah tidak dibenarkan adanya pemaksaan apalagi diikuti oleh kemarahan dan kekerasan, tanggung jawab setiap muslim hanya tabligh (menyampaikan) informasi agama, keputusan menerima atau tidak berada di tangannya sebab segala akibat dari pilihan dan prilaku manusia, manusia itu sendiri yang akan menanggungnya, firman Allah swt:
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ
Artinya :   Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Al Kahfi 29
4.   Tabligh / Dakwah harus mudah difahami
Ketika berdakwah harus menyesuaikan dengan kondisi riil audien, bahasa dan retorika dapat dengan mudah ditangkap dan dimengerti, tidak perlu menggunakan bahasa ilmiah bila memang tidak diperlukan.
Allah swt. berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنــَا مِن رَّسُـولٍ إِلاَّ بِلِسَـانِ قَـوْمِهِ لِيُـــبَـيِّنَ لَهُمْ. ابراهيم
Artinya  :  Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. QS Ibrohim : 4
Nabi saw. bersabda :     
خاطبِ الـناسَ بقدْر عُقـُوْ لهم
Artinya  :  Berbicaralah dengan mereka sesuai kecerdasan mereka.
5.   Tabligh / Dakwah secara persuasif (lemah lembut)
Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. untuk mendaangkan rahmat untuk seluruh alam, untuk itu pelaksanaan tabligh dan dakwah Islam harus dilaksanakan secara persuasif dan lemah lembut, sehingga mereka yang tidak memenuhi seruan Islam tetap mendapat manfaat dari Islam, minimal tidak kemudian membenci Islam.
Allah swt. berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya  :  Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan cara benar. Sesungguhnya Dia (Allah) lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalannya dan Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.  QS. An Nahl : 125
Melaksanakan dakwah dengan persuasif artinya supaya menggunakan kata-kata yang tepat, halus dan lemah lembut, memperhatikan situasi dan kondisi khususnya kondisi kejiwaan mereka yang diajak, yang dapat diterima dengan lembut serta berkesan di hati mereka. Dakwah Islam tidak boleh disampaikan secara kasar apalagi menyinggung perasaan mereka.
Bila mungkin terjadi tanya jawab, perbantahan atau perdebatan dengan  kaum siapapun maka hendaknya melayani atau menjawab dengan perkataan yang lebih baik.
Sangat tidak baik apabila dalam suatu perdebatan atau tanya jawab menggunakan kata-kata yang tajam apalagi memandang rendah, karena hal tersebut menimbulkan suasana panas, hendaklah diciptakan suasana kondusif, akrab, nyaman dan santai penuh keakraban/persaudaraan dan saling menghormati agar tujuan perdebatan untuk menyampaikan kebenaran Allah swt dapat dicapai dengan baik.
Dalam satu kisah Nabi saw. diceritakan bahwa :
Ketika Nabi saw. telah wafat, Khalifah Abu Bakar ra. Bertanya kepada putrinya Ibu ‘Aisyah (istri Nabi saw.) “Apakah masih ada apa yang dilakukan selama Nabi saw. masih hidup yang belum aku lakukan?” Ibu ‘Aisyah menjawab : sudah! Sudah semua kecuali satu yaitu “setiap hari Nabi saw. mendatangi seseorang dengan membawa roti”
Ketika Kh. Abu Bakar ra, melakukan hal yang sama, didapati orang tersebut dalam keadaan melarat, tua, buta dan sudah tidak bergigi, ia tanya mana rotinya, Kh. Abu Bakar ra. Menyerahkan roti yang dibawanya, tapi ditolak dan minta disuapi, disuapilah oleh Kh. Abu Bakar.
Orang tersebut kemudian berkata “lho ini roti kok kaku/kasar tidak seperti biasanya” Kh. Abu Bakar ra. Menjawab : “Orang yang biasa kesini itu telah wafat, Beliau adalah Nabi Muhammad saw.”
Mendengar jawaban Kh. Abu Bakar ra. Seketika orang tersebut menangis dan kemudian bersyahadat masuk Islam.
Tentang kelemah lembutan dalam berdakwah ini disebutkan pula dalam Al Quran Surat Ali Imron ayat 159:
فَبِــــمَا رَحْـمَــةٍ مِّنَ اللهِ لِـنْـتَ لَـهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَـظّاً غَلِيْــظَ الْقَـلْبِ لاَنـفَضُّواْ مِنْ حَـوْلِكَ فَاعْفُ عَـنْهُمْ وَاسْـتَغْــفِرْ لَـهُمْ
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, QS Ali Imron : 159
b.   Kemuliaan Juru Dakwah
Juru dakwah yang benar-benar sesuai rambu-rambu mendapatkan
Disebutkan puladalam surat Ali Imron ayat 110
كُنـتُــمْ خَــيْرَ أُمَّــةٍ أُخْرِجَـتْ لِلـــنَّاسِ تَأْمُـرُونَ بِالْمَـــعْــرُوفِ وَتَـنْـهَـوْنَ عَنِ الْمُــنْكَرِ وَتُـؤْمِـــنُوْنَ بِاللهِ وَلَوْ آمَـنَ أَهْــلُ الْكِــــتَابِ لَـــكَانَ خَــيْراً لَّـهُم مِّـنْــــهُمُ الْمُـــؤْمِــــــنُونَ وَأَكْـــثَرُهُـــــمُ الْفَــــــاسِــــــــقُوْنَ.
Artinya :   Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. QS Ali Imron : 104

No comments:

Post a Comment