Monday, 18 March 2013

XII.1.6 ISLAM DI INDONESIA, bagian 1

A.    ISLAM MASUK DI INDONESIA
Negeri Arab merupakan tempat lahir dan pusat perkembangan agama Islam ke berbagai negara termasuk Indonesia, Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur :
1.  Jalur utara, routenya : Arah (Makkah dan Madinah) Damaskus-Bagdad-Gujarat (Pantai barat India)-Sri Lanka-Indonesia.
2.  Jalur Selatan, routenya : Arab (Mekah dan Madinah ) Yaman-Gujarat(Pantai Barat India)-Sri Lanka-Indonesia. 
Islam mengajarkan perdamaian dan mendorong untuk menyebar luaskannya kepada orang lain.  Dalam prakteknya orang arab dahulu senang berdagang ke berbagai negara dan ada yang bermukim di negara tujuan.  Di negara yang baru mereka mampu bergaul dengan masyarakat setempat melalui hubungan perdagangan dan hal ini berlangsung pula di Indonesia pada abad 7 dan 8 masehi. 
Dis­amping itu, terjadinya perkaawinan antara orang arab dan  penduduk pribumi semakin memperkokoh dan memperluas penyebaran agama Islam .
Sejarah mencatat pada awal masuknya Islam ke Indonesia praktek perbudakan saudagar Hindu dan Budha dijumpai oleh orang Arab (Islam), maka pedagang Arab membeli para budak dan kemu-dian dimerdekakannya, sehingga memberikan simpatik banyak orang yang  kemudian mengikuti ajaran Islam secara alami. Jadi Islam masuk dan berkembang di Indonesia karena tiga sebab, yaitu : perdagangan, pernikahan dan pembebasan budak.
Daerah-daerah yang pertama menerima agama Islam antara lain :
1.  Daerah pelabuhan sekitar selat Malaka, seperti : Pasai dan aceh Utara;
2.  Daerah di Pantai barat Sumatera
3.  Jawa Timur, terutama pantai utara Jawa (Gresik)
4.  Jawa Barat, seperti Cirebon dan Banten
Dari daerah-daerah tersebut, terjadilah hubungan dagang dengan orang Indonesia lainnnya sehingga penyebaran agama Islam meluas di Nusantara.

B.    PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
a.  Perkembangan Islam di Sumatera
Di Sumatera, agama Islam berkembang dari arah utara melalui kera­jaan Samudera Pasai yang berdiri sekitar XIII-XV M.  Samue­dra Psai merupakan daerah pelabuhan sehingga banyak disinggahi kapal dagang dari berbagai negara (Arab, Gujarat, Sri Lanka dan Tiongkok serta dari Eropa (spanyol dan Portugis). 
Samudera Pasai beberapa kali mengalami pergantian raja.  Raja-rajanya adalah : Sultan Malikus Sholeh, Sultan Malikus Zohir I, Sultan Malikus Zohir II, Sultan Zainal Abidin dan Sultan Iskan­dar. Pada tahun 1350 Kerajaan Samudra Pasai dikalahkan armada laut dari Majapahit.  Setelah itu muncullah kerajaan baru yaitu kerajaan Aceh pada permulaan abad XVI Masehi. Kerajaan ini berlangsung empat abad dengan pergantian raja-raja sebagai berikut: Sultan Ibrohim, Sultan Salahuddin, Sultan Alauddin Ri’ayat Syah, Sultan Husen, Sultan Zainal Abidin, Sultan Alauddin Mansyur’Syah, Sultan Ali Ri’ayat Syah I, Sultan Alauddin Riayat Syah II dan Sultan Iskan­dar Muda Mahkota Alam. 
Pada abad XIX Aceh ditundukkan Belanda, namun demikian Islam telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.  

b. Perkembangan Islam di Jawa.
Masuknya Islam ke Jawa juga disebabkan antara lain karena hubungan perdagangan. Banyak orang Jawa yang berdagang ke Aceh dan banyak pula orang Aceh dan Pasai yang berdagang ke Jawa sambil berdakwah di daerah -daerah yang masih dikuasai oleh kerajaan Hindu. Islam berkembang pesat di Jawa terutama karena dakwah yang dila­kukan oleh Wali Sanga antara abad XIV - XVI M, mereka itu adalah :
1.  Maulana Malik Ibrohim atau Sunan Gresik yang dikenal dengan nama Maulana Maghribi. Beliau berasal dari Persia yang datang di Gresik untuk tujuan  ber dakwah menyebaarkan Agama Islam.
2.  Sunan Ampel,  nama aslinya Raden Rahmat  yang lahir di Aceh tahun 1401 dan wafat tahun 1481 Masehi.  Ibunya berasal dari Aceh sedangkan ayah nya dari Arab.
3.  Sunan Bonang, putera Sunan Ampel. Nama beliau sendiri Maqdum Ibrohim lahir tahun 1465  wafat tahun 1515 Masehi. Penyiaran Islam yang beliau lakukan pada beberapa daerrah di Jawa Timur.
4. Sunan Giri, nama asli beliau adalah Raden Paku. Beliau putera Maulana Ishaq seorang ulama’ yang berhasil menyebarklan Agama Islam di wilayah Blambangan.
5.  Sunan Drajad, nama aslinya Syarifuddin. Beliau putera Sunan Ampel, adik dari Sunan Bonang. Dakwah sunan Drajad lebih banyak  bersifat  sosial, murid-muridnya banyak berdattangan dari Ternate dan Ambon.
6.  Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Sahid, beliau di Cirebon pernah bersama Fatahillah untuk menimba ilmu. Tahun 1543 beliau pewrgi ke Demak untuk berdakwah melalui kesenian tradi­sional.
7.  Sunan Kudus, nama aslinya Ja’far Shodiq putera penghulu Demak. Beliau pernah menjadi panglima angkatan perang kerajaan Demak. Pada tahun 1543 beliau ke Kudus untuk mendirikan Masjid yang terkenal sampai sekarang, yaitu Masjid Kudus. Beliau wafat tahun 1550 Masehi.
8  Sunan Muria, nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar S aid. Beliau putera sulung Sunan Kalijaga dan menjadi adik ipar Sunan Kudus. Dakwah beliau mengutamaklan ajaran Tashawuf. Beliau dise­but dengan Sunan Muria sesuai dengan tempat pemakamannya di gunung Muria Jepara.
9.  Sunan Gunung Jati, nama aslinya Fatahillah atau Syaikh Nurul­lah, semula hgidupnya dipergunakan untuk memperjuangkan politik, namun kemudian lebih tercurahkan untuk syi’ar agama Islam. Beliau wafat tahun 1570 Masehi, dimakamkan di Gunung Jati Cirebon.

c. Perkembangan islam di sulawesi.
Pada abad XVI di Sulawesi berdiri kerajaan Hindu Gowadan Tallo. Pada saat Portugis berusaha menguasai Sulawesi, raja-raja Gowa dan Tallo bergabung dengan kesultanan Ternate untuk menghadapi tentara Porttugis. Dari hubungan ini banyak orang-orang Gowa dan Tallo yang masuk Islam termasuk Raja-rajanya. Misalnya Raja Goa Daeng Manrabia yang kemudian bergelar Sultan Alauddin dan raja Tallo yang juga berubah gelar menjadi Sultan Abdullah.
Di Sulawesi selatan ada daerah pelabuhan bernama Sumbaopu, disna orang-orang Portugis yang beragama Katholik bebas menjalan­kan agamanya. Masyarakat Sumboopu banyak yang memeluk agama Islam dan hidup rukun dengan penganut agama lain.

d.  Perkembangan islam di kalimantan.
Di Kalimantan kerajan yang terkenal adalah Kutai sebagai kerajaan Hindu sekittar abad V Masehi. Kerajaan Hindu lainnya adalah Sukadana di Kalimantan Barat ddan kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
Pada abad XVI kerajaan Sukadana berganti menjadi kerajan Islam dengan rajanya yang pertama Sultan Giri Kusuma, kemudian diganti puteranya bernama Sultan Muhammad Syarifuddin. Krajan Banjar mendaapat pengaruh Islam setelah adanya hubungan dagang danb perorangan dengan orang-orang Demak. Raja Banjar
bernama Raden Samudra masuk agama Islam dan berganti nama Surya­nullah, yang dalam sejarah pernah dibantu Demak mengalahkan kerajaan Negaradipa sehingga syi’ar Islam semakin berkembang kesana.
Di Kutai sendiri juga dimasuki Islam karena banyak pedagang Islam yang menggunakan kesempatannya untuk berdakwah, sehingga semakin merebaklah perkembangan Agama Islam di Kaslimantan.

e.  Perkembangan maluku dan pulau-pulau sekitarnya.
Masuknya Islam ke Maluku juga karena hubungan perdagangan, namun demikian perkemba-ngannya mengalami hambatan karena adanya orang-orang Portugis dan Spanyol  yang datang menjajah, walaupun akhirnya mereka dikalahkan oleh Belanda pada permulaan abad XVII.
Kerajaan di Maluku yang rajanya mula-mula masuk Islam adalah Sultan Mahrum (1465-1486 M). Ia digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang mampu melangkahkan missi dakwahnya tidak hanya di daerah Maluku tetapi juga sampai ke Irian. Sewlanjutnya Kerajaan Tidore juga dimasuki Islam dengan rajanya Sultan Jamaluddin.
Kerajaan lainnya di Maluku yaitu Jailolo juga dimasuki Islam dengan rajanya bernama Sultan Hasanuddun. Dan Kerajaan Bacan dimasuki Islam pula pada tahun 1520 dengan rajanya bernama Sultan ZainaL Abidin.
Dengan masuknya penjajah dari Eropa, maka perkembangan Islam mendapat hambatan, karena penjajah membawa Agama Nasrani dan sudah sangat berpengalaman dalam menghadapi peperangan. Dengan demikian perlawanan raja-raja di Maluku tidah setanguh kekuatan para penjajah, sehingga banyak pejuang Islam yang gugur sebagai syuhada’.  

No comments:

Post a Comment