C.
KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM SEBAGAI PUSAT PENYIARAN ISLAM
Kerajaan-kerajaan yang berdiri sebagai pusat syi’ar
dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain kerajaan-kerajaan yang ada di
Pulau Jawa seperti Demak, Cirebon dan Banten.
a. Kerajaan
Demak.
Kerajaan Demak berdiri setelah mampu melepaskan diri
dari kekuasaan raja Hayam Wuruk (Majapahit), kerajaan Demak menguasai daerah
maritim karena berada di pantai utara Jawa dan kebbanyakan rakyatnya berdagang
menyebrangi lautan. Pada tahun 1512 Demak mengirim angkatan perang yang dipimpin oleh Pati Unus
melalui laut bekerja sama dengan Kerajan Aceh untuk menyerang Portugis di
Malaka, namun missi ini mengalami kegagalan karena Portugis mampu memukul
mundur mereka.
Kerajaan Demak dikenal memiliki Masjid Agung Demak
yang tetap berdiri sampai sekarang, masjid tersebut didirikan oleh Walisongo
termasuk Raden Fattah. Raden Fatah wafat pada tahun 1518 Masehi, digantikan
oleh puteranya Pati Unus yang dikenal pula dengan nama Pangeran Sabrang Lor dan
bergelar Sultan Demak II.
Sepeninggal Pati Unus tahun 1521, kerajaan dipimpin
oleh PangeranTrenggono. Pada masa pemerintahan Pangeran Trenggono ini, datanglah
Fatahillah yang kemudian dinikahkan dengan adik perempuannya. Fattahillah oleh
Pangeran Trenggono diserahi tugas sebagai panglima perang dan tugas-tugas
politik. Kemudian Fatahillah pergi ke Cirebon dan Banten unttuk menghadapi
Porttugis yang datang dengan cara pendudukan dan pemaksaan, dengan cara membuat
benteng. Fatahillah atau juga sering disebut Falatehan, dengan armada Demaknya
yang gagah berani berhasil menghancurkan tentara Portugis,m peristiwa ini
terjadi pada tahun 1527 di pelabuhan Sundaa Kelapa. Sunda Kelapa oleh
Fatahillah kemudian diganti nama menjadi Jayakarta.
Pada saat Fatahillah melancarkan serangan ke barat,
Pangeran Trenggono sendiri meimpin pasukan ke daerah timur sampai ke Pasuruan.
Dalam catatan sejarah Kerajaan Demak penyebbaran dan
perkembangan Islam di FDemak berkembang pesat sekali, lebih-lebih dalam kerajaan
ini mendapat dukungan penuh dari Walisongo seperti, Sunan Gunung Jati, Sunan
Kudus, Sunan Kalijogo dan Sunan Muria.
b. Kerajaan
Cirebon.
Semula Cirebon dikuasai oleh Kerajaan Hindu Pajajaran,
kemudian ketika Fatahillah memasuki daerah Cirebon beliau dapat merebut
sebagian wilayah pelabuhan untuk digunakan sebagai daeran penyiaran Agama Islam
dibawah naungan Kerajaan Demak. Fatahillah menyerahkan bandar Cirebon kepada
Pangeran Trenggono yang kemudian oleh Pangran Trenggono diserahkan kepada
putteranya yang bernama Pangeran Pasarean.
Pada tahun 1552 Fatahillah kembali menetap di Cirebon
karena Pangeran Pasarean wafat, Fattahillah sendiri kemudian wafat sekitar
tahun 1570, dimakamkan di Gunung Jati yang kemudian terkenal dengan nama Sunan
Gunung Jati.
c. Kerajaan
Banten.
Jarak antara Cirebon dan Banten tidak seberapa jauh,
ketika Fatahillah berhasil merebut daerah pelabuhan Cirebon, iapun melanjutkan
perjalanan politiknya ke daerah barat sampai ke Banten setelah Cirebon dipegang
oleh Pangeran Pasarean.Di Banten Fatahillah menyiarkan agama Islam dengan cara
yang sangat bijaksana, sehingga kemudian banyak rakyat banten yang menerima
kebenaran Islam dan kemudian memeluk Agama Islam, dengan meninggalkan agama
semula yang berada dalam kekuasaan kerajan Hindu . Pajajaran.
Kerajan Banten Islam meluas sampai ke Lampung di Sumatera Selatan, raja yang memimpin
kerajaan Banten Islam pada saat itu adalah Sultan Hasanuddin yang kemudian
digantukan oleh Pangeran Yusuf ( Maulana Yusuf ). Kekuasaan Hindu di masa
pemerintahan Pangeran Yusuf semakin surut, namun sisa-sisa mereka yang tidak
menerima Islam pindah ke Banten selatan yang saat ini dikenal dengan nama suku
Badui.
Pangeran Yusuf wafat pada tahun 1580, beliau
digantikan oleh puteranya bernama
Maulana Muhammad.
D.
PERANAN
UMAT ISLAM DI INDONESIA
a. Peranan Umat
Islam pada Masa Penjajahan .
Indonesia merupakan negara yang beberapa kali dijajah
bangsa lain. Penjajahan merupakan perwujudan dari nafsu serakah. Kegiatan
penjajahan akan mengakibatkan bangsa yang dijajah hidup dalam sengsara karena
hukum-hukum atau aturan yang diberlakukan pada masyarakat adalah hukum atau
aturan yang menguntungkan pada penjajah.
Kedatangan penjajah di Indonesia semula tidak
menampakkan sikap sebagai penjajah, mereka datang pertama kali seolah-olah
sebagai pedagang, misalnya Spanyol dan Portugis serta Belanda. Namun ada penjajah
yang datang ke Indonesia secara terang-terangan dalam rangka ekspansi wilayah
sekaligus mengeruk hasil bumi Indonesia.
Misalnya Inggris dan Jepang. Maka bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang dijajah mengalamai berbagai macam penderitaan seperti
kehidupan yang serba kekurangan pada hal mereka sendiri yang mengolah alam dan
membuahkan hasil yang berlimpah, namun hasil itu diambil oleh penjajah; bangsa
Indonesia hanya memiliki peralatan yang sederhana bahkan jauh dari Indonesia
hanya memiliki peralatan yang sederhana bahkan jauh dari kehebatan senjata yang
dimiliki penjajah; bangsa Indonesia setiap hari dari waktu ke waktu senantiasa
dijadikan boneka oleh penjajah yang harus mau menuruti semua keinginan yang
diperintahkan penjajah. Dan banyak lagi penderitaan bangsa Indonesia ketika
penjajah menginjakkan kaki dan mengeluarkan kukunya di muka bumi Indonesia.
Umat Islam pada mulanya sudah menyadari akan kegiatan
penjajah yang akan merugikan bangsa Indonesia. Akan tetapi umat Islam saat
pertama penjajah datang memang tidak mau bermusuhan karena umat Islam memegang
prinsip bahwa Islam adalah agama perdamaian dan menghormati orang lain. Boleh
dikata penjajah ibarat tamu yang harus dihormati dan diberi suguhan hidangan.
Namun perlakuan baik bangsa Indonesia disalahgunakan penjajah dan
memanfaatkannya sebagai sumber kehidupan untuk kepentingan penjajah sendiri.
Maka melihat sikap dan perilaku yang keterlaluan itu, umat Islam menyadari
untuk segera bangkit menghadapi penjajah. Para penjajah bagaimana pun juga
harus diusir dari bumi Indonesia. Maka muncullah orang-orang Islam yang
terang-terangan melawan penjajah seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nya’ Din,
Imam Bonjol, Fatahillah dan lain-lain.
Dalam melawan penjajah umat Islam berperang sebagai
mujahid (pejuang) yang berusaha menegakkan kebenaran melawan nafsu serakah
penjajah, peran ini tampak pada kegiatan peperangan fisik. Umat Islam juga
memerankan politikus yang memperjuangkan hidup melalui meja politik menghadapi
hukum-hukum atau aturan yang dibuat penjajah. Biasanya peranan ini melalui
perundingan-perundingan antara ujmat Islam dengan penjajah, namun sering peran
ini kandas karena ternyata penjajah berlaku curang dengan melanggar hasil
perundingan yang telah disepakati bersama.
Bagaimanapun juga penjajah yang dirasuki nafsu duniawi
yang berlebihan itu akan menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi keinginannya
menguasai bumi dan hasil-hasilnya dari Indonesia. Umat Islam tidak akan tinggal
diam menghadapi mereka. Dan umat Islam telah menunjukkan peran yang maksimal untruk
menghalau mereka agar tidak menjajah lagi di bumi pertiwi.
b. Peranan
Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajah
Kerajaan Islam yang sudah berdiri di beberapa daerah
Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi penjajah. Yang mendorong untuk
berjuang adalah semangat rohaniah keisalman yang menentang kemungkaran di muka
bumi. Bagaimanapun juga kemungkaran di atas bumi harus diubah menjadi kebajikan
atau kebenaran.
Kuku penjajah yang dicengkeramkan di bumi Indonesia
terasa telah mencabik-cabik kehidupan bangsa Indonesia. Maka kerajaan Islam
segera menyusun strategi untuk menghadapi penjajah yang dilanjutkan dengan
perlawanan dalam perang fisik maupun dalam percaturan politik.
Peranan kerajaan Islam sangat begitu penting dalam
melawan penjajah karena memungkinkan masyarakat muslim secara bersama-sama dan
serentak melawan penjajah di bawah komando Raja. Di samping itu melalui
kerajaan memungkinkan kerajaan lainnya dalam menentang penjajah baik dalam
pertempuran fisik maupun percaturan politik.
c. Peranan Umat
Islam pada Masa Perang Kemerdekaan
Menentang penjajah bukan saja untuk menundukkan
penjajah, melainkan juga mengusir kekuasaan penjajah dari muka bumi Indonesia.
Masyarakat harus merdeka untuk menentukan nasib sendiri. Selama ada campur
tangan penjajah maka nasib bansa akan selalu dipermainkan oleh bangsa negara
lain.
Untuk itulah
maka kemerdekaan harus diperjuangkan. penjajah harus dihancurkan sampai
ke akar-akarnya. Upaya memperjuangkan kemerdekaan dilakukan dengan sekuat
tenaga. Dalam hal ini ummat Islam dengan semangat membela tanah air tidak
henti-hentinuya mengupayakan agar bangsa yang menjajah segera keluar dari
Indonesia. Upaya ini dilakukan umat ada yang secara perorangan, ada pula yang
berkelompok. Biasanya yang dilakukan perorangan karena individu itu berada di
tempat yang terpencil, sedangkan penjajah bertindak semena-mena terhadap
masyarakat muslim di daerah itu. Peran melawan penjajah yang dilakukan
perorangan ini berlanjut dengan perlawanan oleh kelompok masyarakat muslim
(umat Islam).
Peran mereka membuahkan hasil yang beragam, ada yang
menang umat Islamnya, ada yang kalah umat Islamnya, dan ada pula yang antara
penjajah dengan umat Islam mengakhiri peperangan dengan cara perundingan karena
antara kedua pihak sama-sama dirasa kuat. Namun demikian yang patut kita
ketahui adalah bagaimanapun juga upaya mencapai kemerdekaan telah diusahakan
oleh umat Islam dengan peranannya sebagai pejuang fi sabilillah dalam rangka
menegakkan negara yang berdiri di atas aturan dan hukum kekuasaan bangsa Indonesia
sendiri.
d. Peranan
Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada Perang Kemerdekaan
Perang untuk mencapai kemerdekaan pada mulanya
dilakukan ummat Islam secara sepihak-sepihak, yakni tidak ada perlawanan umat
Islam yang dilakukan secara bersama-sama, melainkan bersifat kedaerahan.
Hal ini tentunya akan lama untuk bisa mencapai
kemerdekaan. Maka tmbul kesadaran bahwa sudah seharusnya ummat Islam menghimpun
diri dalam suatu kelompok yang terikat dalam aturan organisasi. Misalnya
Jami’atul Khoir (1905) yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah dengan
menekan pada pendidikan /pembinaan kebangsaan. Dan pada tanggal 16 Oktober 1905
Haji Samandhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam. Muncul pula Budi Utomo yang
lahir tanggal 20 Mei 1908 setelah SDI berumur tiga tahun. Pada tahun 1911 SDI
diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Lalu pada tanggal 18 Nopember 1912, KH.
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Pada tahun 1914, Syekh Ahmad Surkati
Al-Anshari, seorang ulama dari Jami’atul Khoir mendirikan Gerakan Al-Irsyad. Tahun
1916 di Menes, Banten, berdiri Mathla’ul Anwar (MA). Tahun 1923 tepatnya
tanggal 12 September 1923 di Bandung didirikan Persatuan Islam (Persis).
Tanggal 31 Januari 1926, Syekh Hasyim Asy’ari
mendirikan Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tahun 1930 lahir Jami’atul Washliyah di
Medan. dan beberapa organisasi lain yang pada dasarnya kegiatannya membina
masyarakat muslim untuk mantap dengan keislamannya lalu berkecenderungan untuk
menegakkan kebenaran di atas bumi Indonesia.
Banyak organisasi Islam yang pada mulanya didirikan bergerak di
lapangan sosial, namun pada tahun-tahun berikutnya setelah mampu menghimpun
umat organisasi tersebut bergerak di bidang politik. Misalnya pada tahun 1932
berdiri Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) yang didirikan setelah Thawalib
Sumatra direorganisasikan. Organisasi ini merupakan organisasi politik yang
radikal, bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Di samping organisasi-organisasi yang didirikan dengan
warna Islam untuk menghadapi penjajah disamping anggotanya, juga tidak bisa
dilupakan peranan pondok pesantren dalam perang kemerdekaan. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam yang dalam kancah perjuangan mencapai
kemerdekaan telah banyak berpartisipasi secara langsung maupun tak langsung.
Pondok pesantren umumnya ada di Jawa, sedang di Aceh disebut Rangkang, di
Sumatra disebut Surau. Kepedulian pesantren untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia tampak pada salah satu fungsi pesantren saat itu, yakni disamping
untuk pusat mendalami pelajaran agama Islam juga untuk perlindungan dan
pertahanan melawan penjajah .
Contoh pesantren yang mengkaitkan upaya kemerdekaan
ialah pesantren Giri di sebelah kota Surabaya, dekat Gresik. Para santriny
datang tidak hanya dari Jawa sekitar pondok saja, tetapi juga datang dari
Madura, Lombok, Sulawesi, Kalimantan, Ternate, dan
lain-lain. Para santri telah banyak berbuat untuk
melawan penjajah ketika mereka pulang ke tempat asalnya. Misalnya mereka yang
pulang ke Ternate bersama masyarakat sekitar menggalang untuk bersama-sama
melawan penjajah dari Eropa yang berusaha menguasai Ternate.
e. Peranan Umat
Islam dalam Masa Pembangunan
Setelah Indonesia merdeka, kembali ummat Islam
Indonesia berjuang untuk mengisi negara dengan pembangunan di segala bidang.
Berbagai usaha yang dilakukan kaum muslimin untuk memakmurkan negara.
Motivasi yang dimiliki Islam adalah motivasi religius
untuk menghidupkan bangsa dan negara yaitu “Baldatun Toyyibatun WaRobbun
Ghofur” artinya negara yang penuh dengan
kebaikan/ kemakmuran dan Tuhan pun melapangkan ampunan-Nya.
Banyak peran-peran yang dilakukan ummat Islam di
negara ini, ada yang mengisi dengan pendidikan, sosial, perekonomian, politik,
kebudayaan, pembangunan fisik dan lain-lain.
f. Peranan Organisasi Islam dalam Pembangunan.
Beberapa organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah,
Persisi dan lain-lain di masa pembangunan sekarang tetap hidup menjalankan
kegiatannya. Organisasi NU telah mendirikan banyak lembaga pendidikan baik
tradisional maupun modern. Muhammadiyah pun demikian juga.
Organisasi-organisasi lainnya juga sama-sama mewujudkan kegiatan yang yang
begitu banyaknya ummat mengisi kemerdekaan.
Dan banyak di antara organisasi Islam itu yang
bekerjasama dengan pemerintah bergerak di beberapa bidang dalam rangka
mengikuti percepatan (akselerasi) pembangunan.
g. Peranan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Di antara organisasi Islam itu ada yang kegiatannya
mencakup pula bidang pendidikan. Lembaga-lembaga ini ada yang berupa pesantren
dan ada pila sekolah penyelenggara pendidikannya mulai dari TK sampai Perguruan
Tinggi. Di samping itu ada pula kegiatan yang bersifat pembinaan ummat dengan
dakwah atau majelis ta’lim. Peranan lembaga Pendidikan Islam ini antara lain
ikut aktif dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, pemberian dan peningkatan
ilemu pengetahuan dan teknologi, pembinan dan kesatuan (ukhuwah Islamiah) dan
lain-lain.
No comments:
Post a Comment