D. NABI MUHAMMAD SAW. RASUL TERAKHIR
Tepat pada tanggal 17 Ramadhan, tanggal 6
Agustus tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, pada saat
Beliau sedang berkhalwat di gua Chira’, turunlah 5 ayat pertama dari surat Al
Alaq sebagai
pertanda kerasulan dan dimulainya babak baru penyiaran Islam yang merupakan agama penyempurna dan pengganti dari agama-agama sebelumnya yang sudah habis masa berlakuknya dan telah banyak mengalami perubahan atau telah diselewengkan oleh pemeluknya, sehingga melenceng dari kepercayaan monotheisme (Tauhid), dimana Rasul sebagai pembawa agama dari Allah swt. tidak lagi mereka anggap sebagai manusia biasa, akan tetapi justru diyakini sebagai anak Tuhan.
pertanda kerasulan dan dimulainya babak baru penyiaran Islam yang merupakan agama penyempurna dan pengganti dari agama-agama sebelumnya yang sudah habis masa berlakuknya dan telah banyak mengalami perubahan atau telah diselewengkan oleh pemeluknya, sehingga melenceng dari kepercayaan monotheisme (Tauhid), dimana Rasul sebagai pembawa agama dari Allah swt. tidak lagi mereka anggap sebagai manusia biasa, akan tetapi justru diyakini sebagai anak Tuhan.
Penegasan bahwa wahyu yang diterima Nabi
Muhammad saw. itu untuk disampaikan kepada umatnya, dapat dilihat dari wahyu
yang datang setelahnya, yaitu :
يَاأَيُّــهَا
الْمُـــــــــــدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
Artinya : Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah
peringatan dan Tuhanmu agungkanlah”. QS.
Al Mudassir : 1 - 3
Nabi Muhammad saw. diutus untuk menyampaikan syariat Islam bagi seluruh
umat manusia di seantero dunia
ini, tidak terkecuali mereka yang telah menganut suatu agama samawi, semuanya terkena
seruan syariat Islam ini, agar mereka mengakui serta tunduk akan kerasulan Nabi
Muhammad saw. seperti difirmankan oleh Allah swt. berikut :
وَمَا
أَرْسَــــــــــــــلْـنـَاكَ إِلا كَافَّــــــــــــــــــةً
لِلــــــــــــــــــنَّاسِ بَشِيرًا وَنَـذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
الــــــــــــــــــنَّاسِ لَا يَـعْلَـــــمُونَ
Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. QS. Saba’ : 28
قُلْ
يَاأَيُّـهَا الـــنَّاسُ إِنِّي رَسُــولُ اللَّهِ إِلـــَيْكُمْ
جَمِـــيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَـوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَـــهَ
إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمـِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِـــــهِ النَّبِيِّ
الأُمِّيِّ الَّذِي يُـؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِــــمَاتِـهِ وَاتَّـبِــــــعُوهُ
لَــعَلَّكُمْ تَـهْـــتَدُونَ
Artinya : Katakanlah : “Hai manusia sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki langit dan bumi,
tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya
(kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. QS. Al A’raf : 158
Nabi Muhammad saw. memulai seruannya dengan
ajaran tauhid, yaitu tidak ada Tuhan selain Allah swt., yang berhak disembah
dan dimohon petunjuk dan pertolonganNya, menyerukan pula agar memamfaatkan
harta benda di jalan yang baik sesuai dengan petunjuk agama, tolong menolong di
dalam kebaikan dan lain sebagainya sesuai dengan fitrah manusia, agar manusia
dapat meraih hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Diserukan pula bahwa dalam
pandangan Allah swt. manusia memiliki kedudukan yang sama dan hanya taqwalah
yang dapat membedakan mereka di sisi Allah swt. Nabi Muhammad saw. merupakan
Rasul terakhir, tidak akan ada lagi Nabi/Rasul setelah beliau, perhatikan
firman Allah swt. berikut :
مَا
كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ
وَخَاتَمَ النَّبِيِّــــــــينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya : Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi”.
QS. Al Ahzab : 40
E. NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI USWATUN HASANAH
Setiap Rasul/Nabi terpelihara dari sifat-sifat
tercela (ma’shum).
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul terakhir sejak
di masa kanak-kanaknya sudah memiliki sifat terpuji, walaupun beliau tidak
sempurna dalam asuhan ibunya dan tidak berkesempatan menuntut ilmu selayaknya
anak-anak waktu itu. Gelar Al Amin justru diperoleh beliau ketika belum
diangkat menjadi Rasul. Sebagai seorang Rasul, Beliau menjadi suritauladan
dalam segala aspek kehidupannya, sejak dari masa kanak-kanak sampai wafatnya.
Allah swt. menegaskan dalam firmanNya :
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَســــــُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَـنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُـو
اللهَ وَالْـيَـوْمَ الْآخِـــــــرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suritauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (dzikir)”. QS. Al
Ahzab : 21
a. Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin keluarga
Di dalam kehidupan keluarganya, beliau
merupakan suami dan bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang serta penuh
tanggungjawab terhadap istri dan putera-puterinya. Beliau juga berperan sebagai
teman yang mengasyikkan bila diajak bicara dan bercengkerama tanpa mengurangi
kehalusan budi dan tutur sapanya. Lebih
dari itu beliau merupakan guru yang sangat tepat untuk digugu dan ditiru.
Oleh karena itu ketika ibu ‘Aisyah ditanya
perihal kepribadian Nabi saw., beliau cuma menjawab dengan bahasa yang sangat
singkat tapi padat :
كانَ
خُــــــــــــــــــــــــــــــــــــلـقـهُ الـقـــــــرْانَ
Artinya : Kepribadian (Nabi saw.) merupakan kepribadian
Al Qur’an”
Jawaban yang sangat singkat tapi padat ini,
sungguh mencerminkan bahwa betapa sulit menggambarkan kepribadian Nabi saw.,
sulit merangkai kata-kata yang betul-betul menggambarkan kepribadian Nabi saw.
sebab kepribadian Nabi saw. merupakan proyeksi dari kandungan Al Qur’an
yang 30 juz, oleh karenanya bila ingin
menteladani Nabi saw., jalan satu-satunya hanyalah mempedomani kandungan Al Qur’an dan hadits secara utuh.
b. Nabi
saw. sebagai pemimpin umat
Salah satu faktor utama penyebab pesatnya
perkembangan dan dakwah Islam serta keberhasilan beliau di dalam memimpin
umatnya adalah keluhuran budi pekerti/kepribadian beliau, seperti difirmankan
oleh Allah swt. :
وَإِنَّـكَ
لــَعَلى خُلُــــــــــــــــــــــــــقٍ عَـظِيمٍ
Artinya : Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.QS. Al Qalam : 4
Sebagai seorang pemimpin Nabi saw. sangat
dihormati dan disegani oleh kawan maupun musuhnya, beliau sangat berwibawa tapi
sekaligus bisa sangat akrab terhadap
sahabatnya. Perhatikan ungkapan di bawah ini :
من
راه بَـــــــــــــديـهـهُ هـابــهُ ومن
خَــــــــــــــــــالـطــهُ احــبـهُ
Artinya : Barangsiapa
yang (pertama kali) memandangnya, beliau nampak sangat agung dan hebat
(menggetarkan), akan tetapi bila telah bergaul akrab, ia kan sangat mencintainya (Nabi saw.)”.
لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
Dalam perannya sebagai pemimpin umat, pribadi
Nabi saw. dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Memiliki
kepekaan sosial yang sangat tinggi, dirasa berat penderitan umatnya, amat kasih
sayang dan selalu menginginkan kesejahteraan umatnya. At Taubah : 128
2. Tidak
pernah memaksakan kehendak pribadinya, ataupun hanya mengekor pendapat
pengikutnya, selalu mendahulukan musyawarah di dalam menyelesaikan suatu
permasalahan umat.
3. Tidak
membeda-bedakan status sosial, suku, ras, dan golongan. Memiliki toleransi yang
tinggi terhadap pemeluk agama lain, ketika
Nabi saw. memerintah
Madinah, pemeluk agama Yahudi dan Kristen justru mendapat perlindungan
dan kebebasan menjalankan agamanya.
4. Mengutamakan
perdamaian dan sangat peduli terhadap kepentingan rakyat kecil.
c. Nabi
saw. sebagai pribadi muslim
Sebagai seorang muslim, anugerah kema’shumannya
tidak menghalangi beliau untuk lebih tekun beribadah, selalu shalat malam
sampai bengkak kedua kakinya, beristighfar, dzikir dan membaca Al Qur’an. Yang
prinsip bahwa, beliau konsis dengan Al Qur’an dan Haditsnya.
No comments:
Post a Comment