Wednesday, 3 June 2015

KUR 2013.X.2.5 PERJUANGAN NABI SAW PERIODE MADINAH, bagian 1



PERJUANGAN NABI SAW PERIODE MADINAH
(Sumber Bahan IHT Hotel Panorama Jember) 

A.      Kompetensi Inti

KI 1 :    Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnyadengan mematuhi norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa

KI 2 :    Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap pro-  aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia.
KI 3 :    Memahami , menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang  bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
KI 4 :    Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  untuk mengembangkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.
B.       Kompetensi Dasar dan Indikator
2.7       Menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
Indikator Pencapaian Kompetensi
2.7.1    Siswa mampu bersikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
3.10.2 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah  SAW  di Madinah.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10.2.1 Siswa dapat menjelaskan substansi dan strategi dakwah Rasullullah  SAW  di Madinah
4.8.2    Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah  SAW  di Madinah.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.8.2.1   Siswa dapat mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah  SAW  di Madinah
 
A.  RENUNGAN
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka mempersiapkan hewan kurban untuk dipersembahkan kepada kaum Quraisy. Kufar Quraisy menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah. Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap kekuatan Islam yang sedang berkembang. Nabi Muhammad SAW mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Makkah, karena Makkah adalah tempat suci.

Akhirnya kaum Muslim menyetujui langkah Nabi Muhammad SAW, bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini dituliskan pada surah Al-Fath : 4 :
Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”.
Ayat tersebut bermakna bahwa Allah SWT telah memberikan ketenangan bagi hati mereka agar iman mereka bisa bertambah.
Amatilah garis besar isi Perjanjian Hudaibiyah berikut! : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Makkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Makkah"
Mari bermuhasabah dan renungkan! Apa kaitan surat Al-Fath : 4 dengan perjanjian Hudaibiyah ?
Berilah ulasan bahwa ajaran Islam berkembang dengan cara damai!





B.  MENGKAJI STRATEGI DAKWAH DI MADINAH
1.  ORANG-ORANG YASTRIB MASUK ISLAM
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW pada setiap musim haji mengunjungi kemah-kemah jama’ah haji untuk menyampaikan dakwahnya. Aktivitas ini mendapat respon sebagaimana ditunjukkan oleh Suwaid bin Shamit, seorang tokoh suku Aus dari Yatsrib yang menyatakan tertarik pada ajakan Rasulullah SAW. Selang beberapa lama setelah itu Iyaz bin Mu’adz seorang pemuda Khazroj juga menyatakan keIslamannya ketika Rasulullah SAW menemui rombongan kabilah Khazroj saat mereka datang ke Makkah. Aus dan Khazroj adalah dua kabilah Arab terkemuka di Yatsrib yang selalu bermusuhan. Mereka sedikit banyak sudah memiliki pengertian tentang ketuhanan, wahyu, kenabian dan hari akhir.
Pada musim haji tahun ke 11 dari kenabian, beberapa orang Khazroj, dua diantaranya Bani Najron masuk Islam. Sejak itu Rasulullah SAW menjadi pembicaraan hangat dari penduduk Yatsrib. Pada musim haji tahun berikutnya  12 orang laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah SAW di Aqobah. Mereka berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak menfitnah dan tidak mendurhakai Muhammad SAW. Peristiwa ini dikenal dengan Baiah Al-Aqobah Al-Ula (Baiah Aqobah pertama). Setelah itu Rasulullah SAW mengutus Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Setahun kemudian pada malam hari seusai menunaikan ibadah haji terjadi Baiah Al-Aqobah Ats-Tsaniyah (Baiah Aqobah kedua), dimana 73 orang laki-laki dan dua orang perempuan dari Yatsrib bertemu dengan Rasulullah SAW, yang waktu itu di dampingi Abbas bin Abdul Mutholib di Aqobah. 12 orang pemuka Aus dan Khazroj, masing-masing mewakili yang ada dalam kabilahnya, mengucapkan sumpah setia akan membela Rasulullah SAW walaupun jiwa dan harta taruhannya. Orang-orang Yatsrib itu masuk Islam tampaknya termotivasi oleh keinginan melepaskan diri dari perbudakan orang-orang Yahudi. 
2.  HIJRAH KE YATSRIB      
Setelah Baiah Aqobah ke dua tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah SAW. Menghadapai kenyataan ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Kelompok orang lemah diperintahkan lebih dulu karena merekalah yang paling banyak menderita penganiayaan dan paling sedikit mendapatkan perlindungan. Rasulullah SAW sendiri baru meninggalkan Makkah setelah seluruh kaum muslimin keluar dari Makkah kecuali Ali dan keluarganya, berikut Abu Bakar dan keluarganya. Ketika akan berangkat Rasulullah SAW meminta Ali untuk tidur di kamarnya untuk mengelabuhi musuh yang berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Makkah ditemani oleh Abu Bakar. Mereka bersembunyi di gua Tsur selama 3 malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera puteri Abu Bakar sendiri, Abdullah, Aisyah dan Asma serta sahayanya Amir bin Fuhairoh. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Makkah tentang Rasulullah SAW.
Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah bin Abi Bakar dan Abdullah bin Arqod seorang musyrik yang bertugas sebagai petunjuk jalan. Rombongan ini bergerak ke arah barat menuju laut merah kemudian belok ke utara mengambil jalan yang tidak biasa dilalui oleh kafilah-kafilah pada umumnya. Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas dan amat panas akhirnya pada hari Senin, tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun I Hijriyah, tibalah Nabi Muhammad SAW di Quba, sebuah tempat kira-kira 10 km dari kota Yatsrib.
Selama 4 hari di Quba beliau menginap di rumah Kultsum bin Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya sering dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Sedangkan Abu Bakar menginap di rumah Hubaib bin Isaf. Selam 4 hari istirahat, Nabi SAW mendirikan sebuah Masjid, yaitu masjid Quba. Itulah masjid yang pertama kali didirikan dalam sejarah umat Islam. Rasulullah SAW yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali bin Abi Thalib tiba di Quba selama menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia bergabung dengan Rasulullah SAW tinggal di rumah Ibnu Hadam. Keesokan harinya jum’at 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan muhajirin ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah SAW disambut dengan hangat penuh kerinduan oleh kaum Ansor. Begitu sampai di kota ini beliau melepas tali kekang unta yang ditungganginya dan membiarkan unta itu berjalan sekehendaknya. Unta itu baru berhenti di sebidang kebun yang di tumbuhi beberapa pohon kurma bersebelahan denga rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang di asuh oleh Abu Ayyub bernama Sahl dan Suhail putera Rafi’ bin Umar. Atas permintaan Muadz bin Ahro’,  kebun ini di jual dan di atasnya di bangun masjid atas perintah Rasuluulah SAW. Sejak kedatangan Rasulullah SAW Yatsrib berubah namanya menjadi Kota Madinah atau Madinatur Rasul atau Madinatul Munawwaroh.
Setelah menetap di Madinah ini Rasulullah SAW barulah memulai rencana mengatur siasat dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari tekanan dan ancaman, mempertalikan hubungan kekeluargaan antara kaum Muhajirin dan Ansor, mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslimin dengan bukan muslim, menyusun siasat, ekonomi, social serta dasar-dasar Daulah Islamiyah.
3.  STRATEGI DAN SUBSTANSI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah SAW itu pada umumnya merupakan sebuah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, social, ekonomi dan politik yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
a.  Dalam membina masyarakat Islam di Madinah strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW antara lain :
1)  Mendirikan Masjid. Beliau dahulukan mendirikan masjid sebelum bangunan-bangunan lainnya selain kediaman beliau sendiri, karena masjid mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan mereka lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daulah Islamiyah berlandaskan semangat tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat jihat di jalan Allah SWT, sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu banyak  tetapi rela mengorbankan harta dan jiwa untuk kepentingan Islam. Di masjid pula beliau senantiasa mengajarkan doktrin tauhid dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin dan ansor. Dan di dalam masjid pula kaum muslimin mengadakan sholat berjamaah, mengadakan musyawarah untuk merundingkan masalah-masalah yang di hadapi.
2)  Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak saudara dan kampung halaman mereka, di pererat oleh beliau dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Ansor karena kaum Ansor telah menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhaan Allah SWT semata. Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan Harits bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Muadz bin Jabal, Umar bin Khattab dengan Itbah bin Malik, begitu seterusnya tiap-tiap kaum Ansor dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan demikian kaum muhajirin yang bertahun-tahun berpisah dengan keluarganya merasa tentram dan aman melaksanakan syariat agamanya. Di tempat yang baru tersebut sebagian ada yang hidup berniaga ada yang bertani seperti (Abu Bakar, Utsman dan Ali) mengerjakan tanah kaum Ansor. Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad SAW dapat menyatukan dengan ikatan persaudaraan Islam yang kuat yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam satu ikatan masyaraka Islam yang kuat dengan semangat bergotong royong, senasib sepenanggunan. Segolongan orang arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan miskin disediakan tempat tinggal dibagian masjid yang kemudian dikenal dengan nama Ashab Shuffa. Keperluan hidup mereka dipikul bersama diantara Muhajirin dan Ansor.
3)  Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi.  Guna menciptaka suasana tentram di kota baru bagi Islam (Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di sekeliling kota Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang ahli politikus yang ulung yang belum pernah dilakukan oleh para nabi-nabi terdahulu. Diantara isi perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan kaum Yahudi antara lain :
a)  Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama kaum muslimin; kedua belah fihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.
b)  Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk melawan siapa saja yamg memerangi mereka. Orang Yahudi memikul belanja mereka sendiri begitu pula kaum muslimin juga memikul belanja mereka sendiri.
c)  Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasehat menasehati, tolong menolong, melaksanakan kebajikan dan keutamaan.
d)  Bahwa kota Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Kalau terjadi perselisihan antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka urusannya hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasullullah SAW.
e)  Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang yang zalim dan bersalah, sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-orang yang baik dan berbakti.
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammada SAW tersebut telah menjamin kemerdekaan beragama dan menjamin kehormatan jiwa dan harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah merupakan peristiwa yang baru dalam dunia politik dan peradaban manusia. Sebab waktu itu diberbagai pelosok dunia masih terjadi perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia.

No comments:

Post a Comment