PERJUANGAN NABI SAW PERIODE
MADINAH
(Sumber Bahan IHT Hotel Panorama Jember)
(Sumber Bahan IHT Hotel Panorama Jember)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnyadengan mematuhi
norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan
bahasa dan sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap pro- aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan memiliki
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta mempromosikan
penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia.
KI 3 : Memahami , menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin
tahu tentang bahasa dan sastra Indonesia
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak
untuk mengembangkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia secara mandiri dengan menggunakan metode
ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
2.7 Menunjukkan
sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
Indikator Pencapaian Kompetensi
2.7.1 Siswa mampu bersikap tangguh dan
semangat menegakkan kebenaran sebagai
implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
3.10.2 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di
Madinah.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10.2.1 Siswa dapat menjelaskan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di
Madinah
4.8.2 Mendeskripsikan
substansi dan strategi dakwah Rasullullah
SAW di Madinah.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.8.2.1 Siswa dapat mendeskripsikan
substansi dan strategi dakwah Rasullullah
SAW di Madinah
A. RENUNGAN
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka mempersiapkan
hewan kurban untuk dipersembahkan kepada kaum Quraisy. Kufar Quraisy
menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah. Pada
waktu ini, bangsa Arab
benar benar bersiaga terhadap kekuatan Islam yang sedang berkembang. Nabi Muhammad SAW
mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Makkah, karena Makkah adalah
tempat suci.
Akhirnya kaum Muslim
menyetujui langkah Nabi Muhammad SAW, bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini
dituliskan pada surah Al-Fath :
4 :
Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada)”.
Ayat tersebut bermakna bahwa Allah SWT telah memberikan ketenangan bagi
hati mereka agar iman mereka bisa bertambah.
Amatilah garis besar isi Perjanjian Hudaibiyah berikut! : "Dengan nama
Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan
Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang
ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang
ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih
berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan
dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy,
maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke
Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Makkah, untuk melakukan tawaf
disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke
bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Makkah"
Mari
bermuhasabah dan renungkan! Apa kaitan surat Al-Fath : 4 dengan perjanjian
Hudaibiyah ?
Berilah
ulasan bahwa ajaran Islam berkembang dengan cara damai!
B. MENGKAJI STRATEGI DAKWAH DI
MADINAH
1. ORANG-ORANG
YASTRIB MASUK ISLAM
Sudah menjadi kebiasaan
Rasulullah SAW pada setiap musim haji mengunjungi kemah-kemah jama’ah haji
untuk menyampaikan dakwahnya. Aktivitas ini mendapat respon sebagaimana
ditunjukkan oleh Suwaid bin Shamit, seorang tokoh suku Aus dari Yatsrib yang
menyatakan tertarik pada ajakan Rasulullah SAW. Selang beberapa lama setelah
itu Iyaz bin Mu’adz seorang pemuda Khazroj juga menyatakan keIslamannya ketika
Rasulullah SAW menemui rombongan kabilah Khazroj saat mereka datang ke Makkah.
Aus dan Khazroj adalah dua kabilah Arab terkemuka di Yatsrib yang selalu
bermusuhan. Mereka sedikit banyak sudah memiliki pengertian tentang ketuhanan,
wahyu, kenabian dan hari akhir.
Pada musim haji tahun ke 11
dari kenabian, beberapa orang Khazroj, dua diantaranya Bani Najron masuk Islam.
Sejak itu Rasulullah SAW menjadi pembicaraan hangat dari penduduk Yatsrib. Pada
musim haji tahun berikutnya 12 orang
laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah SAW di Aqobah.
Mereka berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak
membunuh anak-anak, tidak menfitnah dan tidak mendurhakai Muhammad SAW.
Peristiwa ini dikenal dengan Baiah Al-Aqobah Al-Ula (Baiah Aqobah pertama).
Setelah itu Rasulullah SAW mengutus Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada
penduduk Yatsrib. Setahun kemudian pada malam hari seusai menunaikan ibadah
haji terjadi Baiah Al-Aqobah Ats-Tsaniyah (Baiah Aqobah kedua), dimana 73 orang
laki-laki dan dua orang perempuan dari Yatsrib bertemu dengan Rasulullah SAW,
yang waktu itu di dampingi Abbas bin Abdul Mutholib di Aqobah. 12 orang pemuka
Aus dan Khazroj, masing-masing mewakili yang ada dalam kabilahnya, mengucapkan
sumpah setia akan membela Rasulullah SAW walaupun jiwa dan harta taruhannya.
Orang-orang Yatsrib itu masuk Islam tampaknya termotivasi oleh keinginan
melepaskan diri dari perbudakan orang-orang Yahudi.
2. HIJRAH KE
YATSRIB
Setelah Baiah Aqobah ke dua
tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin
Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah SAW. Menghadapai kenyataan ini
Rasulullah SAW menganjurkan kepada para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib.
Kelompok orang lemah diperintahkan lebih dulu karena merekalah yang paling
banyak menderita penganiayaan dan paling sedikit mendapatkan perlindungan. Rasulullah
SAW sendiri baru meninggalkan Makkah setelah seluruh kaum muslimin keluar dari
Makkah kecuali Ali dan keluarganya, berikut Abu Bakar dan keluarganya. Ketika
akan berangkat Rasulullah SAW meminta Ali untuk tidur di kamarnya untuk
mengelabuhi musuh yang berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur,
arah selatan Makkah ditemani oleh Abu Bakar. Mereka bersembunyi di gua Tsur
selama 3 malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan dan tempat persembunyian
mereka selain putera puteri Abu Bakar sendiri, Abdullah, Aisyah dan Asma serta
sahayanya Amir bin Fuhairoh. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam
dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Makkah tentang Rasulullah
SAW.
Pada malam ketiga mereka keluar
dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh
Abdullah bin Abi Bakar dan Abdullah bin Arqod seorang musyrik yang bertugas
sebagai petunjuk jalan. Rombongan ini bergerak ke arah barat menuju laut merah
kemudian belok ke utara mengambil jalan yang tidak biasa dilalui oleh
kafilah-kafilah pada umumnya. Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas
dan amat panas akhirnya pada hari Senin, tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun I
Hijriyah, tibalah Nabi Muhammad SAW di Quba, sebuah tempat kira-kira 10 km dari
kota Yatsrib.
Selama 4 hari di Quba beliau
menginap di rumah Kultsum bin Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya sering
dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Sedangkan Abu
Bakar menginap di rumah Hubaib bin Isaf. Selam 4 hari istirahat, Nabi SAW
mendirikan sebuah Masjid, yaitu masjid Quba. Itulah masjid yang pertama kali
didirikan dalam sejarah umat Islam. Rasulullah SAW yang meletakkan batu pertama
di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar kemudian diselesaikan oleh para
sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali bin Abi Thalib tiba di Quba selama menempuh
perjalanan selama 15 hari. Ia bergabung dengan Rasulullah SAW tinggal di rumah
Ibnu Hadam. Keesokan harinya jum’at 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24
September 622 M rombongan muhajirin ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah SAW
disambut dengan hangat penuh kerinduan oleh kaum Ansor. Begitu sampai di kota
ini beliau melepas tali kekang unta yang ditungganginya dan membiarkan unta itu
berjalan sekehendaknya. Unta itu baru berhenti di sebidang kebun yang di
tumbuhi beberapa pohon kurma bersebelahan denga rumah Abu Ayyub. Kebun ini
milik dua anak yatim bersaudara yang di asuh oleh Abu Ayyub bernama Sahl dan
Suhail putera Rafi’ bin Umar. Atas permintaan Muadz bin Ahro’, kebun ini di jual dan di atasnya di bangun
masjid atas perintah Rasuluulah SAW. Sejak kedatangan Rasulullah SAW Yatsrib
berubah namanya menjadi Kota Madinah atau Madinatur Rasul atau Madinatul
Munawwaroh.
Setelah menetap di Madinah ini
Rasulullah SAW barulah memulai rencana mengatur siasat dan membentuk masyarakat
Islam yang bebas dari tekanan dan ancaman, mempertalikan hubungan kekeluargaan
antara kaum Muhajirin dan Ansor, mengadakan perjanjian saling membantu antara
kaum muslimin dengan bukan muslim, menyusun siasat, ekonomi, social serta
dasar-dasar Daulah Islamiyah.
3. STRATEGI
DAN SUBSTANSI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Pekerjaan besar yang dilakukan
Rasulullah SAW dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam
yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah SAW
itu pada umumnya merupakan sebuah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, social, ekonomi dan
politik yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
a. Dalam membina masyarakat Islam di Madinah strategi
dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW antara lain :
1) Mendirikan Masjid. Beliau dahulukan mendirikan masjid sebelum
bangunan-bangunan lainnya selain kediaman beliau sendiri, karena masjid
mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan
mereka lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daulah Islamiyah
berlandaskan semangat tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat
jihat di jalan Allah SWT, sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu
banyak tetapi rela mengorbankan harta
dan jiwa untuk kepentingan Islam. Di masjid pula beliau senantiasa mengajarkan
doktrin tauhid dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin
dan ansor. Dan di dalam masjid pula kaum muslimin mengadakan sholat berjamaah,
mengadakan musyawarah untuk merundingkan masalah-masalah yang di hadapi.
2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin
yang jauh dari sanak saudara dan kampung halaman mereka, di pererat oleh beliau
dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Ansor karena kaum Ansor telah
menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan yang
bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhaan Allah SWT semata.
Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan Harits bin Zaid, Ja’far bin Abi
Thalib dengan Muadz bin Jabal, Umar bin Khattab dengan Itbah bin Malik, begitu
seterusnya tiap-tiap kaum Ansor dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan
demikian kaum muhajirin yang bertahun-tahun berpisah dengan keluarganya merasa
tentram dan aman melaksanakan syariat agamanya. Di tempat yang baru tersebut
sebagian ada yang hidup berniaga ada yang bertani seperti (Abu Bakar, Utsman
dan Ali) mengerjakan tanah kaum Ansor. Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad
SAW dapat menyatukan dengan ikatan persaudaraan Islam yang kuat yang terdiri
dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam satu ikatan masyaraka Islam yang
kuat dengan semangat bergotong royong, senasib sepenanggunan. Segolongan orang
arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan miskin disediakan tempat tinggal
dibagian masjid yang kemudian dikenal dengan nama Ashab Shuffa. Keperluan hidup
mereka dipikul bersama diantara Muhajirin dan Ansor.
3) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi. Guna menciptaka suasana tentram di kota baru
bagi Islam (Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian persahabatan dan
perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di sekeliling kota
Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai seorang ahli politikus yang ulung yang belum pernah dilakukan oleh para
nabi-nabi terdahulu. Diantara isi perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan
kaum Yahudi antara lain :
a) Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama kaum muslimin;
kedua belah fihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.
b) Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk
melawan siapa saja yamg memerangi mereka. Orang Yahudi memikul belanja mereka
sendiri begitu pula kaum muslimin juga memikul belanja mereka sendiri.
c) Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasehat menasehati,
tolong menolong, melaksanakan kebajikan dan keutamaan.
d) Bahwa kota Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati
oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Kalau terjadi perselisihan
antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka urusannya hendaklah diserahkan
kepada Allah dan Rasullullah SAW.
e) Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota
Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang yang zalim dan
bersalah, sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-orang yang baik dan berbakti.
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammada SAW
tersebut telah menjamin kemerdekaan beragama dan menjamin kehormatan jiwa dan
harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah merupakan peristiwa yang baru
dalam dunia politik dan peradaban manusia. Sebab waktu itu diberbagai pelosok
dunia masih terjadi perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia.
No comments:
Post a Comment