Tindakan
ini berarti melanggar perjanjian Hudaibiyah. Menanggapi sikap kaum Quraiys ini
pada 10 Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW memimpin 10.000 pasukan berangkat
berangkat menuju Makkah. Ketika pasukan besar itu berkemah di dekat kota
Makkah, Abbas bin Abdul Muthalib datang menyatakan keIslamannya, disusul Abu
Sofyan pemimpin besar Quraiys yang sudah kandas dengan ambisinya. Setelah Abu
Sofyan menyerah, Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk memasuki kota
Makkah lewat 4 penjuru.
Dengan demikian Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin
tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan berhala di sekeliling Ka’bah
mereka hancurkan kemudian mereka thawaf mengelilingi Ka’bah dan kemudian
turunlah QS. Al-Isro’ : 81. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Ramadhan 8 H.
Inilah yng disebut dengan Fathul Makkah. Dengan pembebasan kota Makkah bukan
berarti musuh Islam sudah lenyap, kabilah-kabilah di sekitar Makkah seperti
Badui, kaum Masehi di Najran, dan beberapa kabilah yang terdiri dari Hawazin,
Tsaqif, Jusyam, Nasr, Sa’ad bin Bakar dan Bani Hilal membentuk persekutuan baru
untuk menyerang kaum muslimin. 10.000
pasukan dari Madinah + 2.000 dari Makkah segera disiapkan untuk menyerang para
komplotan sebelum mereka menyerang. Ketika pasukan kaum muslimin melewati
jalan-jalan sempit di sela-sela bukit Hunain pegunungan Tihamah tiba-tiba
diserang dengan membabi buta hingga membuat pasukan kaum muslimin sempat kocar
kacir. Kemudian Rasullullah SAW berdiri ditemani tidak kurang dari 100 sahabat termasuk Abu Bakar, Umar,
Ali dan Abbas memberikan komando untuk melakukan serangan balik dan akhirnya
musuh dapat taklukkan. Sisa-sisa musuh yang kalah melarikan diri ke Thaif
termasuk pemimpin mereka Malik bin Auf
dan bertahan di benteng kota yang terkenal sangat kuat. Kaum muslimin
mengepung benteng itu beberapa waktu lamanya namun tidak berhasil. Akhirnya
Rasulullah SAW kembali ke Ja’ronah dan tetap memblokir daerah sekitarnya. Pada
saat itulah kabilah Hawazin menyerah dan menyatakan masuk Islam, begitu juga
penduduk Thaif yang menderita akibat blokade kaum muslimin juga menyatakan
masuk Islam.
Pada
bulan Rajab 9 H bertepatan dengan bulan oktober 630 M. Rasulullah SAW
mempersiapkan pasukan untuk menghadapi tentara Romawi di utara. Karena medan
yang dituju amat jauh dan musuh yang dihadapi sangat kuat dan terlatih maka
Rasulullah SAW membentuk pasukan khusus yang dinamakan “Jaisyul Usroh”, (Laskar
Saat Kesulitan) karena pada waktu sedang terjadi musim panas dan di Madinah
sedang musim panen. Seluruh biaya perang di tanggung oleh beberapa sahabat yang
kaya seperti Abu Bakar mendermakanseluruh hartanya, Utsman mendermakan 300 unta
dan uang 1000 dinar. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang tentara Islam,
mundur kembali ke negerinya setelah melihat betapa besar jumlah pasukan lawan yang
dipimpin Rasulullah SAW dan pahlawan-pahlawan padang pasir yang tak kenal
mundur. Kaum muslimin tidak mengejar mereka tetapi berkemah di Tabuk. Oleh
karena itu peristiwa itu dikenal dengan nama perang Tabuk.
Sesudah
Islam mencapai kemenangan hampir diseluruh jazirah Arab hanya kabilah-kabilah
yang terpencar-pencar yang belum menganut Islam. Ketika pemuka-pemuka kabilah
itu mengetahui bahwa Makkah sudah di kuasai oleh kaum muslimin, mereka
menyadari tidak mungkin lagi ada kekuatan yang mampu memerangi kaum muslimin.
Oleh Karen itu, sejak tahu 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab
datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah SAW menyatakan masuk Islam.
Mereka itu antara lain Bani Tsaqif dari Thaif, Bani As’ad dari Najd, Bani Tamim
disusul kemudian oleh utusan dari Yaman dan sekitarnya pada tahu 10 H. Oleh
Karena itu tahun ini disebut tahun perutusan atau ‘Am Al-Wufud. Demikianlah
Islam telah merata diseluruh jazirah Arab setelah Rasulullah SAW berjuang lebih
dari 20 tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya berpecah belah dan selalu
bermusuhan, kini bersatu di bawah seorang pemimpin dan bernaung di bawah satu
panji yaitu panji Islam.
Haji Wada’ dan Akhir Hayat
Rasulullah SAW.
Ketika
para utusan kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi SAW untuk memeluk agama
Islam kemudian disusul turunnya surat An-Nasr yang menggambarkan utusan-utusan
itu serta menyuruh Nabi untuk memohonkan ampun untuk mereka, maka terasalah
beliau bahwa tugasnya hampir selesai. Kemudian Rasulullah SAW bermaksud menunaikan
ibadah haji ke Baitullah. Pada tanggal 25 Dzulqo’dah 10 H, beliau bersama-sama
100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Makkah. Pada tanggal 8
Dzulhijjah yang juga disebut hari tarwiyah Rasulullah SAW bersama rombongan
berangkat menuju Mina dan pada waktu fajar berikutnya mereka berangkat ke
Arofah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat
penting, yang ternyata merupakan pidato terakhir dihadapan khalayak yang sangat
banyak, sehingga pidato itupun dikenal dengan Khutbah Al-Wada’i (pidato
perpisahan). Beliau menyampaikan amanah dari atas punggung unta dan meminta
Rabi’ah bin Umayyah untuk mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau
ucapkan. Dan haji inilah yang kemudian terkenal dengan haji Wada’. Kira-kira 3
bulan sesudah mengerjakan haji wada’, Nabi SAW menderita demam selama beberapa
hari, kemudian menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan beliau mengimami shalat
jama’ah. Pada tanggal 12 Rabi’ula Awwal 11 H (8 Juni 632 M), Rasulullah SAW
kembali ke hadirat Allah SWT dalam usia 63 tahun. Inna lillahi wainna ilaihi
ro’jiuun. Selama 23 tahun lamanya sejak diangkat menjadi Rasul beliau berjuang
tak mengenal lelah dan derita untuk menegakkan agama Allah SWT yakni agama
Islam. Rasulullah SAW telah wafat, tak ada harta benda yang berarti yang beliau
tinggalkan untuk diwariskan kepada istri dan anak-anaknya, tetapi beliau
meninggalkan dua buah pusaka yang beliau wariskan kepada seluruh umat Islam,
sebagaimana sabdanya:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا
لَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ. رواه مسلم
Artinya
: “Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), yang kamu tak akan tersesat
selama-lamanya, selama kamu masih berpegang pada keduanya yaitu kitab Allah dan
sunnah rasulNya”. (HR. Muslim)
a. Adapun substansi dakwah Rasulullah SAW
di Madinah dapat dilihat dari perubahan yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW
meliputi segala segi dan bidang kehidupan antara lain :
1) At-Tauhid. Bangsa
Arab di zaman jahiliyah, mereka menyembah patung-patung, batu-batu berhala dan
mereka menyembelih hewan-hewan qurban dihadapan patung-patung untuk
memulyakannya. Mereka tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling berpecah
belah, saling membunuh dan bermusuhan. Kemudian datanglah Rasulullah SAW
membawa risalah Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tak ada Tuhan yang berhak di
sembah kecuali Allah SWT yang telah menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab
Al-Qur’an benar-benar telah menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka,
hingga mereka hanya menyebah satu Tuhan yaitu Allah SWT.
2) Al-Ikha’
(persaudaraan). Persaudaraan merupakan azas yang sangat penting dalam
masyarakat Islam yang diletakkan Rasulullah SAW. Bangsa Arab yang sebelumnya
lebih menonjolkan identitas kesukuannya, setelah memilih Islam diganti dengan
identitas baru yaitu ukhuwah islamiyah. Atas dasar ini pula kaum muhajirin dan
ansor dipersaudarakan sebagaimana telah diceritakan di depan. Banyak sekali
ayat-ayat dan hadits yang menjelaskan tentang persaudaraan ini.
3) Al-Musyawwamah (persamaan). Rasulullah SAW dengan tegas
mengajarkan seluruh manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan dari tanah,
seorang Arab tidak lebih mulia dari seorang ajam (bukan Arab) demikian pula
sebaliknya, orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa kepada
Allah SWT (Al-Hujurot :13). Atas dasar inilah setiap warga masyarakat memiliki
hak kemerdekaan, kebebasan (al-hurriyah). Dengan dasar ini Rasulullah SAW
menganjurkan kepada para sahabatnya untuk memerdekaan hamba-hamba sahaya yang
dimilki oleh bangsawan-bangsawan Quraiys.
4) At-Tasamuh (toleransi). Hal ini bisa kita lihat dalam
piagam Madinah, dimana umat islam siap berdampingan dengan kaum Yahudi atau
bangsa apapun di dunia atas dasar saling menghormati dengan pemeluk agama lain
(Al-Kafirun : 6) Karena terbukti orang Yahudi telah mengusik keyakinan umat
Islam dan berusaha mencelekai Rasulullah SAW, maka satu persatu mereka di usir
dari Madinah.
5) At-Tasyawur (musyawarah). Kendatipun Rasulullah SAW mempunyai
kedudukan yang sangat tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acap kali beliau
meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan-urusan dunia dan sosial
budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap benar, tidak jarang
beliau mengikuti pendapat mereka. (lihar Ali Imron :159, Asy-Syuro’ : 38)
6) At-Ta’awun (tolong menolong). Tolong menolong sesama
muslim, antara lain telah ditujukan dalam bentuk persaudaraan antara kaum
Muhajirin dan Ansar, juga saling membantu antara penduduk Madinah dengan fihak
lain. (lihat Al-Maidah : 21)
7) Al-‘Adalah (keadilan). Hal ini berkaitan erat dengan hak
dan kewajiban setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
posisinya masing-masing. Di satu sisi seseorang memperoleh haknya, sementara
disisi lain ia berkewajiban memberikan hak orang lain kepada yang berhak
menerimanya. Prinsip ini berpedoman pada surat Al-Maidah : 8 dan An-Nisa :
58.
1. Meneladani
Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Sikap dan perilaku yang
mencerminkan penghayatan terhadap
substansi dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain sebagai
berikut :
a. Mencintai
Rasulullah SAW dengan konsisten dan berkomitmen melaksanakan Al Quran dan
Al-Hadist
b. Meneladani sunah nabi, seperti gemar menafkahkan harta di
waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain
serta tolong-menolong.
c. Gemar membaca buku, termasuk buku sejarah, khususnya
sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
d. Memelihara silaturahmi dan rukun sesama manusia,
khususnya rukun sesama muslim
e. Mengunjungi tanah suci Mekah dan Madinah untuk melihat
atau napak tilas perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan menunaikan ibadah haji
atau umrah.
f.
Mempelajari
dan memahami Al Quran dan Hadis serta mengaplikasikan pesan-pesan yang terdapat
di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
g. Senantiasa berjihad di jalan Allah dengan mengikuti
petunjuk Al Quran, bersikap sabar, dan tidak merusak.
h. Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk
memperingati hari-hari besar Islam, seperti Maulid atau Isra Mikraj dan hari
besar lainnya.
i.
Merawat
dan melestarikan tempat ibadah (masjid), yakni dengan membersihkan dan
mengisinya dengan kegiatan salat berjamaah, pengajian/diskusi, dan lain-lain
sehingga terwujud kehidupan yang Islami.
j.
Menekuni
dan mempelajarinya warisan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Quran dan sunahnya serta
diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari
A. USWAH HASANAH
(MUSLIM - 121) : Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Abu Umar al-Makki telah menceritakan kepada kami Marwan
al-Fazari telah menceritakan kepada kami Abu Ya'fur dari al-Walid bin al-Aizar
dari Abu Amru asy-Syaibani dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Saya
bertanya, 'Wahai Nabi Allah, amal apakah yang paling dekat kepada surga? ' Beliau menjawab: 'Shalat pada
waktunya.' Aku bertanya lagi, 'Dan apalagi wahai Nabi Allah? ' Beliau menjawab:
'Berbakti kepada kedua orang tua.' Aku bertanya lagi, 'Dan apa wahai Nabi
Allah? ' Beliau menjawab: 'Jihad di jalan Allah'."
Diskusikan dengan temanmu!
Bagaimana
pendaptmu jika ada orang yang mengatas namakan Islam dan dengan dalih jihad
mereka membawa pentungan, senjata api dan semacamnya, kemudian mereka merusak
tempat-tempat maksiat, merusak tempat-tempat ibadah yang tidak sefaham bahkan
sampai melakukan bom bunuh diri? Bagaimana jihad yang benar menurut menurut
Islam? Bandingkan dengan jihad Rasulullah SAW dan umat Islam pada pereode peradaban Islam di Madinah?
B. RANGKUMAN
Dakwah
Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai dengan wafatnva
Rasulullah SAW tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah. Materi dakwah yang disampaikan
Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain dalam bidang ketauidan,
persaudaraan, persamaan, toleransi, musyawarah, tolong-menolong, keadilan serta
meletakkan dasar- dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Hal
ini diawali ketika Nabi tiba di Madinah, langkah pertama yang dilakukan bersama
pengikut-pengikutnya adalah mendirikan masjid. Di masjid inilah Rasulullah SAW
mengerjakan shalat berjamaah dengan para sahabatnya dan mengajarkan Al-Qur’an
serta memberikan pengajaran dan mendidik kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu
Rasulullah SAW mengadakan pertemuan dan musyawarah dalam segala urusan baik
politik ekonomi dakwah dan sebagainya juga dilaksanakan di Masjid.
Setelah
membangun masjid langkah Rasulullah SAW berikutnya adalah membina Ukhuwah
Islamiyah, persaudaraan Islam dan menghilangkan bekas-bekas permusuhan antara
suku dan kabilah, ditekankan bahwa sesama muslim adalah bersaudara,
persaudaraan Islam tidak dibatasi oleh suku, kabilah, bangsa, warna kulit,
apalagi golongan anshor dan muhajirin. Dari sinilah solidaritas Islam
mendapatkan wajah ideal sehingga tidak didapati kesenjangan antara ajaran
dengan praktek dalam masyarakat. Persaudaraan Islam bertambah kokoh dan kuat
sehingga mampu mempersatukan kaum muslimin dalam satu kekuatan politik, ekonomi
sosial maupun budaya.
No comments:
Post a Comment