D. DISKRIMINASI
Langkah awal saat
Nabi Muhammad saw. berada di Madinah dan mendirikan Pemerintahan Islam adalah
disepakatinya suatu perjanjian yang bernama “PIAGAM MADINAH”. Piagam ini
merupakan janji dan kesepakatan seluruh penduduk Madinah yang meliputi 3 unsur Islam, Yahudi dan Nasrani.
Isi “PIAGAM
MADINAH” adalah:
1. Seluruh penduduk
Madinah adalah merupakan
satu kesatuan warga yang bebas berfikir dan melakukan
agamanya masing-masing, serta tidak boleh saling mengganggu.
2. Apabila Madinah diserang musuh,
mereka harus mempertahankannya bersama-sama.
3. Apabila salah satu golongan
diserang musuh, golongan yang lain harus membantunya.
4. Jika timbul perselisihan,
penyelesaiannya di bawah keadilan yang dipimpin oleh Rasulullah saw.
Empat poin isi Piagam Madinah tersebut meletakkan semua unsur yang ada
dalam persamaan, tidak ada perbedaan, tidak ada yang dianggap berdarah biru
atau berdarah hitam, dalam hubungan bernegara dan bermasyarakat mereka memiliki
kedudukan yang sama, tidak ada yang dimarginalkan, dikesampingkan, direndahkan
apalagi dilecehkan walaupun terhadap mereka yang berbeda agama.
Empat poin isi Piagam Madinah di atas sama sekali tidak mengandung DISKRIMINASI (bila diskriminasi diartikan pembedaan,
perendahan, pelecehan, pembiaran dsb), oleh karenanya diskriminasi bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar Islam sebagai AGAMA FITROH, yaitu agama yang
sejalan dengan fitroh/ kecendrungan dasar manusia.
Fitrah artinya watak hakiki dan asli dari tiap-tiap manusia. Agama Islam
merupakan agama yang tidak bertentangan dengan watak hakiki setiap manusia
karena pada dasarnya manusia itu diciptakan Allah swt. atas kodrat yang
“hanif”, maksudnya senantiasa memihak kepada kebenaran. ( Ar Rum ayat 30 )
Islam disebut sebagai Agama Fitrah dapat dibenarkan secara akal, hal ini
minimal berdasar dua alasan, sebagai berikut :
1. Fakta membuktikan bahwa ajaran
Islam, sangat sejalan dengan fitrah dasar manusia.
2. Manusia merupakan mahluk ciptaan
Allah swt. sedangkan Islam diturunkan dengan fungsi sebagai pedoman hidup
manusia.
KH. Achmad Siddiq dalam pengajiannya di PPI As Shiddiqi Putera Jember (31
Agustus 1982) memberikan penjelasan tentang prinsip dasar Islam dikaitkan
dengan kecendrungan dasar / fitroh manusia dan eksistensi hidup manusia, yaitu
:
1. Islam melindungi hak beragama.
Artinya bahwa Agama Islam memberikan kebebasan dalam menentukan
kepercayaannya, dalam memilih Agama yang akan dianutnya, tidak ada pemaksaan
dalam memeluk agama.
Diantara ayat Al Qur’an yang menjamin kebebasan beragama :
لاَ إكـْـرَاهَ في الــدين
قَـــدْ تَبـَــينَ الرُشْـدُ من الــغَيِّ. البقرة : 256
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. QS Al Baqarah : 256
ولـوْ شــــاء رَبُك لآمـن
من في الأرض كلـُــــــهم جميْــــعًا أفأنتَ تُكـــرِهُ الــــناسَ حَتى يكـــوْنـوا
مُـؤْمنــــــــــــــين. يونس :99
Artinya : Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? QS Yunus : 99
Islam melarang berperang hanya karena alasan beda agama, begitu juga antar
sesama pemeluk agama dilarang bermusuhan hanya kerena beda agama, begitu pula
hubungan anak dan orang tua dilarang putus hanya alasan beda agama.
Dan tidak dibenarkan agama yang satu menindas agama yang lain.
2. Islam melindungi keselamata jiwa
Islam memberikan perlindungan terhadap keselamatan jiwa seseorang, oleh
karenanya maka dilarang membunuh, menyakiti atau menghilangkan anggota badan
seseorang tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara’ (undang-undag)
وَكَتَـبْـنَا عَلَـيْهِمْ
فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّـفْسِ وَالْعَـيْنَ بِالْعَـيْنِ وَالأَنْفَ
بِالأَنْفِ وَالأُذُنَ بِالأُذُنِ وَالسِّـنَّ بِالسِّـنِّ وَالْجُــرُوحَ قِـصَاصٌ
فَمَنْ تَصَـدَّقَ بِهِ فَـهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ. المائدة : 45
Artinya : Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya.
Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi)
penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. QS. Al Maidah
: 45
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ
حَيَاةٌ يَاأُولِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. ألبقرة : 179
Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. QS Al Baqarah : 179
Segala bentuk prilaku yang mengancam jiwa seseorang dilarang oleh Islam dan
yang terkait di dalamnya adalah persamaan perlakuan dibidang hukum.
Nabi saw. bersabda :
الــناسُ سـَـواسِــيَةٌ
كأسْــنَانِ الـْمُشْـطِ
Artinya : Manusia itu sama, tak
obahnya seperti gigi-gigi sisir.
Islam mengajarkan
bahwa setiap individu mendapat perlakuan yang sama dalam bidang hukum dalam
arti lain tidak satupun yang kebal hukum, ketika turun ayat Al Qur’an tentang
hukuman potong tangan bagi pencuri, bahkan Nabi Muhammad saw. bersabda :
وإنى والـذى نـفسى
بـيَـــده لـو أن فاطـمَــــةَ بنـْـتَ مـحَمَـدٍ ســــــرقت لَـقَطَعْتُ يَــدَهَــا
Artinya : Dan saya, Demi Allah yang
diriku dalam kekuasaanya, andai Fathimah anak Muhammad mencuri, pastilah aku
potong tangannya.
Ini satu contoh
ketegasan dan keadilan Nabi saw. dimana beliau sama sekali tidak
membeda-bedakan siapapun dihadapan hukum, tidak ada yang mendapat keringanan
karena sebab keturunan dan lainnya, apalagi kebal terhadap hukum.
No comments:
Post a Comment