Thursday 21 March 2013

XII.2.1 AL QUR'AN TTG PENG. IPTEK, bagian 1



A.     MEMBACA DENGAN BAIK / BENAR AL QUR'AN SURAT YUNUS AYAT 101 DAN AL BAQOROH AYAT 164

X.2.4 HASAD, RIYA, DLL, bagian 5



D.   DISKRIMINASI
3.   Islam melindungi akal
Keistimewaan manusia dibanding mahluk yang lain adalah akalnya, oleh sebab itu Islam melindungi akal manusia agar tetap eksis dan melarang semua bentuk apapun yang dapat merusak akal, merusak pola pikir, sehingga akal tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti misalnya minuman keras, narkotik dll.

X.2.4 HASAD, RIYA, DLL, bagian 4



D.   DISKRIMINASI
Langkah awal saat Nabi Muhammad saw. berada di Madinah dan mendirikan Pemerintahan Islam adalah disepakatinya suatu perjanjian yang bernama “PIAGAM MADINAH”. Piagam ini merupakan janji dan kesepakatan seluruh penduduk Madinah yang meliputi 3 unsur  Islam, Yahudi dan Nasrani.

X.2.4 HASAD, RIYA, DLL, bagian 2



B.   RIYA’
Riya’ adalah menampakkan kebaikan atau keutamaan diri sendiri kepada orang lain melalui pembicaraan, tulisan, sikap dan perbuatan dengan maksud mendapat perhatian atau pujian.

X.2.4 HASAD, RIYA, DLL, bagian 1


A.     HASAD
Hasad biasa diartikan dengan kata dengki, yaitu perasaan tidak senang melihat orang lain memperoleh nikmat (kesenangan) dan mengharap hilangnya nikmat yang ada pada orang lain tersebut, bahkan ada keinginan nikmat itu pindah pada dirinya. Sifat dengki ini tidak saja jelek akan tetapi lebih dari itu dapat merusak / menghilangkan pahala ibadah yang telah dilakukan.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
إيـاكـمْ والـحسَـدَ فـإن الـحسَـدَ يـأكل الحسـناتِ كمـَا يـأكل الــنارُ الحطب
Artinya :  Jauhilah olehmu sifat dengki, karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan (menghilangkan) pahala kebaikan, seperti api membakar kayu bakar. HR. Abu Dawud
Dalam kitab Durrotun Nashihin dijeladkan bahwa dengki itu memiliki 8 bahaya, yaitu:
1.   Dapat merusak ibadah, seperti keterangan hadis di atas.
2.   Mendorong pada perbuatan dosa, karena seperti biasanya orang yang dengki itu tidak akan bebas dari ghibah, dusta, mencaci, mengumpat dan sebagainya. Dikatakan oleh Samurah bin Tha’labah “
لا يـزَالُ الــناسُ بـخَـير مالـم يـتحَاسَـدُوا
Artinya :  Manusia selalu dalam keadaan baik, sepanjang ia tidak dengki mendengki.
3.   Menghalangi untuk mendapatkan syafaat Nabi saw..
Dari Abdullah bin Basyar, Nabi Muhammad saw. bersabda :
ليْسَ مـنى ذُوحَسَـدٍ ولا ذوْ نمـيْمَـــة ولا ذوْ كَــــهَانـــة ولا أنا مِـنْــهُ
Artinya :  Bukanlah termasuk golonganku orang yang dengki, yang adudomba, tukang ramal (dukun), dan akupun bukan golongan dia.
4.   Akan dimasukkan neraka.
5.   Menyebabkan gangguan pada orang lain, firman Allah swt.:
قُلْ أَعُـوْذُ بِـرَبِّ الْفَـلَقِ. مِن شَـرِّمَا خَـلَقَ.وَمِن شَـرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِن شَـرِّ النَّـــفَّاثَاتِ فِي العُــقَدِ. وَمِن شَــرِّ حَاسِــــدٍ إِذَا حَسَدَ.
Artinya :  Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".. QS Al Falaq.
6.   Menyebabkan kesal hatin dan rasa duka berkepanjanan.
7.   Menyebabkan buta hati, sehingga tidak dapat menangkap dan memahami kebenaran.
8.   Menyebabkan kegagalan dan sulit untuk berhasil, pepatah mengatakan :
الـحَسُــوْدُ لا يَـسُـوْدُ
Artinya :  Pendengki tidak akan meraih kemuliaan.
B.     RIYA’
Riya’ adalah menampakkan kebaikan atau keutamaan diri sendiri kepada orang lain melalui pembicaraan, tulisan, sikap dan perbuatan dengan maksud mendapat perhatian atau pujian.
Riya’  merupakan hal yang bisa melunturkan keimanan kepada  Allah swt., menghilangkan pahala dari kebaikan-kebaikan yang dilakukan serta menjadi penghalang pertemuannya dengan Allah swt. kelak.
فـمَـنْ كانَ يـَـرْجـُـــــــوْ لـِــــقَآء رَبــِّـه فـليـَـعْـمَـــــــــلْ عـَـمَـــــــلاً صـَـالـِـــحـًا وَ لا  يـُشـْــــرك بعـِـــــــبَادَةِ رَبــه احَـــــدًا
Artinya :  “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya " QS. Al Kahfi : 110.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Addzahabi, diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw. ditanya tentang sesuatu yang dapat menyelamatkan kelak di akhirat. Nabi saw. menjawab : Janganlah kamu menipu atau memppermainkan Allah swt.
Kemudian ketika Nabi saw. ditanya tentang maksud menipu atau memppermainkan Allah swt. maka Beliau menjawab : yaitu kamu mengerjakan perintah Allah swt. dan RasulNya bukan bertujuan untuk meraih keridhaan Allah swt. akan tetapi untuk kepentingan selain Allah swt. Kemudian ditegaskan oleh Nabi saw. :
فاتــقـــواالرّ يـَاءَ فـَإنــهُ الشّـِــــــــرْكُ بـاللهِ 
Artinya :  “Jauhilah (berhati-hatilah) akan riya’ karena sesungguhnya riya’ itu termasuk perbuatan syirik kepada Allah swt.”

Dalam hadis lain, Nabi saw. menegaskan bahwa riya termasuk syirik kecil (samar). Perhatikan beberapa hadis berikut :
اِنّ اخْــــوَفَ مـَااخَــــــافُ عـَلى اُمَّــــــتيْ الاِشْـــــــرَاكُ باللهِ, اَمـَـا اِنِّـىْ لاَ  اقـُـوْلُ تـَعْـبُـــدُوْنَ شَمْــــشًا وَ لاَ قَـــمَـــرًا ولا وَ ثَـــنًا وَلـكـــنْ اعْـــمَالاً لـِغـَـــيْرِ اللهِ وشَــهْــوَةً خَــفِــــيَّـــــــــةً     رواه ابن حبان
Artinya   : “Sesungguhnya yang sangat aku kuatirkan terhadap umatku, ialah syirik pada Allah swt. ingatlah bukan aku berkata : Kamu akan menyembah matahari, atau bulan, atau berhala, tetapi kamu berbuat amal untuk selain Allah, dan karena terdorong syahwat yang samar”  HR. Ibnu Hibban
اِنّ اخوَفَ ما اخَـافُ عَليـْكم الشرْكُ الاصْغَرُ وَهُوَ الرِّ ياءُ  رواه  احمد
Artinya   : “Sesungguhnya yang sangat aku kuatirkan atas kamu, ialah syirik yang kecil (samar) yaitu riya’   HR. Ahmad
Untuk memperluas pemahaman tentang RIYA’ dapat dilihat dalam AL QUR’AN Surat Al Baqarah ayat 264, An Nisa’ ayat 38 dan 142 serta Surat Al Ma’un.
 C.     ANIAYA
Aniaya ad atau DLALIM, yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, juga berarti yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan, juga berarti segala prilaku (perbuatan, perkataan sikap) yang melanggar aturan Islam baik yang terkait hubungan manusia dengan Allah swt. maupun yang terkait dengan sesama mahluk.