XII.1.5
|
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DI
DUNIA, bag 1
|
KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI 2 : Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro- aktif)
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami
dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
3.10 Menganalisis faktor-faktor kemajuan
dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10.1 Siswa dapat menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
4.10 Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.10.1 Siswa dapat mendiskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami faktor-faktor
kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
2. Mendeskripsikan
faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
KEGIATAN PEMBELAJARAN
·
Mengamati
-
Mengamati
tayangan video tentang perkembangan Islam di dunia
-
Membaca
artikel tentang kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
·
Menanya
-
Mengajukan
pertanyaan berkaitan dengan perkembangan Islam di dunia, seperti faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam?
·
Eksperimen/Eksplor
-
Diskusi
tentang perkembangan peradaban Islam di dunia
-
Menelaah
faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan peradaban Islam di dunia
-
Menelaah
faktor-faktor yang memepengaruhi kemunduran peradaban Islam di dunia
·
Assosiasi
-
Menyimpulkan
perkembangan peradaban Islam di dunia
-
Menyimpulkan
faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia
·
Komunikasi
-
Menyajikan/melaporkan
hasil diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam di dunia
-
Menanggapi
hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi, dan menyanggah).
-
Membuat
resume pembelajaran di bawah bimbingan guru.
KEMAJUAN
DAN KEMUNDURAN ISLAM
Islam, pada awal perkembangannya terutama
pada zaman Nabi Muhammad saw. sangat menarik dan santun sehingga banyak orang
yang berbondong-bondong masuk Islam, seperti digambarkan QS. An Nasr ayat 2:
وَرَأَيْتَ النَّاسَ
يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
Artinya : Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong
Ketika Islam dipimpin para khalifah
yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak
hanya dianut oleh orang-orang arab dan sekitarnya, dan sepeninggalnya para
khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan
administrasi Negara.
Sedangkan ketika dinasti abbasiyah maju
sebagai pimpinan, Islam mengalami kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi yang diambilkan dari al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat
kauniyah (alam semesta) yang dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah
beberapa abad lamanya Islam mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan
pindah ke negeri barat.
A.
MASA KEMAJUAN ISLAM
(650-1000 M)
Ada beberapa langkah-langkah awal yang
dilakukan oleh pendiri khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah
satunya adalah melakukan penataan internal dan eksternal. Dibidang internal
Abbasiyah membangun ibu kota baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk
Biro – Biro, Membangun sistem organisasi militer, menciptakan administrasi
wilayah pemerintahan dan memberangus dominasi Arab di posisi pemerintahan
strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi
jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal.
Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan
melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana kita ketahui, puncak masa
keemasan Islam terjadi pada masa Al-Mansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid,
al Makmun, al Mu’tasim al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep
pemerintahan dari Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara
melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan
khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun.
Pada masa ini pula tata pemerintahan
Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang
yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di
pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Pembentukan ibukota baru yang berfungsi
sebagai pusat pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi.
Al-Mansur memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang
memperoleh pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa
Bani Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di Damaskus. Pada perkembangannya
kota Baghdad menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku,
etnis agama dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan
internasional.
Pada paruh pemerintahan, dibawah
kepemimpinan al-Mansur, Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan
khalifah dari otoritas penuh khalifah menjadi tugas seorang perdana menteri.
Yang membawahi kepala – kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir
masing – masing adalah ; Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen
Perhubungan. Adapun urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab
yang membawahi ; Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan,
Sekretaris Urusan Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang
menjabat posisi wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan lainnya terlihat pada
serangkaian ekspansi wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah
Abbasiyah pertama yang menguman-dangkan perang melawan Bizantium, memulai
serangan dan sukses brilian.
Pada 782 pasukan Arab, mencapai
Bosporus dan memaksa Ratu Irene berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90
ribu dinar. Selama ekspedisi inilah Harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga
ayahnya memberi gelar al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi
saudaranya. Kemudian Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia
Kecil, Heraklea, dan Tyna.
Dinasti Abbasiyah terus berupaya
memajukan Islam dengan membangun hubungan internasional pada masa Harun
al-Rasyid. Diantaranya menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini
Harun berkepentingan untuk menghadapi saingannya, Bani Umayyah, di Spanyol.
Menurut Richard Coke sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah
disegani di dalam maupun di luar negeri.
FAKTOR-FAKTOR
KEMAJUAN ISLAM
Semua capaian-capain diatas secara
tidak langsung menjadi faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan
Filsafat. Adapun faktor-faktor Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains
yang lain adalah :
a.
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa
lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Berkat
keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu
dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru
pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya
untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.
b.
Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk
mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan
Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti Umayyah yang sangat
bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain
dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti
menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin
Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan
ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia
mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai
perhatian terhadap ilmu pengetahuan.
Konsep-konsep
pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara
melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini
melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula
tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab.
Dinasti
abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di
bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang
Turki dan Persia.
c.
Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun
al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial
dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum.
Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya
dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan,
ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.
d.
Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini
berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun
al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang
astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun
300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan
kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip
yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac-Bahasa Ilmu
pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Para
penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir
berbahasa arab dan yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria
dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua
penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah
penganut agama kristen.
e.
Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat
penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun
yang menganut faham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga
kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah
intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi
sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian.
Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang
berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun
didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi di
zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan
memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam.
Hal ini
dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar :
-
Dalam bidang hokum Islam dikenal : Imam Abu Hanifah, Imam
Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal.
-
Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi,
pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan
al-Jubba’i.
-
Dalam tasawuf: Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan
al-Hallaj.
-
Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan
Ibn Maskawaih.
-
Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan,
al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.
No comments:
Post a Comment