A.
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA
KEJAYAAN
Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia
dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan, dan peradabannya yang tinggi (Jacques C.
Reister). Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak
dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam
yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa (Montgomery Watt).
Peradaban berhutang besar pada Islam (Barack
Obama). Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa siapa pun sesungguhnya tak akan
bisa mengelak untuk mengakui keagungan peradaban Islam pada masa lalu dan
sumbangsihnya bagi dunia, termasuk dunia Barat, yang denyutnya masih terasa
hingga hari ini. Meski banyak ditutup-tutupi, pengaruh peradaban Islam terhadap
kemajuan Barat saat ini tetaplah nyata.
Lalu, di manakah kejayaan itu saat ini?
Islam masa lalu yang gemilang, yang telah
banyak memengaruhi peradaban umat manusia di dunia ini. Memang merupakan sebuah
realitas sejarah. Dengan “mengenang” kembali masa-masa kejayaan dulu,
diharapkan umat Islam secara sadar dan jujur akan mampu melihat kembali
kebesaran peradaban Islam masa lalu sekaligus mengembalikan potensi untuk hadir
pada masa kini dan masa yang akan datang untuk yang kedua kalinya. Karena itu,
selain meretrospeksi keagungan peradaban Islam masa lalu, diharapkan ada upaya
untuk memproyeksi sekaligus merekonstruksi kembali masa depan perabadan Islam
di tengah-tengah hegemoni perabadan Barat sekuler saat ini. Peradaban sekuler
itu sekarang sesungguhnya mulai tampak kerapuhannya dan makin kelihatan tanda-tanda
kemundurannya.
Bangkitlah generasi muda Islam, singsingkan
lengan baju, gapai kembali kejayaan Islam sebagaimana Islam pernah mengukir
sejarah peradaban dunia ini! Semoga!
Waktu bergerak maju dan tidak pernah mundur.
Begitu juga peristiwa sejarah. Kita sebagai manusia yang diberi akal, pastinya
harus mengingat, apa yang terjadi pada masa lalu dan bagaimana kejadiannya.
Akal bisa memprediksi kejadian yang akan datang dengan belajar dari masa lalu.
Runtuhnya peradaban Islam pada masa lalu
dikarenakan mulai pudarnya ketaatan pemeluknya kepada Sang Khālik, saling
dengki, dan serakah. Umat Islam tidak memiliki semangat untuk maju. Ketaatannya
kepada Allah dicampuradukkan dengan khurrafat dan tahayyul. Semangat untuk
mengikut (taqlid) tidak dibarengi dengan kekritisan dalam semua hal. Inilah
awal penyebab kemunduran Islam. Andaikan penyebab ini sekarang bisa diperbaiki,
niscaya Islam akan mengulang masa kejayaan yang pernah diraih masa lalu.
Modernisasi telah mengglobal. Ini ditandai
dengan berkembangpesatnya alat-alat telekomunikasi dan informasi. Modernisasi
membuat jarak tidak menjadi hambatan. Secara sadar berdampak pada dua hal, di
satu sisi kecanggihan alat telekomunikasi dan informasi mempermudah aktivitas
manusia, tetapi di sisi lain mempermudah pula untuk melakukan tindak kejahatan.
Hal ini sebenarnya menuntut adanya bangunan moral yang kokoh.
Perpustakaan sekolah sebagai jantung
peradaban tidak banyak dikunjungi karena terlena dengan mainan baru berupa alat
komunikasi, seperti handphone. Bukankah Islam jaya karena keingintahuan akan
ilmu pengetahuan begitu besar yang diwujudkan dengan transliterasi buku-buku
berkualitas dan dijadikannya rujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang
terus berkembang?
B.
PERIODISASI SEJARAH
ISLAM
Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar berikut.
1. Periode Klasik (650‒1250)
Periode
Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
a. fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
b. fase disintegrasi (1000‒1250).
2. Periode Pertengahan (1250‒1800)
Periode
Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase,
yaitu:
a. fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
b. fase munculnya ketiga kerajaan besar
(1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800).
3. Periode Modern (1800 dan seterusnya)
Periode
Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandai dengan munculnya
para pembaharu Islam.
C.
MASA KEJAYAAN ISLAM
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar
tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada kurun waktu ini,
terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut Daulah
Bani Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah Bani Abbasiyah.
Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam
ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya
bangunan-bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini
meliputi: bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial,
dan bidang militer.
Sementara perkembangan Islam pada masa Bani
Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan
Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan
(arsitektur), sosial, dan bidang militer. Tentu saja kemajuan umat Islam baik
pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba.
Akan tetapi, ada penyebabnya, yaitu disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal antara lain:
a. konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada
ajaran Islam,
b. ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk
maju,
c. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
d. Islam sebagai agama dakwah sekaligus
keseimbangan dalam menggapai kehidupan duniawi dan ukhrawi.
2. Faktor eksternal antara lain seperti berikut.
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang
pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa
dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Adapun pengaruh Yunani
masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama
filsafat.
b. Gerakan Terjemah,
c. Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan
kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.
d. Selain faktor tersebut di atas, kejayaan
Islam ini disebabkan pula oleh adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari
para ulama yang ada pada Periode Klasik tersebut, antara lain seperti berikut.
1) Melaksanakan ajaran al-Qur’ān secara
maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’ānyang menyuruh agar kita
menggunakan akal untuk berpikir.
2) Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis
yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri
Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang
berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini.
3) Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad,
ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat
itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang
sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan
lain-lain.
4) Ulama yang berdiri sendiri serta menolak
untuk menjadi pegawai pemerintahan.
Dari gerakan-gerakan tersebut di atas,
muncullah tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad dan mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan, antara lain:
a. Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi (809‒873 M),
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M),
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
5) Ibnu Shina (980‒1037 M),
6) Al-Ghazali (1085‒1101 M),
7) Ibnu Rusd (1126‒1198 M).
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
2) Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
3) Thabib bin Qurra (836‒901 M),
4) Ar-Razi atau Razes (809‒873 M).
c. Bidang Matematika
1) Umar Al-Farukhan,
2) Al-Khawarizmi.
d. Bidang Astronomi
1) Al-Farazi: pencipta Astro lobe
2) Al-Gattani/Al-Betagnius
3) Abul Wafa: menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al-Farghoni atau Al-Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
1) Badr dan Tariff (961‒976 M)
f. Ilmu Tafsir
1) Ibnu Jarir ath Tabary,
2) Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H),
3) As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
4) Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
g. Ilmu Hadis
1) Imam Bukhori (194‒256 H),
2) Imam Muslim (wafat 231 H),
3) Ibnu Majah (wafat 273 H),
4) Abu Daud (wafat 275 H),
5) At-Tarmidzi, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment