AL QUR'AN TENTANG
PRILAKU KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS,
5
KOMPETITIF
DALAM KEBAIKAN
BEBERAPA AYAT AL QUR’AN
وَلِكُلٍّ
وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا
تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ [٢:١٤٨]
ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ [٣٥:٣٢]
سَابِقُوا
إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
[٥٧:٢١]
ARTI AYAT
"Dan bagi tiap-tiap umat
ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah swt. akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah swt. Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Al Baqaroh 148
"Kemudian Kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada
yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah swt.. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar. Fathir 32
“Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit
dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah swt. dan
rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah swt., diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Allah swt. mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al
Hadiid: 21)
KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH
148
M. Quraish Shihab dalam
tafsir Al Misbah menyatakan antara lain :
a.
Ayat ini bermakna : bagi setiap ummat ada kiblatnya sendiri yang ia
menghadap kepadanya sesuai dengan kecendrungan atau keyakinan masing-masing.
Kalaulah mereka dengan mengarah ke kiblat masing-masing bertujuan untuk
mencapai ridha Allah swt. swt. dan melakukan kebajikan, maka wahai kaum
muslimin berlomba-lombalah kamu dengan mereka dalam berbuat aneka kebaikan.
b.
Dalam kehidupan dunia kalian berselisih, tetapi ketahuilah bahwa kamu semua
akan mati dan dimana saja kamu pasti Allah swt. swt. akan mengumpulkan kamu
semua pada hari Kiamat untuk Dia beri putusan
KANDUNGAN SURAT FATHIR 32
Dalam Al Qur’an dan Tafsirnya
(oleh Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an DEPAG RI 1984/1985 antara lain
dijelaskan bahwa maksud surat Fathir ayat 32 adalah
a.
Allah swt. swt. mewahyukan Al Qur’an itu kepada Nabi Muhammad saw. yang kemudian disampaikan kepada umatnya,
yang Allah swt. swt. melebihkan kemuliaan umat Islam melebihi umat sebelumnya,
akan tetapi kemuliaan itu harus diperjuangkannya, sejauh mana mereka mampu
mengamalkan dan mengikuti petunjukNya.
b.
Dalam ayat ini dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin, yaitu :
- 1. Tingkatan “Dlalimullinafsihi” dalam hal ini ada 2 pendapat yaitu :
1) Mereka
yang yang mengerjakan kewajiban agamanya dengan sangat serius sampai-sampai
seperti menganiaya dirinya sendiri, akan tetapi tetap dalam garis agama.
Misalnya seseorang yang puasa terus menerus setiap hari, sedikit tidur malam
karena ibadah kepada Allah swt. swt. kasab sekedarnya asal cukup untuk makan
dan menutup aurat. Contoh sahabat Abu Darda’
2) Dlalimullinafsihi, adalah
kelompok yang disamping mengerjakan ibadah tapi juga melakukan dosa.
- 2. Tingkatan “Muqtashid” yaitu merekan yang yang mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan agamanya, akan tetapi kadangkala ia tidak mengerjakan yang sunnat atau melakukan sebagian pekerjaan yang makruh.
- 3. Tingkatan “ Sabiqumbilkhairat” yaitu mereka yang senantiasa (berlomba-lomba) mengerjakan amal yang wajib dan sunat dan meningkalkan perbuatan yang haram dan makrun serta sebagian yang mubah (tidak bemanfaat).
Dalam sebuah Hadis disebutkan
:
فاماالذين سَابقوان بالخيرات فأولـئك الذين يـَدْخُلوْن الجـنة بغـير
حـسَاب. واما الذين اقـتصدوا فأولئك الذين يحاســبون حسَابايسيرا. واماالذين ظلموا
انفسَـــــــــهُمْ فأولـئك الذين يَحبِسُون فى ذلك المكان حتى يصيْــبَهُمُ
الـحَـزَنُ فيَدْخُلوْنَ الجــنـةَ. رواه احمد
Artinya :
Adapun orang-orang yang berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan akan masuk sorga tanpa hisab, sedang orang-orang yang pertengahan akan
dihisab dengan hisab yang rigan, dan orang-orang yang menganiaya dirinya
sendiri akan ditahan dulu di tempat hisab sampai ia mengalami penderitaan
kemudian dimasukkan kedalam sorga. HR. Ahmad
KESIMPULAN
Dari kandungan surat Al Baqarah ayat 148 dan surat Fatir
ayat 32 bahwa :
a. Umat Islam harus selalu
berlomba-lomba dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat meraih yang
terbaik menurut kacamata Agama Islam, baik dalam kaitannya dengan kehidupan
kini maupun kelak di akhirat
b. Jalan selamat sesuai
tuntunan Islam telah terpampang, persoalannya apakah manusia akan memilih dan
bersungguh-sungguh meraihnya apa tidak.
Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari ayat di atas
Faedah pertama
Dalam ayat-ayat di atas begitu jelas bahwa Allah swt. Mengisyaratkan
untuk berlomba-lomba dalam meraih ampunan dan surga-Nya.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Berlombalah
menjadi yang terdepan dalam beramal sholih yang menyebabkan datangnya ampunan
dari Tuhan kalian, serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian perbuat.”
Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah swt.
memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam meraih ampunan Allah swt., ridho-Nya,
dan surga-Nya. Ini semua bisa diperoleh jika seseorang melakukan sebab untuk
mendapatkan ampunan dengan melakukan taubat yang tulus, istighfar yang manfaat,
menjauh dari dosa dan jalan-jalannya.
Sedangkan berlomba untuk meraih ridho Allah swt.
dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat menggapai ridho Allah swt.
selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah swt. tadi adalah
dengan berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Pencipta dan
berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.”
Faedah kedua
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk
menjadi yang terdepan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).
وَفِي
ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26).
Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga,
seharusnya setiap hamba Allah swt. supaya berlomba-lomba.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Para
sahabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di
surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia
tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat orang lain mendahului
mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah kalah dalam hal itu.
Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.”
Hal yang demikian dapat melihat pula dikalangan ulama
salaf (ulama terdahulu) lainnya.
Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau
melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal
akhirat.”
Wuhaib bin Al Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau
mampu tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”
Sebagian salaf mengatakan, “Jika engkau mendengar ada yang
lebih taat pada Allah swt. darimu, seharusnya engkau bersedih karena telah
kalah dalam hal ini.”
Coba kita bayangkan keadaan kita saat ini. Tidak ada rasa
sedih. Tidak ada rasa dikalahkan. Perasaan hanya biasa-biasa saja jika ada yang
mengungguli kita dalam hal akhirat. Akhirnya, untuk menggapai surga pun menjadi
lemah. Kemanakah hati yang lemah? Yang Allah swt. tunjukilah kami ke jalan-Mu!
Faedah ketiga
Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat
berikut:
وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا كَعَرْضِ السماء والأرض
“Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar surga
saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah lagi dengan
panjangnya.” Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang mengetahui hal ini,
sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding akhirat.
Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia. Disebutkan dalam
sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah saw. bersabda:
مَوْضِعُ
سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia
dan seisinya.”[6]
Seharusnya kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.
Faedah keempat
Modal
untuk meraih surga adalah dengan beriman pada Allah swt. dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud di sini mencakup iman yang pokok
(ushulud diin) dan iman yang di luar pokok agama (furu’).
Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang
wajib diimani. Namun pada perkara yang di luar pokok agama jika
telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula diimani. Contohnya, kita punya
kewajiban beriman pada hari akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai
perinciannya seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal,
maka ini juga patut diimani.
Faedah kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat
Allah swt.
Seperti pula disebutkan dalam hadits:
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا
عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ،
وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah
shallAllah swt.u ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan
memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”,
tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah
karena karunia dan rahmat Allah swt..”
Sedangkan firman Allah swt. Ta’ala:
وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا
بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah swt. dan rasul-rasul-Nya”.
Mungkin ayat ini dapat dipahami bahwa seseorang memasuki surga karena amalannya
yaitu beriman pada Allah swt. dan Rasul-Nya.
Bagaimana mengkompromikannya?
Ada beberapa penjelasan para ulama mengenai hal ini:
- 1. Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah peniadaan masuk surga karena amalan.
- 2. Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah swt., tentu tidak akan bisa memasukinya. Bahkan adanya amalan juga karena sebab rahmat Allah swt. bagi hamba-Nya.
- 3. Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun bukan sebab seseorang masuk ke dalam surga.
- 4. Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga yang Allah swt. beri. Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga dengan amalannya. Maksudnya ia tidak bisa ganti surga dengan amalannya. Sedangkan yang memasukkan seseorang ke dalam surga hanyalah rahmat dan karunia Allah swt.
Faedah keenam
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan
anugerah dari Allah swt. seperti hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ – وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ
أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ
بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ. فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ ».
قَالُوا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ
وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلاَ نُعْتِقُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ
سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ
مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ ». قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ. قَالَ « تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ مَرَّةً ». قَالَ أَبُو صَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ
الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ
إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ »
Dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- bahwa
orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallAllah swt.u ‘alaihi wa
sallam sambil berkata, “Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat
ketinggian dan kenikmatan yang abadi.” Rasulullah shallAllah swt.u ‘alaihi wa
sallam bertanya, “Maksud kalian?” Mereka menjawab, “Orang-orang kaya shalat
sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun
mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan
tawanan dan kami tidak bisa melakukannya.” Maka Rasulullah shallAllah swt.u
‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang
karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan
kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun
lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab, “Baiklah wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian
bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh
tiga kali.” Abu shalih berkata, “Tidak lama kemudian para fuqara’ Muhajirin
kembali ke Rasulullah shallAllah swt.u ‘alaihi wasallam dan berkata, “Ternyata
teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu
mereka mengerjakan seperti itu!” Rasulullah shallAllah swt.u ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Itu adalah keutamaan Allah swt. yang diberikan kepada siapa saja
yang dikehendaki-Nya!“
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah swt..
Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah swt. dan tidak mungkin
ada yang dapat memberi apa yang Allah swt. halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan
seluruhnya berada di tangan-Nya. Allah swt.lah yang benar-benar Maha Mulia,
Maha Pemberi dan tidak kikir.”
Begitu nikmat-Nya semakin merenungkan kalam ilahi. Ya Allah
swt., berilah taufik pada kami untuk semakin dekat pada-Mu.
No comments:
Post a Comment