IMAN
KEPADA ALLAH SWT
A.
SIFAT-SIFAT
ALLAH SWT.
Allah swt. adalah ghaib, tidak dapat dibuktikan
keberadaannya melalui pembuktian panca indera. Dalam mengimani adanya Allah
swt. sebagai Tuhan Pencipta alam semesta, diwajibkan untuk mengetahui pula
sifat-sifatNya, oleh karena dengan mengetahui sifat-sifat tersebut maka seorang
muslim akan memiliki gambaran yang cukup jelas
tentang Allah swt. dan akan menambah keyakinan hatinya.
Adapun sifat-sifat Allah swt.
dimaksud, dibagi menjadi 3, yaitu :sifat wajib, mustahil dan sifat jaiz.
Sifat-sifat yang Wajib (dan Mustahil).
Adalah beberapa sifat-sifat yang pasti
dimiliki oleh Allah swt. sebagai Tuhan, mustahil bila tidak dimiliki olehnya,
sifat-sifat tersebut yaitu :
1. Allah swt. bersifat “WUJUD” (ada), mustahil bersifat ‘adam (tidak ada). Allah swt. ada berarti
ia senantiasa ada, Ia tidak pernah mengalami tidak ada serta tidak mengalami
suatu proses untuk menjadi ada.
dijelaskan dalam Al Qur’an QS. Al An’am : 102
2. Allah swt. bersifat “QIDAM” (dahulu), mustahil bersifat huduts (didahului) , Allah swt. ada
sejak dahulu, semua makhluk tidak ada yang tahu batas dahulu bagi
keberadaan Allah swt. karena akal tidak
akan mampu memikirkannya. Yang jelas sifat dahulu bagiNya berarti tidak ada
suatu makhluk pun yang ada mendahuluiNya dan dahuluNya tidak berpermulaan,
sebab yang memiliki permulaan hanyalah sesuatu yang baru dan yang baru adalah makhluk,
sedangkan Allah swt. adalah Pencipta. Lihat QS. Al Hadid : 3 .
3. Allah swt. bersifat “BAQA’” (kekal), mustahil bersifat fana (rusak) Allah swt. adalah
pecipta, semestinya Ia harus kekal, sedangkan alam seisinya merupakan makhluk
(yang diciptakan). Sebagai pencipta Ia tidak akan hancur atau binasa untuk
selama-lamanya, tidak mengalami kehancuran dan kebinasaan, tidak mengalami
akhir dan kesudahan dan mustahil bagi Allah swt. mengalami hal yang demikian.
Sebab bila ia demikian maka makhluk namanya sedangkan Allah swt. adalah Khaliq. Perhatikan firman QS. Ar Rahman : 26-27
4. Allah swt. bersifat “MUKHALAFATU
LIL HAWADITSI” (berbeda
dari semua makhluk), mustahil bersifat mumatsalatu lil hawaditsi (sama seperti
makhluk) Keberadaan Allah swt. berbeda dengan makhluk ciptaannya, perbedaan
disini meliputi semua aspek, baik dzat, sifat maupun perbuatanNya, dan mustahil
bila mengalami persamaan. QS. As Syura 11 .
5. Allah swt. bersifat “QIYAMUHU BINAFSIHI” (berdiri sendiri), mustahil bersifat ikhtiyaju ila ghoirihi
(bergantung kepada sesuatu). Sebagai Pencipta tentulah Allah swt. memiliki
sifat mandiri (berdiri sendiri), Ia ada dan berbuat dengan kekuatan dan
ketentuan diriNya sendiri, tidak karena sesuatu atau bantuan sesuatu diluar
diriNya. Allah swt. sama sekali tidak membutuhkan sesuatu diluar diriNya,
mustahil bagi Allah swt. membutuhkan sesuatu diluar diriNya, sebab bila
demikian berarti Ia sama dengan makhluk, bila sama dengan makhluk maka berarti
bukan Tuhan. Lihat QS. Al Baqarah : 255 .
6. Allah swt. bersifat “WAHDANIYAT” (Esa atau tunggal), mustahil bersifat ta’addud (banyak atau berbilang) Allah swt.
adalah Maha Esa, ke Maha Esaan Allah swt. dalam segala hal. surat Al Ikhlas 1 - 4
Keesaan Allah swt. meliputi Esa
dzatNya, sifatNya dan perbuatanNya. Tidak ada satu makhluk pun yang
menyamaiNya. Misalnya, sifat Allah swt. yang Melihat tidak sama dengan cara makhluk
melihat. Penglihatan Allah swt. tidak ada batasnya (tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu).
7. Allah swt. bersifat “QUDRAT” (Maha Kuasa), mustahil bersifat ajzun (lemah) Allah swt. untuk
berbuat atau tidak berbuat apa saja, menguasai segalanya secara sempurna,
penuh, mutlak dan absolut dalam arti yang sesungguhnya. QS. Al Ahzab : 27
Allah swt. berkuasa secara mutlak
atas segala makhluknya. Kekuasaan Allah swt. berupa menjadikan, menghidupkan,
memfungsikan dan merusak atau mematikan makhluk, tak ada sesuatu pun yang
membatasi kekuasaanNya. Sebab bila demikian berarti Allah swt. lemah
dan yang lemah bukan Tuhan, oleh karenanya maka mustahil Allah swt. bersifat
yang demikian (lemah dan tidak bebas).
8. Allah swt. bersifat “IRODAH” (berkehendak), mustahil bersifat karohah (terpaksa/dipaksa). Segala sesuatu yang
diperbuat oleh Allah swt. hanya karena kehendak dan kemauanNya sendiri bukan
karena dipengaruhi atau dipaksa oleh sesuatu diluar dirinya, apalagi karena
terpaksa. Mustahil bila Allah swt. bersifat demikian, sebab yang dapat
dipengaruhi atau dipaksa dan bahkan terpaksa bukanlah Tuhan. Perhatikan pernyataan
Al Qur’an surat
Yasin ayat 82.
9. Allah swt. bersifat “ILMU” (Maha Mengetahui), mustahil bersifat jahlun (bodoh). Pengetahuan Alah meliputi segala
sesuatu, dari yang sebesar-besarnya sampai yang sekecil-kecilnya, baik yang
akan, sedang dan telah terjadi, di bumi, di laut, di udara atau pun di langit, dalam kegelapan
ataupun terang, lahir dan batin, disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat 18.
10. Allah swt. bersifat “HAYAT” (hidup), mustahil bersifat mautun (mati). Pengertian Hidup bagi Allah swt. adalah bahwa Ia
kekal abadi, tidak ada waktu lahir dan tidak pula waktu matinya Ia hidup
selama-lamya dengan tidak berkesudahan. Mustahil bagi
Allah swt. bila tidak hidup atau terbatas hidupnya, karena bila demikian
berarti sama dengan manusia. Lihat QS. Al Baqarah : 255
11. Allah swt. bersifat “SAMA” (Maha Mendengar), mustahil bersifat summun (tuli). Pendengaran
Allah swt. bersifat mutlak, artinya suara apapun dapat didengarnya, termasuk
suara hati manusia. Sedangkan manusia pada umumnya hanya mampu mendengar dalam
batas antara 16 sampai dengan 20.000 Hz. QS. Al Baqarah : 127
12. Allah swt. bersifat “BASHAR” (Maha Melihat), mustahil bersifat umyun (buta). Penglihatan Allah swt. itu Maha sempurna,
maksudnya dapat melihat segala sesuatu sampai sedetail mungkin walaupun di
balik dinding baja sekalipun, baik berada ditempat yang sangat jauh atau pun
terlalu dekat, ketika terang ataupun gelap.
Sedangkan
penglihatan manusia (makhluk) sangatlah terbatas, tidak dapat melihat bila
obyek pandang terlalu jauh atau terlalu dekat, terlalu besar atau kecil dan
yang mendasar bahwa manusia baru dapat melihat bila ada bantuan sinar. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia sangat membutuhkan sesuatu diluar dirinya,tidak demikian dengan
Allah swt. Oleh karenanya mustahil bila Allah swt. bersifat seperti
manusia. Perhatikan QS. Al Hujurat : 18
13. Allah swt. bersifat “KALAM” (berfirman),
mustahil bersifat bukmun (bisu). Hakekat cara Allah swt. berfirman tidak bisa
diketahui maupun didengar oleh manusia, dan hanya para Nabi dan Rasul atau
manusia pilihanNya yang diberi kemampuan untuk mendengarnya. Allah swt.
kadangkala berfirman di belakang hijab tanpa suara, FirmanNya tidak lain atas
dasar kehendakNya dan FirmanNya tidak sama dengan perkataan makhlukNya. lihat
QS. An Nisa’ : 164
14. Kaunuhu
“QADIRAN”, artinya Allah swt. tetap selalu dalam
keadaan berkuasa tanpa ber-henti sekejappun dan mustahil dalam keadaan lemah
walaupun hanya sekejap.
15. Kaunuhu
“MURIDAN”, artinya bahwa Allah swt. tetap selalu
dalam keadaan berkehendak, dan mustahil sewaktu-waktu mengalami kebalikannya.
16. Kaunuhu “ALIMUN”,
artinya selalu dalam keadaan mengetahui dan mustahi mengalami kebodohan walau
sedetik.
17. Kaunuhu “HAYYAN”
Allah swt. senantiasa dalam keadaan hidup dan mustahil bagiNya mengalami
kematian ataupun tertidur.
18. Kaunuhu “SAMI’AN”,
yaitu senantiasa dalamkeadaan mendengar dan mustahil mengalami ketulian waupun
sebentar.
19. Kaunuhu “BASHIRAN”,
yaitu selalu dalam keadaan melihat dan mustahil mengalami gangguan penglihatan
apalagi sampai buta.
20. Kaunuhu “MUTAKALLIMAN”, bahwa Allah swt. senantiasa mampu berbicara dan mustahil mengalami
bisu walaupun sementara.
Dari 20 sifat
tersebut di atas kemudian para Ulama’ membedakannya menjadi 4 sifat yaitu :
1. Sifat Nafsiyah (sifat diri), hanya terdiri dari satu sifat yaitu Wujud, artinya suatu sifat yang tidak bisa dilepaskan dari dzatNya.
2. Sifat Salbiyah,
artinya sifat yang meniadakan kebalikannya seperti Baqa’ meniadakan kesudahan
bagi Allah swt. Terdiri dari lima
sifat, yaitu Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lil Hawadits, Qiyamuhu binafsihi dan Whdaniyah.
3. Sifat Ma’ani,
yaitu sifat-sifat yang menetap pada DzatNya, terdiri dari 7 sifat, yaitu
Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar dan Kalam.
4. Sifat Ma’nawiyah,
yaitu merupakan sifat kelaziman dari sifat ma’ani, oleh karenaya juga terdiri
dari 7, yaitu Qadiran, Muridan, Hayan, Sami’an, Bashiran dan Mutakalliman.
B.
ASMAUL
HUSNA
Asmaul Husna artinya nama-nama yang
baik, yang dimaksud adalah
nama-nama agung yang dimiliki Allah swt. dan sekaligus sebagai sifat Maha
SempurnaNya.
Jumlah Asma’ul Husna secara resmi
disebut dalam sebuah hadis adalah 99 nama, seperti dalam hadis berikut :
انَّ لله تَعَالَى تِـسْعَةٌ وَتِـسْعِـيْنَ اِسْــمً
وَ مَنْ اَحْصَاهَا دَخَـلَ الْجَـنَّةَ
رواه الترمذى
Artinya : “Sesungguhnya Allah memiliki 99
nama, barang siapa menghafalnya akan dimasukan sorga. HR. Turmudzi
Dalam ayat lain disebutkan :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ
بِهَا ۖ الاعراف 180
Artinya : Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu
Ke 99
Nama Allah swt. adalah :
1 .ar-Rahmaan
: Yang Maha Pemurah (Al-Faatihah: 3)
2 .ar-Rahiim :
Yang Maha Pengasih (Al-Faatihah: 3)
3. al-Malik
: Maha Raja (Al-Mu’minuun: 11)
4. al-Qudduus
: Maha Suci (Al-Jumu’ah: 1)
5. as-Salaam :
Maha Sejahtera (Al-Hasyr: 23)
6. al-Mu’min :
Yang Maha Terpercaya (Al-Hasyr: 23)
7. al-Muhaimin
: Yang Maha Memelihara (Al-Hasyr: 23)
8. al-’Aziiz :
Yang Maha Perkasa (Aali ‘Imran: 62)
9. al-Jabbaar
: Yang Kehendaknya Tidak Dapat Diingkari (Al-Hasyr: 23)
10.
al-Mutakabbir : Yang Memiliki Kebesaran (Al-Hasyr: 23)
11. al-Khaaliq
: Yang Maha Pencipta (Ar-Ra’d: 16)
12. al-Baari’
: Yang Mengadakan dari Tiada (Al-Hasyr: 24)
13.
al-Mushawwir : Yang Membuat Bentuk (Al-Hasyr: 24)
14.
al-Ghaffaar : Yang Maha Pengampun (Al-Baqarah: 235)
15. al-Qahhaar
: Yang Maha Perkasa (Ar-Ra’d: 16)
16. al-Wahhaab
: Yang Maha Pemberi (Aali ‘Imran: 8)
17. ar-Razzaq
: Yang Maha Pemberi Rezki (Adz-Dzaariyaat: 58)
18. al-Fattaah
: Yang Maha Membuka (Hati) ( Sabaa’: 26)
19. al-’Aliim
: Yang Maha Mengetahui (Al-Baqarah: 29)
20. al-Qaabidh
: Yang Maha Pengendali (Al-Baqarah: 245)
21. al-Baasith
: Yang Maha Melapangkan (Ar-Ra’d: 26)
22.
al-Khaafidh : Yang Merendahkan (Hadits at-Tirmizi)
23. ar-Raafi’
: Yang Meninggikan (Al-An’aam: 83)
24. al-Mu’izz
: Yang Maha Terhormat (Aali ‘Imran: 26)
25.
al-Mudzdzill : Yang Maha Menghinakan (Aali ‘Imran: 26)
26. as-Samii’
: Yang Maha Mendengar (Al-Israa’: 1)
27. al-Bashiir
: Yang Maha Melihat (Al-Hadiid: 4)
28. al-Hakam :
Yang Memutuskan Hukum (Al-Mu’min: 48)
29. al-’Adl :
Yang Maha Adil (Al-An’aam: 115)
30. al-Lathiif
: Yang Maha Lembut (Al-Mulk: 14)
31. al-Khabiir
: Yang Maha Mengetahui (Al-An’aam: 18)
32. al-Haliim
: Yang Maha Penyantun (Al-Baqarah: 235)
33. al-’Azhiim
: Yang Maha Agung (Asy-Syuura: 4)
34. al-Ghafuur
: Yang Maha Pengampun (Aali ‘Imran: 89)
35.
asy-Syakuur : Yang Menerima Syukur (Faathir: 30)
36. al-’Aliyy
: Yang Maha Tinggi (An-Nisaa’: 34)
37. al-Kabiir
: Yang Maha Besar (Ar-Ra’d: 9)
38. al-Hafiizh
: Yang Maha Penjaga (Huud: 57)
39. al-Muqiit
: Yang Maha Pemelihara (An-Nisaa’: 85)
40. al-Hasiib
: Yang Maha Pembuat Perhitungan (An-Nisaa’: 6)
41. al-Jaliil
: Yang Maha Luhur (Ar-Rahmaan: 27)
42. al-Kariim
: Yang Maha Mulia (An-Naml: 40)
43. ar-Raqiib
: Yang Maha Mengawasi (Al-Ahzaab: 52)
44. al-Mujiib
: Yang Maha Mengabulkan (Huud: 61)
45. al-Waasi’
: Yang Maha Luas (Al-Baqarah: 268)
46. al-Hakiim
: Yang Maha Bijaksana (Al-An’aam: 18)
47. al-Waduud
: Yang Maha Mengasihi (Al-Buruuj: 14)
48. al-Majiid
: Yang Maha Mulia (Al-Buruuj: 15)
49. al-Baa’its
: Yang Membangkitkan (Yaasiin: 52)
50.
asy-Syahiid : Yang Maha Menyaksikan (Al-Maaidah: 117)
51. al-Haqq :
Yang Maha Benar (Thaahaa: 114)
52. al-Wakiil
: Yang Maha Pemelihara (Al-An’aam: 102)
53. al-Qawiyy
: Yang Maha Kuat (Al-Anfaal: 52)
54. al-Matiin
: Yang Maha Kokoh (Adz-Dzaariyaat: 58)
55. al-Waliyy
: Yang Maha Melindungi (An-Nisaa’: 45)
56. al-Hamiid
: Yang Maha Terpuji (An-Nisaa’: 131)
57. al-Muhshi
: Yang Maha Menghitung (Maryam: 94)
58. al-Mubdi’
: Yang Maha Memulai (Al-Buruuj: 13)
59. al-Mu’id :
Yang Maha Mengembalikan (Ar-Ruum: 27)
60. al-Muhyi :
Yang Maha Menghidupkan (Ar-Ruum: 50)
61. al-Mumiit
: Yang Maha Mematikan (Al-Mu’min: 68)
62. al-Hayy :
Yang Maha Hidup (Thaahaa: 111)
63. al-Qayyuum
: Yang Maha Mandiri (Thaahaa: 11)
64. al-Waajid
: Yang Maha Menemukan (Adh-Dhuhaa: 6-8)
65. al-Maajid
: Yang Maha Mulia (Huud: 73)
66. al-Waahid
: Yang Maha Tunggal (Al-Baqarah: 133)
67. al-Ahad :
Yang Maha Esa (Al-Ikhlaas: 1)
68. ash-Shamad
: Yang Maha Dibutuhkan (Al-Ikhlaas: 2)
69. al-Qaadir
: Yang Maha Kuat (Al-Baqarah: 20)
70.
al-Muqtadir : Yang Maha Berkuasa (Al-Qamar: 42)
71.
al-Muqqadim : Yang Maha Mendahulukan (Qaaf: 28)
72.
al-Mu’akhkhir : Yang Maha Mengakhirkan (Ibraahiim: 42)
73. al-Awwal :
Yang Maha Permulaan (Al-Hadiid: 3)
74. al-Aakhir
: Yang Maha Akhir (Al-Hadiid: 3)
75.
azh-Zhaahir : Yang Maha Nyata (Al-Hadiid: 3)
76. al-Baathin
: Yang Maha Gaib (Al-Hadiid: 3)
77. al-Waalii
: Yang Maha Memerintah (Ar-Ra’d: 11)
78.
al-Muta’aalii : Yang Maha Tinggi (Ar-Ra’d: 9)
79. al-Barr :
Yang Maha Dermawan (Ath-Thuur: 28)
80. at-Tawwaab
: Yang Maha Penerima Taubat (An-Nisaa’: 16)
81.
al-Muntaqim : Yang Maha Penyiksa (As-Sajdah: 22)
82. al-’Afuww
: Yang Maha Pemaaf (An-Nisaa’: 99)
83. ar-Ra’uuf
: Yang Maha Pengasih (Al-Baqarah: 207)
84. Maalik
al-Mulk : Yang Mempunyai Kerajaan (Aali ‘Imran: 26)
85. Dzuljalaal
wa al-’Ikraam : Yang Maha Memiliki Kebesaran serta Kemuliaan (Ar-Rahmaan: 27)
86. al-Muqsith
: Yang Maha Adil (An-Nuur: 47)
87. al-Jaami’
: Yang Maha Pengumpul (Sabaa’: 26)
88. al-Ghaniyy
: Yang Maha Kaya (Al-Baqarah: 267)
89. al-Mughnii
: Yang Maha Mencukupi (An-Najm: 48)
90. al-Maani’
: Yang Maha Mencegah (Hadits at-Tirmizi)
91. adh-Dhaarr
: Yang Maha Pemberi Derita (Al-An’aam: 17)
92. an-Naafi’
: Yang Maha Pemberi Manfaat (Al-Fath: 11)
93. an-Nuur :
Yang Maha Bercahaya (An-Nuur: 35)
94. al-Haadii
: Yang Maha Pemberi Petunjuk (Al-Hajj: 54)
95. al-Badii’
: Yang Maha Pencipta (Al-Baqarah: 117)
96. al-Baaqii
: Yang Maha Kekal (Thaahaa: 73)
97. al-Waarits
: Yang Maha Mewarisi (Al-Hijr: 23)
98. ar-Rasyiid
: Yang Maha Pandai (Al-Jin: 10)
99.
ash-Shabuur : Yang Maha Sabar
No comments:
Post a Comment