XII.1.4
|
STRATEGI DAKWAH
|
DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
C.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM
SEBAGAI PUSAT PENYIARAN ISLAM
Kerajaan-kerajaan
yang berdiri sebagai pusat syi’ar dan perkembangan Islam di Indonesia antara
lain kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Jawa seperti Demak, Cirebon dan
Banten.
1.
Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak berdiri setelah mampu melepaskan diri dari kekuasaan
raja Hayam Wuruk (Majapahit), kerajaan Demak menguasai daerah maritim karena
berada di pantai utara Jawa dan kebbanyakan rakyatnya berdagang menyebrangi
lautan. Pada tahun 1512 Demak mengirim
angkatan perang yang dipimpin oleh Pati Unus melalui laut bekerja sama
dengan Kerajan Aceh untuk menyerang Portugis di Malaka, namun missi ini
mengalami kegagalan karena Portugis mampu memukul mundur mereka.
Kerajaan Demak dikenal memiliki Masjid Agung Demak yang tetap
berdiri sampai sekarang, masjid tersebut didirikan oleh Walisongo termasuk
Raden Fattah. Raden Fatah wafat pada tahun 1518 Masehi, digantikan oleh
puteranya Pati Unus yang dikenal pula dengan nama Pangeran Sabrang Lor dan
bergelar Sultan Demak II.
Sepeninggal Pati Unus tahun 1521, kerajaan dipimpin oleh
PangeranTrenggono. Pada masa pemerintahan Pangeran Trenggono ini, datanglah
Fatahillah yang kemudian dinikahkan dengan adik perempuannya. Fattahillah oleh
Pangeran Trenggono diserahi tugas sebagai panglima perang dan tugas-tugas
politik. Kemudian Fatahillah pergi ke Cirebon dan Banten unttuk menghadapi
Porttugis yang datang dengan cara pendudukan dan pemaksaan, dengan cara membuat
benteng. Fatahillah atau juga sering disebut Falatehan, dengan armada Demaknya
yang gagah berani berhasil menghancurkan tentara Portugis,m peristiwa ini
terjadi pada tahun 1527 di pelabuhan Sundaa Kelapa. Sunda Kelapa oleh
Fatahillah kemudian diganti nama menjadi Jayakarta.
Pada saat Fatahillah melancarkan serangan ke barat, Pangeran
Trenggono sendiri meimpin pasukan ke daerah timur sampai ke Pasuruan.
Dalam catatan sejarah Kerajaan Demak penyebbaran dan
perkembangan Islam di FDemak berkembang pesat sekali, lebih-lebih dalam kerajaan
ini mendapat dukungan penuh dari Walisongo seperti, Sunan Gunung Jati, Sunan
Kudus, Sunan Kalijogo dan Sunan Muria.
2.
Kerajaan Cirebon.
Semula Cirebon dikuasai oleh Kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian
ketika Fatahillah memasuki daerah Cirebon beliau dapat merebut sebagian wilayah
pelabuhan untuk digunakan sebagai daeran penyiaran Agama Islam dibawah naungan
Kerajaan Demak. Fatahillah menyerahkan bandar Cirebon kepada Pangeran Trenggono
yang kemudian oleh Pangran Trenggono diserahkan kepada putteranya yang bernama
Pangeran Pasarean.
Pada tahun 1552 Fatahillah kembali menetap di Cirebon karena
Pangeran Pasarean wafat, Fattahillah sendiri kemudian wafat sekitar tahun 1570,
dimakamkan di Gunung Jati yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
3.
Kerajaan Banten.
Jarak antara Cirebon dan Banten tidak seberapa jauh, ketika
Fatahillah berhasil merebut daerah pelabuhan Cirebon, iapun melanjutkan
perjalanan politiknya ke daerah barat sampai ke Banten setelah Cirebon dipegang
oleh Pangeran Pasarean.Di Banten Fatahillah menyiarkan agama Islam dengan cara
yang sangat bijaksana, sehingga kemudian banyak rakyat banten yang menerima
kebenaran Islam dan kemudian memeluk Agama Islam, dengan meninggalkan agama
semula yang berada dalam kekuasaan kerajan Hindu . Pajajaran.
Kerajan Banten Islam meluas sampai ke Lampung di Sumatera Selatan, raja yang memimpin
kerajaan Banten Islam pada saat itu adalah Sultan Hasanuddin yang kemudian
digantukan oleh Pangeran Yusuf ( Maulana Yusuf ). Kekuasaan Hindu di masa
pemerintahan Pangeran Yusuf semakin surut, namun sisa-sisa mereka yang tidak
menerima Islam pindah ke Banten selatan yang saat ini dikenal dengan nama suku
Badui.
Pangeran Yusuf wafat pada tahun 1580, beliau digantikan oleh
puteranya bernama Maulana Muhammad.
D.
PERANAN UMAT ISLAM DI
INDONESIA
1.
Peranan Umat
Islam pada Masa Penjajahan .
Indonesia merupakan negara yang beberapa kali dijajah bangsa
lain. Penjajahan merupakan perwujudan dari nafsu serakah. Kegiatan penjajahan
akan mengakibatkan bangsa yang dijajah hidup dalam sengsara karena hukum-hukum
atau aturan yang diberlakukan pada masyarakat adalah hukum atau aturan yang
menguntungkan pada penjajah.
Kedatangan penjajah di Indonesia semula tidak menampakkan sikap
sebagai penjajah, mereka datang pertama kali seolah-olah sebagai pedagang,
misalnya Spanyol dan Portugis serta Belanda. Namun ada penjajah yang datang ke
Indonesia secara terang-terangan dalam rangka ekspansi wilayah sekaligus
mengeruk hasil bumi Indonesia.
Misalnya Inggris dan Jepang. Maka bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang dijajah mengalamai berbagai macam penderitaan seperti kehidupan
yang serba kekurangan pada hal mereka sendiri yang mengolah alam dan membuahkan
hasil yang berlimpah, namun hasil itu diambil oleh penjajah; bangsa Indonesia
hanya memiliki peralatan yang sederhana bahkan jauh dari Indonesia hanya
memiliki peralatan yang sederhana bahkan jauh dari kehebatan senjata yang
dimiliki penjajah; bangsa Indonesia setiap hari dari waktu ke waktu senantiasa
dijadikan boneka oleh penjajah yang harus mau menuruti semua keinginan yang
diperintahkan penjajah. Dan banyak lagi penderitaan bangsa Indonesia ketika
penjajah menginjakkan kaki dan mengeluarkan kukunya di muka bumi Indonesia.
Umat Islam pada mulanya sudah menyadari akan kegiatan penjajah
yang akan merugikan bangsa Indonesia. Akan tetapi umat Islam saat pertama
penjajah datang memang tidak mau bermusuhan karena umat Islam memegang prinsip
bahwa Islam adalah agama perdamaian dan menghormati orang lain. Boleh dikata
penjajah ibarat tamu yang harus dihormati dan diberi suguhan hidangan. Namun
perlakuan baik bangsa Indonesia disalahgunakan penjajah dan memanfaatkannya
sebagai sumber kehidupan untuk kepentingan penjajah sendiri. Maka melihat sikap
dan perilaku yang keterlaluan itu, umat Islam menyadari untuk segera bangkit
menghadapi penjajah. Para penjajah bagaimana pun juga harus diusir dari bumi
Indonesia. Maka muncullah orang-orang Islam yang terang-terangan melawan
penjajah seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nya’ Din, Imam Bonjol, Fatahillah dan
lain-lain.
Dalam melawan penjajah umat Islam berperang sebagai mujahid
(pejuang) yang berusaha menegakkan kebenaran melawan nafsu serakah penjajah,
peran ini tampak pada kegiatan peperangan fisik. Umat Islam juga memerankan
politikus yang memperjuangkan hidup melalui meja politik menghadapi hukum-hukum
atau aturan yang dibuat penjajah. Biasanya peranan ini melalui
perundingan-perundingan antara ujmat Islam dengan penjajah, namun sering peran
ini kandas karena ternyata penjajah berlaku curang dengan melanggar hasil
perundingan yang telah disepakati bersama.
Bagaimanapun juga penjajah yang dirasuki nafsu duniawi yang
berlebihan itu akan menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi keinginannya
menguasai bumi dan hasil-hasilnya dari Indonesia. Umat Islam tidak akan tinggal
diam menghadapi mereka. Dan umat Islam telah menunjukkan peran yang maksimal
untruk menghalau mereka agar tidak menjajah lagi di bumi pertiwi.
2.
Peranan
Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajah
Kerajaan Islam yang sudah berdiri di beberapa daerah Indonesia
tidak tinggal diam dalam menghadapi penjajah. Yang mendorong untuk berjuang
adalah semangat rohaniah keisalman yang menentang kemungkaran di muka bumi.
Bagaimanapun juga kemungkaran di atas bumi harus diubah menjadi kebajikan atau
kebenaran.
Kuku penjajah yang dicengkeramkan di bumi Indonesia terasa telah
mencabik-cabik kehidupan bangsa Indonesia. Maka kerajaan Islam segera menyusun
strategi untuk menghadapi penjajah yang dilanjutkan dengan perlawanan dalam
perang fisik maupun dalam percaturan politik.
Peranan kerajaan Islam sangat begitu penting dalam melawan
penjajah karena memungkinkan masyarakat muslim secara bersama-sama dan serentak
melawan penjajah di bawah komando Raja. Di samping itu melalui kerajaan
memungkinkan kerajaan lainnya dalam menentang penjajah baik dalam pertempuran
fisik maupun percaturan politik.
3.
Peranan Umat
Islam pada Masa Perang Kemerdekaan
Menentang penjajah bukan saja untuk menundukkan penjajah,
melainkan juga mengusir kekuasaan penjajah dari muka bumi Indonesia. Masyarakat
harus merdeka untuk menentukan nasib sendiri. Selama ada campur tangan penjajah
maka nasib bansa akan selalu dipermainkan oleh bangsa negara lain.
Untuk itulah maka
kemerdekaan harus diperjuangkan. penjajah harus dihancurkan sampai ke
akar-akarnya. Upaya memperjuangkan kemerdekaan dilakukan dengan sekuat tenaga.
Dalam hal ini ummat Islam dengan semangat membela tanah air tidak
henti-hentinuya mengupayakan agar bangsa yang menjajah segera keluar dari
Indonesia. Upaya ini dilakukan umat ada yang secara perorangan, ada pula yang
berkelompok. Biasanya yang dilakukan perorangan karena individu itu berada di
tempat yang terpencil, sedangkan penjajah bertindak semena-mena terhadap
masyarakat muslim di daerah itu. Peran melawan penjajah yang dilakukan
perorangan ini berlanjut dengan perlawanan oleh kelompok masyarakat muslim
(umat Islam).
Peran mereka membuahkan hasil yang beragam, ada yang menang umat
Islamnya, ada yang kalah umat Islamnya, dan ada pula yang antara penjajah
dengan umat Islam mengakhiri peperangan dengan cara perundingan karena antara
kedua pihak sama-sama dirasa kuat. Namun demikian yang patut kita ketahui
adalah bagaimanapun juga upaya mencapai kemerdekaan telah diusahakan oleh umat
Islam dengan peranannya sebagai pejuang fi sabilillah dalam rangka menegakkan
negara yang berdiri di atas aturan dan hukum kekuasaan bangsa Indonesia sendiri.
4.
Peranan
Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada Perang Kemerdekaan
Perang untuk mencapai kemerdekaan pada mulanya dilakukan ummat
Islam secara sepihak-sepihak, yakni tidak ada perlawanan umat Islam yang
dilakukan secara bersama-sama, melainkan bersifat kedaerahan.
Hal ini tentunya akan lama untuk bisa mencapai kemerdekaan. Maka
tmbul kesadaran bahwa sudah seharusnya ummat Islam menghimpun diri dalam suatu
kelompok yang terikat dalam aturan organisasi. Misalnya Jami’atul Khoir (1905)
yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah dengan menekan pada pendidikan
/pembinaan kebangsaan. Dan pada tanggal 16 Oktober 1905 Haji Samandhudi
mendirikan Sarekat Dagang Islam. Muncul pula Budi Utomo yang lahir tanggal 20
Mei 1908 setelah SDI berumur tiga tahun. Pada tahun 1911 SDI diubah menjadi
Sarekat Islam (SI). Lalu pada tanggal 18 Nopember 1912, KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah. Pada tahun 1914, Syekh Ahmad Surkati Al-Anshari,
seorang ulama dari Jami’atul Khoir mendirikan Gerakan Al-Irsyad. Tahun 1916 di
Menes, Banten, berdiri Mathla’ul Anwar (MA). Tahun 1923 tepatnya tanggal 12
September 1923 di Bandung didirikan Persatuan Islam (Persis).
Tanggal 31 Januari 1926, Syekh Hasyim Asy’ari mendirikan
Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tahun 1930 lahir Jami’atul Washliyah di Medan. dan
beberapa organisasi lain yang pada dasarnya kegiatannya membina masyarakat
muslim untuk mantap dengan keislamannya lalu berkecenderungan untuk menegakkan
kebenaran di atas bumi Indonesia.
Banyak organisasi Islam
yang pada mulanya didirikan bergerak di lapangan sosial, namun pada
tahun-tahun berikutnya setelah mampu menghimpun umat organisasi tersebut
bergerak di bidang politik. Misalnya pada tahun 1932 berdiri Permi (Persatuan
Muslimin Indonesia) yang didirikan setelah Thawalib Sumatra direorganisasikan.
Organisasi ini merupakan organisasi politik yang radikal, bertujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia.
Di samping organisasi-organisasi yang didirikan dengan warna
Islam untuk menghadapi penjajah disamping anggotanya, juga tidak bisa dilupakan
peranan pondok pesantren dalam perang kemerdekaan. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang dalam kancah perjuangan mencapai kemerdekaan telah banyak
berpartisipasi secara langsung maupun tak langsung. Pondok pesantren umumnya
ada di Jawa, sedang di Aceh disebut Rangkang, di Sumatra disebut Surau.
Kepedulian pesantren untuk mencapai kemerdekaan Indonesia tampak pada salah
satu fungsi pesantren saat itu, yakni disamping untuk pusat mendalami pelajaran
agama Islam juga untuk perlindungan dan pertahanan melawan penjajah .
Contoh pesantren yang mengkaitkan upaya kemerdekaan ialah
pesantren Giri di sebelah kota Surabaya, dekat Gresik. Para santriny datang
tidak hanya dari Jawa sekitar pondok saja, tetapi juga datang dari Madura,
Lombok, Sulawesi, Kalimantan, Ternate, dan
lain-lain. Para santri telah banyak berbuat untuk melawan
penjajah ketika mereka pulang ke tempat asalnya. Misalnya mereka yang pulang ke
Ternate bersama masyarakat sekitar menggalang untuk bersama-sama melawan
penjajah dari Eropa yang berusaha menguasai Ternate.
5.
Peranan Umat
Islam dalam Masa Pembangunan
Setelah Indonesia merdeka, kembali ummat Islam Indonesia
berjuang untuk mengisi negara dengan pembangunan di segala bidang. Berbagai
usaha yang dilakukan kaum muslimin untuk memakmurkan negara.
Motivasi yang dimiliki Islam adalah motivasi religius untuk
menghidupkan bangsa dan negara yaitu “Baldatun Toyyibatun WaRobbun Ghofur” artinya negara yang penuh dengan kebaikan/
kemakmuran dan Tuhan pun melapangkan ampunan-Nya.
Banyak peran-peran yang dilakukan ummat Islam di negara ini, ada
yang mengisi dengan pendidikan, sosial, perekonomian, politik, kebudayaan,
pembangunan fisik dan lain-lain.
6.
Peranan
Organisasi Islam dalam Pembangunan.
Beberapa organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persisi dan
lain-lain di masa pembangunan sekarang tetap hidup menjalankan kegiatannya.
Organisasi NU telah mendirikan banyak lembaga pendidikan baik tradisional
maupun modern. Muhammadiyah pun demikian juga. Organisasi-organisasi lainnya
juga sama-sama mewujudkan kegiatan yang yang begitu banyaknya ummat mengisi
kemerdekaan.
Dan banyak di antara organisasi Islam itu yang bekerjasama
dengan pemerintah bergerak di beberapa bidang dalam rangka mengikuti percepatan
(akselerasi) pembangunan.
7.
Peranan
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Di antara organisasi Islam itu ada yang kegiatannya mencakup
pula bidang pendidikan. Lembaga-lembaga ini ada yang berupa pesantren dan ada pula
sekolah penyelenggara pendidikannya mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Di
samping itu ada pula kegiatan yang bersifat pembinaan ummat dengan dakwah atau
majelis ta’lim. Peranan lembaga Pendidikan Islam ini antara lain ikut aktif
dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, pemberian dan peningkatan ilemu
pengetahuan dan teknologi, pembinan dan kesatuan (ukhuwah Islamiah) dan
lain-lain.
No comments:
Post a Comment