Tuesday, 9 June 2015

KUR 2013.XII.1.1 AL QUR'AN 5, bagian 4

XII.1.1
AL QUR’AN 5
A.  KANDUNGAN
KOMPETENSI DASAR   
3.1   Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis.

Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1    Siswa mampu menganalisis kandungan Q.S. Ali Imran (3) : 190-191 dan 159;
3.1.2    Siswa memahami isi kandungan surat Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, terkait berpikir kritis dan bersikap demokratis
3.1.3    Siswa dapat menyimpulkan kandungan surat Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, terkait berpikir kritis dan bersikap demokratis
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.     Mampu menganalisis Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dan Q.S. Ali Imran (3): 159;  serta hadits tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis.
KANDUNGAN  SURAT ALI IMRON 159
1.   Dalam Surat Ali Imron 159 Allah swt menjelaskan kepribadian luhur Nabi Muhammad saw. Yang bersikap lemah lembut terhadap para sahabat (berkat Rahmat Allah swt). Padahal diantara para sahabat tersebut ada yang pantas mendapatkan celaan dan perlakuan kearas karena mereka telah berbuat kesalahan yang berakibat kekalahan (dalam perang).
Kepribadian Nabi saw. Ini digambarkan pula dalam ayat berikut :
وَإِنَّكَ لَعَـــــــلى خُــلُقٍ عَظِــــــــــــــيْمٍ. القلم : 4
Artinya :  Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
لَقَدْ جَاءَكُــمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَـــزِيْـزٌ عَلَــيْهِ مَا عَنِــــتُّمْ حَرِيصٌ عَلَـــــيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِــــــيْنَ رَءُوفٌ رَحِـــــيْمٌ. الـتوبـة : 128
Artinya :  Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
2.   Andaikan Nabi saw bersikap kasar, keras dan galak kepada kaum muslimin, niscaya mereka akan akan bubar dan meninggalkan Nabi saw. benci dan tidak respek pada Beliau. Hal ini akan berakibat gagalnya dakwah Islam, mereka tidak akan menerima dakwah Islam karena terlanjur antipati. Oleh karenanya, maka sikap pemaaf, pemurah dan budi luhur, lemah lembut serta sikap penuh dengan pengertian dan belas kasi harus menjadi pilihan utama dalam menyampaikan dakwah Islam.
3.   Dalam setiap persoalan supaya menempuh jalan musyawarah, minimal sebagai pembelajaran. Al Hasan ra. Meriwayatkan bahwa Allah swt. telah mengetahui bila sebenarnya Nabi Muhammad saw. Sendiri tidak membutuhkan para sahabat dalam persoalannya, akan tetapi perundingan itu dimaksudkan sebagai suri tauladan bagi umat Islam sesudah beliau.
ما تشاور قوم قط الا هدوا لارشـد امرهم
Artinya :  Tidak satu kaumpun yang selalu mengadakan musyawarah, melainkan akan ditunjukkan pada jalan yang paling benar dalam perkara mereka.
4.   Bila musyawarah telah mendapatkan kata sepakat / persetujuan dan segalanya telah dipilih/ditentukan, maka terhadap dimaksud pasrah dan tawakkallah kepada Allah swt. seraya memanjatkan do'a padaNya. Oleh karena sebenarnya Allah swt sangat menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada­Nya.

TAFSIR / INDONESIA / DEPAG / SURAH ALI 'IMRAN 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya :   Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imron ayat 159
Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada peperangan Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap yang melanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan untuk mereka ampunan di Allah SWT. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan din dan beliau. Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum mukmin bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakkal sepenuh kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.
Keberhasilan dakwah Rasulullah SAW tak lepas dari akhlaq beliau yang sangat istimewa dan tak ada bandingnya. Betapa banyak orang beriman kepada beliau setelah menyaksikan sendiri akhlaq beliau yang sungguh mengagumkan.
Di antara akhlaq Nabi SAW adalah berlaku lembut dan bertutur kata yang sa­ngat baik yang menyenangkan setiap orang yang berhadapan dengan beliau. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah ayat 159 surah Ali ‘Imran berikut ini. Ke­mudian dilanjutkan dengan ayat berikut­nya yang mengingatkan ihwal pertolong­an Allah bahwa, kalau Allah memberikan perto­long­an, tak ada yang dapat menga­lahkan, begitu pula sebaliknya. Marilah kita per­hatikan ayat-ayat tersebut dan penafsir­an­nya sebagaimana yang dise­butkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

DALAM TAFSIR IBNU KASIR DIJELASKAN
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka men­jauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah am­pun bagi mereka, dan bermusyawarah­lah dengan mereka dalam urusan itu. Ke­mudian apabila kamu telah mem­bu­latkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
Jika Allah menolong kalian, tak ada­lah orang yang dapat mengalahkan kali­an; jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi pertolongan), siapakah gerang­an yang dapat menolong kalian (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hen­daklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
Allah Ta‘ala menujukan pembicara­an-Nya kepada Rasulullah SAW, meng­ingatkan beliau dan kaum mukmin akan ka­runia Allah, yaitu Allah telah melem­but­kan hati beliau dalam menghadapi umatnya yang mengikuti perintahnya dan meninggalkan larangannya serta tu­tur kata beliau yang baik kepada mereka. ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap me­reka.” Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Ini merupakan akhlaq Nabi Muhammad SAW yang diutus Allah dengan mem­bawa akhlaq demikian.”
Ayat yang mulia ini seperti ayat yang artinya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderita­anmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Tawbah: 128).
Kemudian Allah Ta‘ala berfirman, ”Jika kamu bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka men­jauhkan diri darimu.” Maksudnya, jika bahasamu buruk dan berkasar hati ke­pada mereka, niscaya mereka akan men­­jauhkan diri dan meninggalkanmu. Namun, Allah me­nyatukan mereka ke­padamu dan me­lem­butkan perilakumu untuk mengambil hati mereka.
Abdullah bin Umar berkata, “Se­sung­guhnya aku mendapati sifat Rasul­ullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu itu de­mikian, ‘Sesungguhnya tutur kata­nya ti­dak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka berteriak-teriak di pasar-pa­sar, dan tidak suka membalas kejahat­an orang dengan kejahatan lagi, melain­kan memaafkan dan mengampuninya’.”
Karena itu, Allah Ta‘ala berfirman, ”Maka maafkanlah me­reka, mohonkan­lah ampunan untuk me­reka, dan ber­musyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan.” Oleh ka­rena itu, Rasul­ullah SAW suka ber­musya­warah dengan para sahabatnya mengenai sua­tu per­soalan yang terjadi, guna menye­nang­kan mereka supaya mereka lebih giat da­lam melakukan tu­gasnya. Seba­gaimana Rasulullah ber­musyawarah de­ngan me­reka dalam Pe­rang Badar ihwal kebe­rangkatan meng­hadang kafilah kaum musyrikin. Maka para sahabat ber­kata, “Wahai Rasul­ullah, jika engkau me­minta kami meng­arungi lautan, niscaya kami akan me­nem­puhnya bersamamu. Jika eng­kau ber­jalan menuju daratan di ma­lam yang ge­lap, kami pun akan meng­ikutimu. Kami ti­dak akan berkata kepada engkau se­bagaimana Bani Israil berkata kepada Nabi Musa, ‘Pergilah kamu dan Tuhan­mu, lalu berperanglah. Kami mau tinggal di sini saja.’ Melainkan kami akan meng­atakan, ‘Pergilah dan kami akan ber­perang bersamamu, di depanmu, di ka­nanmu, dan di kirimu’.”
Nabi pun mengajak musyawarah para sahabat berkaitan dengan Perang Uhud, yaitu tetap tinggal di Madinah atau pergi menghadapi musuh. Kemudian mayoritas sahabat menyarankan untuk pergi meng­hadapi musuh, maka beliau pun pergi ber­sama mereka. Rasululah juga bermusya­warah dalam Perang Khan­daq untuk ber­damai dengan men­dapatkan sepertiga dari buah-buahan Madinah di tahun itu. Na­mun Sa‘ad bin Mu‘adz dan Sa‘ad bin Uba­dah menolak. Maka beliau pun me­ninggalkannya, tidak menyetujui.
Nabi SAW bermusyawarah dengan para sahabat dalam berbagai perang dan semacamnya. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, “Orang yang dimintai pendapat adalah orang yang dapat dipercaya.”
Allah kemudian berfirman, “Jika kamu telah bertekad bulat, ber­ta­wakallah ke­pada Allah.” Artinya, jika kamu telah ber­musyawarah dengan me­reka mengenai suatu persoalan dan kamu telah meyakini­nya, bertawakallah kepada Allah menge­nai persoalan itu. ”Sesung­guh­nya Allah mencintai orang-orang yang ber­tawakal.”
“Jika Allah menolong kalian, tak ada orang yang dapat mengalahkan kali­an; jika Allah membiarkan kalian, siapakah yang dapat menolong kalian (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hen­daklah kepada Allah saja orang-orang muk­min bertawakal.”

Ayat ini senada dengan ayat yang lalu, ”Pertolongan itu tiada lain kecuali dari sisi Allah, Yang Maha­perkasa lagi Mahabijak­sana.” Kemudian Allah me­nyuruh mereka su­paya ber­ta­wakal kepa­da Allah. Dia ber­firman, ”Ka­rena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin ber­tawakal.”

1 comment: