XII.1.1
|
AL QUR’AN 5
|
A.
KANDUNGAN
KOMPETENSI
DASAR
3.1 Menganalisis dan
mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta
hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Siswa mampu
menganalisis kandungan Q.S. Ali Imran (3) : 190-191 dan 159;
3.1.2 Siswa memahami isi
kandungan surat Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, terkait berpikir kritis dan bersikap
demokratis
3.1.3 Siswa dapat
menyimpulkan kandungan surat Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, terkait berpikir
kritis dan bersikap demokratis
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
Mampu menganalisis Q.S. Ali
Imran (3): 190-191 dan Q.S. Ali Imran (3): 159;
serta hadits tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis.
KANDUNGAN SURAT
ALI IMRON 159
1. Dalam Surat Ali Imron 159 Allah swt menjelaskan
kepribadian luhur Nabi Muhammad saw. Yang bersikap lemah lembut terhadap para
sahabat (berkat Rahmat Allah swt). Padahal diantara para sahabat tersebut ada
yang pantas mendapatkan celaan dan perlakuan kearas karena mereka telah berbuat
kesalahan yang berakibat kekalahan (dalam perang).
Kepribadian Nabi saw. Ini digambarkan pula
dalam ayat berikut :
وَإِنَّكَ
لَعَـــــــلى خُــلُقٍ عَظِــــــــــــــيْمٍ. القلم : 4
Artinya : Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
لَقَدْ
جَاءَكُــمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَـــزِيْـزٌ عَلَــيْهِ مَا عَنِــــتُّمْ
حَرِيصٌ عَلَـــــيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِــــــيْنَ رَءُوفٌ رَحِـــــيْمٌ. الـتوبـة
: 128
Artinya : Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
2. Andaikan Nabi saw bersikap kasar, keras dan
galak kepada kaum muslimin, niscaya mereka akan akan bubar dan meninggalkan
Nabi saw. benci dan tidak respek pada Beliau. Hal ini akan berakibat gagalnya
dakwah Islam, mereka tidak akan menerima dakwah Islam karena terlanjur
antipati. Oleh karenanya, maka sikap pemaaf, pemurah dan budi luhur, lemah
lembut serta sikap penuh dengan pengertian dan belas kasi harus menjadi pilihan
utama dalam menyampaikan dakwah Islam.
3. Dalam setiap persoalan supaya menempuh jalan
musyawarah, minimal sebagai pembelajaran. Al Hasan ra. Meriwayatkan bahwa Allah
swt. telah mengetahui bila sebenarnya Nabi Muhammad saw. Sendiri tidak
membutuhkan para sahabat dalam persoalannya, akan tetapi perundingan itu
dimaksudkan sebagai suri tauladan bagi umat Islam sesudah beliau.
ما تشاور
قوم قط الا هدوا لارشـد امرهم
Artinya : Tidak satu
kaumpun yang selalu mengadakan musyawarah, melainkan akan ditunjukkan pada
jalan yang paling benar dalam perkara mereka.
4. Bila musyawarah telah mendapatkan kata sepakat
/ persetujuan dan segalanya telah dipilih/ditentukan, maka terhadap dimaksud
pasrah dan tawakkallah kepada Allah swt. seraya memanjatkan do'a padaNya. Oleh
karena sebenarnya Allah swt sangat menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.
TAFSIR / INDONESIA / DEPAG / SURAH ALI 'IMRAN 159
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imron ayat 159
Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya
pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada
peperangan Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi
beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap yang melanggar itu,
bahkan memaafkannya, dan memohonkan untuk mereka ampunan di Allah SWT.
Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan
menjauhkan din dan beliau. Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah
dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena
itu kaum mukmin bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat
membela kaum muslimin selain Allah.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah
dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena
itu kaum muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah karena
keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap
berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan
bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakkal sepenuh kepada
Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.
Keberhasilan dakwah Rasulullah SAW tak lepas dari
akhlaq beliau yang sangat istimewa dan tak ada bandingnya. Betapa banyak orang
beriman kepada beliau setelah menyaksikan sendiri akhlaq beliau yang sungguh
mengagumkan.
Di antara akhlaq Nabi SAW adalah berlaku lembut dan
bertutur kata yang sangat baik yang menyenangkan setiap orang yang berhadapan
dengan beliau. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah ayat 159 surah Ali ‘Imran
berikut ini. Kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya yang mengingatkan
ihwal pertolongan Allah bahwa, kalau Allah memberikan pertolongan, tak ada
yang dapat mengalahkan, begitu pula sebaliknya. Marilah kita perhatikan
ayat-ayat tersebut dan penafsirannya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu
Katsir dalam tafsirnya.
DALAM TAFSIR IBNU KASIR DIJELASKAN
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.
Jika Allah menolong kalian, tak adalah orang yang
dapat mengalahkan kalian; jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi
pertolongan), siapakah gerangan yang dapat menolong kalian (selain) dari Allah
sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakal.
Allah Ta‘ala menujukan pembicaraan-Nya kepada
Rasulullah SAW, mengingatkan beliau dan kaum mukmin akan karunia Allah, yaitu
Allah telah melembutkan hati beliau dalam menghadapi umatnya yang mengikuti
perintahnya dan meninggalkan larangannya serta tutur kata beliau yang baik
kepada mereka. ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka.” Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Ini merupakan akhlaq Nabi
Muhammad SAW yang diutus Allah dengan membawa akhlaq demikian.”
Ayat yang mulia ini seperti ayat yang artinya,
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS
At-Tawbah: 128).
Kemudian Allah Ta‘ala berfirman, ”Jika kamu bersikap
keras dan berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri darimu.” Maksudnya,
jika bahasamu buruk dan berkasar hati kepada mereka, niscaya mereka akan menjauhkan
diri dan meninggalkanmu. Namun, Allah menyatukan mereka kepadamu dan melembutkan
perilakumu untuk mengambil hati mereka.
Abdullah bin Umar berkata, “Sesungguhnya aku
mendapati sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu itu demikian,
‘Sesungguhnya tutur katanya tidak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka
berteriak-teriak di pasar-pasar, dan tidak suka membalas kejahatan orang
dengan kejahatan lagi, melainkan memaafkan dan mengampuninya’.”
Karena itu, Allah Ta‘ala berfirman, ”Maka maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam suatu urusan.” Oleh karena itu, Rasulullah SAW suka bermusyawarah
dengan para sahabatnya mengenai suatu persoalan yang terjadi, guna menyenangkan
mereka supaya mereka lebih giat dalam melakukan tugasnya. Sebagaimana
Rasulullah bermusyawarah dengan mereka dalam Perang Badar ihwal keberangkatan
menghadang kafilah kaum musyrikin. Maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah,
jika engkau meminta kami mengarungi lautan, niscaya kami akan menempuhnya
bersamamu. Jika engkau berjalan menuju daratan di malam yang gelap, kami
pun akan mengikutimu. Kami tidak akan berkata kepada engkau sebagaimana Bani
Israil berkata kepada Nabi Musa, ‘Pergilah kamu dan Tuhanmu, lalu
berperanglah. Kami mau tinggal di sini saja.’ Melainkan kami akan mengatakan,
‘Pergilah dan kami akan berperang bersamamu, di depanmu, di kananmu, dan di
kirimu’.”
Nabi pun mengajak musyawarah para sahabat berkaitan
dengan Perang Uhud, yaitu tetap tinggal di Madinah atau pergi menghadapi musuh.
Kemudian mayoritas sahabat menyarankan untuk pergi menghadapi musuh, maka
beliau pun pergi bersama mereka. Rasululah juga bermusyawarah dalam Perang
Khandaq untuk berdamai dengan mendapatkan sepertiga dari buah-buahan Madinah
di tahun itu. Namun Sa‘ad bin Mu‘adz dan Sa‘ad bin Ubadah menolak. Maka
beliau pun meninggalkannya, tidak menyetujui.
Nabi SAW bermusyawarah dengan para sahabat dalam
berbagai perang dan semacamnya. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah dari
Nabi SAW, “Orang yang dimintai pendapat adalah orang yang dapat dipercaya.”
Allah kemudian berfirman, “Jika kamu telah bertekad
bulat, bertawakallah kepada Allah.” Artinya, jika kamu telah bermusyawarah
dengan mereka mengenai suatu persoalan dan kamu telah meyakininya,
bertawakallah kepada Allah mengenai persoalan itu. ”Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertawakal.”
“Jika Allah menolong kalian, tak ada orang yang dapat
mengalahkan kalian; jika Allah membiarkan kalian, siapakah yang dapat menolong
kalian (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal.”
Ayat ini senada dengan ayat yang lalu, ”Pertolongan
itu tiada lain kecuali dari sisi Allah, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Kemudian Allah menyuruh mereka supaya bertawakal kepada Allah. Dia berfirman,
”Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.”
thanks bos :)
ReplyDelete