Thursday 14 March 2013

DINUL ISLAM, bagian 1



A.       PENGERTIAN DINUL ISLAM

Dinul Islam berasal dari bahasa  Arab yakni “Ad-Din” dan “Al Islam” dengan pengertian :

a.    Dari segi bahasa :
Kata ad din berarti agama, aturan atau teratur. Dalam bahasa Semit din berarti undang-undang atau hukum. Intisari dari arti demikian memberikan faham bahwa agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia.
Kata Islam, bisa berarti : berserah diri; dalam artian menyerahkan diri sepenuhnya kepada kekuasaan dan kehendak Allah swt., sejahtera, selamat; yaitu sejahtera dan selamat hidupnya di dunia dan di akhirat.Damai; yaitu ajaran Islam membawa konsep perdamaian di dunia lahir batin.

b.    Dari segi istilah :
Dinul Islam memiliki dua pengertian :
1.   Pengertian umum : Dinul Islam ialah agama yang dibawa dan diajarkan oleh semua Nabi/ Rasul Allah swt. sejak Nabi Adam as. sampai kepada Nabi Muhammad saw. Agama Islam menekankan arti ketauhidan, yakni hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah swt.
2.   Pengertian khusus : Dinul Islam ialah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada segenap umat manusia, sebagai pedoman hidup guna memperoleh kebaha­giaan di dunia dan akhirat, lahir batin.
Sejak Nabi Adam as. sampai kepada Nabi Muhammad saw. agama Islam memiliki konsep ketuhanan yang sama yaitu hanya ada satu Tuhan, Dialah Allah swt Yang Maha Esa dalam segalanya. Sedang cara bagaimana menyembahNya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi ketika Nabi/Rasul itu hidup. Pengertian ini sesuai dengan firman Allah swt.:
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi seorang muslim dan sekali-kali dia bukanlah dari golongan orang-orang musyrik”. QS. Ali Imran 67

Di dalam ayat lain disebutkan :
وَقَالَ مُوسَى يَاقَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ ءَامَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ 
Artinya : Berkata Musa : hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah swt maka bertawakkallah kepada-Nya jika kamu benar-benar orang yang beragama Islam. QS. Yunus : 74
Sedangkan Islam yang menjadi bahasan di sini adalah Islam dalam pengertian khusus, yaitu agama Islam yang dibawa dan dijarkan oleh Nabi Muhammad saw.

B.       TUJUAN DINUL ISLAM
Tujuan dari Dinul Islam adalah mentauhidkan Allah swt. demi tercapainya kebahagiaan hidup lahir batin  dunia dan akhirat, sejalan dengan do’a yang diajarkan dalam Al Qur’an :
رَ بـَــنَا اتـــنَا فـي الـدُ نـــيَا حَـسـَـــنَـة وَ فِي ا لاخــرَ ة حـَسَــنـَة وَقـــنَا عَــذابَ  الــــنَار
Artinya  : “Wahai Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan/kebaha­giaan ketika di dunia, dan anugerahilah pula kami kebaikan/keba­hagiaan di akhirat, serta jauhkanlah/ hindarkanlah kami dari siksa api neraka”. QS. Al Baqarah : 201

Kebahagiaan di dunia dan akhirat merupakan tujuan yang harus diraih oleh setiap muslim, untuk inilah maka dalam menjalankan syari’at Islam terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu :
a.   Memiliki keyakinan yang benar.
b.   Mengetahui syari’at yang bena (WARID)
c.  Melaksanakan syari’at dengan tekun dan penuh keyakinan (man­tap).
d.   Mauhibah, yaitu sikap yang penuh dengan penerimaan dan syukur akan karunia Allah swt

Apabila seorang muslim memperhatikan dan mempedomani keempat tahapan di atas, maka ia akan dapat mengatur aktivitasnya untuk kepentingan dunia dan akhir­at dengan benar secara berimbang.

Dalam  Al Qur’an difirmankan :
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya : “Dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupa­kan nasibmu di dunia”. QS. Al Qashas : 77

C.       RUANG LINGKUP DINUL ISLAM
Bila merujuk kepada tujuan Dinul Islam yaitu tercapainya kebaha­giaan dunia dan akhirat, maka ruang lingkup Dinul Islam meliputi :

a.  Hubungan antara manusia dengan Allah swt.
Firman Allah dalam Al Qur’an :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka me-nyembah-Ku”. QS. Adz Dzariyat : 56

Ayat di atas memberikan pengertian bahwa tujuan diciptakannya manusia yaitu berbakti kepadaNya. Rasul saw. bertugas memberi penje­lasan dan  contoh kepada umatnya bagaimana cara beribadah yang benar.
Untuk sampai kepada ibadah yang benar ini Rasul saw. menjelaskan 3 aspek  penting, yaitu :

1.   Aspek Iman, yaitu mempercayai dengan benar enam unsur rukun iman .
2.   Aspek Islam, Aspek ini merupakan realita dari iman
3.   Aspek ihsan, Tentang ihsan dalam hadits Nabi saw disebutkan :

Ihsan merupakan proyeksi hubungan dengan Allah swt yang betul-betul sempurna, sehingga yang ingatdan dituju hanya Allah swt semata.

b.  Hubungan antara sesama manusia

Dalam syari’at Islam terdapat konsep dasar hubungan manusia secara individu dan dalam hidup bersama baik dalam keluarga maupun masyarakat. Konsep dasar ini  termaktub dalam  surat Al-Maidah 2 .
Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial, antara satu dengan lainnya saling membutuhkan dan memiliki kecenderungan besar untuk hidup bermasyarakat. Islam mengajarkan agar terjadi hubungan timbal balik yang baik antara sesamanya, antara laki-laki dan wanita, antara keluarga dengan keluarga lainnya, antara bangsa yang satu dengan bangsa lainnya, dalam tatanan hubungan yang saling menguntungkan dan tidak boleh saling merugikan, apalagi saling membanggakan dan menyombongkan diri.
Islam mengajarkan kebersamaan, saling menghargai antara sesamanya, tidak membedakan status dan warna kulit, yang dinilai oleh Allah swt adalah kepribadian atau tak­wanya. Perhatikan firman Allah swt dalam surat Al Hujurat 13.

c.     Hubungan antara manusia dengan alam sekitar
Allah swt. memerintahkan (QS. Al Qashas : 77) agar manusia selalu berbuat baik pada dirinya dan memperlakukan dengan baik segala sesuatu yang ada di muka bumi. Bumi, langit dan segala sesuatu yang ada pada hakekatnya diciptakan Allah swt untuk kepentingan manusia agar semua potensi alam dapat dimanfaatkan dengan cara yang baik dengan memperhatikan keseimbangan agar tidak terjadi dampak negatif setelah pemanfaatannya. Alam harus dilestarikan, diolah, dijaga dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan sesuai petunjuk agama, banyak firman Allah swt. yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain termaktub dalam QS.Luqman 20 dan QS. Hud : 61.

No comments:

Post a Comment