Thursday 14 March 2013

XII.1.5 MAWARIS, bagian1


A.   KETENTUAN MAWARIS

1.         Beberapa Pengertian Istilah
Untuk memudahkan pemahaman dalam membahas Mawaris ini, maka ada beberapa istilah yang harus dimengerti terlebih dahulu, yaitu :

a.    Mawaris, berarti harta waris (pusaka). Jadi semua harta peninggalan seseorang yang telah wafat dan belum diambil untuk keperluan apapun maka disebut mawaris atau mirast. Sedangkan bila telah siap untuk dibagikan maka disebut dengan Tirkah.
b.    Muwarist adalah orang yang wafat dan meninggalkan mirast.
c.    Waris atau ahli waris adalah mereka yang berhak dan berpeluang untuk memperoleh mirast.


2.         Sebab-sebab Waris Mewarisi (Asbabul Irsti)
Dalam Agama Islam terdapat 4 ikatan yang menye­babkan seseorang berhak dan berpeluang untuk memperoleh harta waris, yaitu :
a.    Karena adanya hubungan  nasab  (hubungan darah) dengan muwarist, (QS. An Nisa’ : 7). Termasuk dalam kategori ini antara lain adalah ayah / ibu dari almarhum/ah, anak laki-laki dan anak perempuan dari almarhum/ah dll
b.    Karena adanya hubungan perkawinan dengan muwarist (suami/istri). (QS. An Nisa’ : 12), dalam kategori ini yang mendapat waris hanya suami bila istri / istri-istrinya yang sah meninggal dunia, begitu juga sebaliknya.
c.    Karena memerdekakan muwarist.
d.    Karena adanya hubungan sesama Muslim, yaitu bila ternyata muwarist tidak mempunyai ahli warist yang tersebut pada no. 1, 2, dan 3.  maka harta warisnya diserahkan kepada BAITUL MAL dan selanjutnya dipergunakan untuk kepentingan umum umat Islam.
Sesuai hadis Nabi saw. berikut: 
انما الـولاءُ لمـــــــــــــــــــن اعْـتـقَ      متفق عليه            
Artinya : Saya menjadi  pewaris bagi orang yang tidak memiliki ahli waris. HR. Ahmad dan Abu Daud
Nabi saw. tidak menerima waris untuk dirinya, akan tetapi Beliau menerimanya dan selanjutnya dipergunakan untuk kemaslahatan umat Islam.


3.    Hal-hal yang menghalangi untuk memperoleh warisan (Mawani’ul  irsti)
Bagi seorang ahli awris bisa jadi terhalang  atau berkur­ang bagiannya jika pada orang tersebut terdapat penghalang,  penghalang, tersebut yaitu :
a.    Mamnu’ atau Mahrum, yaitu seseorang yang telah memiliki syarat dan sebab yang cukup untuk dapat menerima warisan, akan tetapi terdapat padanya suatu pengahalang sehingga gugur haknya untuk memperoleh warisan, penghalang tersebut terdiri dari : hamba sahaya, pembunuh, murtad dan berbeda agama.
b.    Mahjub, adalah seorang yang memenuhi syarat dan sebaba untuk mendapatkan  warisan, akan tetapi karena ada halangan (hijab), maka ia tidak berhak menerima atau berkurang bagiannya. Sedangkan hijab adalah penghalang mahjub dan terdiri dari : Hijab Nuqshan dan Hijab  Hirman.


4.    Mawaris  (Harta Waris) Sebelum Dibagi
Sebelum diadakan pembagian, maka terlebih dahulu supaya dikeluarkan dari harta waris tersebut untuk bebera­pa keperluan berikut :
-1. Untuk biaya haji almarhum, bila semasa hidupnya belum haji dan sudah terkena kewajiban haji 
-2. Dikeluarkan untuk membayar zakat dari harta peninggalan terse­but.
-3. Dikeluarkan untuk membayar hutang muwaris.
-4. Dikeluarkan untuk membayar biaya perawatan muwaris.
-5. Dikeluarkan untuk melaksanakan wasiat dari muwaris.
Jika empat masalah tersebut di atas telah dilaksanakan dengan baik, maka barulah harta peninggalan (tirkah) tersebut dapat diwaris sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


B.    AHLI WARIS DAN BAGIANNYA

1.    Ayat Al Qur’an  tentang masalah waris
Diantara ayat Al Qur’an  yang menjelaskan masalah waris adalah :
لِلرِّجَال نَصِيْبٌ مِمَّا تَرَك الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُوْنَ وَلِلنِّـسَاءِ نَصِيْبٌ مِمَّا تَرَك الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أوْ كَـثُرَ نَصِيْــــــــــــــــــــــًا مَـفروْضـًا.   النساء  : 7
Artinya :  Bagi orang laki-laki hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita pula hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditentukan.  QS. An Nisa : 7
Kemudian dapat dilihat pula dalam surat An Nisa’ ayat 11 dan 12.

3.         Macam-macam ahli waris
a.    Dilihat dari segi jenis kelamin, dapat digolongkan menjadi 15 orang ahli waris laki-laki dan 10 orang ahli waris wanita (nama dan bagiannya dapat dilihat pada tabel : 1)
b.    Dilihat dari hak dan bagiannya, ahli waris dibedakan menjadi :
1.    Dzawil Furudh. Yaitu ahli waris yang hak dan bagiannya telah ditentukan secara jelas dan tegas  jumlahnya berdasar ketentuan Al Qur’an dan Hadits, yaitu :
1).   4 orang dari kelompok ahli waris laki-laki, yaitu bapak, bapaknya bapak, saudara laki-laki seibu dan suami.
2).   9 orang dari kelompok ahli waris perempuan, kecuali mu’tiqah.
Bagian masing-masing dari dzawil furudh ini akan diterangkan ter­sendiri.
2.    Dzawil Ashabah. Yaitu ahli waris yang mendapat bagian sisa, terdiri 3 macam yaitu :
1).   Ashabah bin Nafsi (ASBIN), yaitu semua ahli waris dari kelom­pok laki-laki kecuali bapak, bapaknya bapak, saudara laki-laki seibu dan suami, mereka itu mendapat  bagian waris (ashabah) karena sebab dirinya sendiri.
2). Ashabah bil Ghair (ASBIG), yaitu mereka yang mendapat ashabah (sisa) karena sebab keberadaan saudaranya, mereka itu ialah :
a).   Anak perempuan, seorang atau lebih bila bersama dengan anak laki-laki
b).   Cucu perempuan , seorang atau lebih bila bersama dengan cucu laki-laki
c).   Saudara perempuan sekandung, seorang atau lebih bila bersama dengan saudara laki-laki sekandung.
d).   Saudara perempuan seayah, seorang atau lebih bila bersama dengan saudara laki-laki seayah.
3).   Ashabah Maal Ghair (ASMAG), yaitu yang mendapat bagian sisa karena bersama-sama dengan orang lain, mereka itu ialah :
a).   Saudara perempuan sekandung, seorang atau lebih pada waktu bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan.
b).   Saudara perempuan seayah, seorang atau lebih bila bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan.


3.    Dzawil Arham
Yaitu kerabat yang tidak termasuk ahli waris yang 25, diluar ketentuan dzawil furudl atau ashabah, oleh karena pertalian  kekerabatannya yang telah jauh.

No comments:

Post a Comment