e. HUKUM QALQALAH
1. QAlQALAH SUGHRO
Yaitu apabila ada huruf
QALQALAH yang terdiri dari ( ق ط ب ج د ) dan terhimpun dalam lafadh ( قــطــب جــــد ), berharkat sukun asli dan berada di tengah-tengah kata maka disebut
QAlQALAH SUGHRO
( قــلـقـلــة صـغـرى ).
2. QAlQALAH WUSHTO
Yaitu apabila ada huruf QALQALAH seperti di atas dibaca sukun karena wakaf ( harkat asli tidak
sukun ) maka disebut QAlQALAH WUSHTHO
( قــلـقـلــة
وســطى ).
3. QAlQALAH KUBRO
Sedangkan apabila ada huruf QALQALAH seperti di atas yang bertasydid dan
berharkat fathah / kasrah / dhammah,
kemudian dibaca sukun
karena wakaf maka disebut QAlQALAH KUBRO ( قــلـقـلــة كـبرى ).
Contoh ketiga bentuk QALQALAH tersebut adalah
NAMA
|
CONTOH
KALIMAT
|
CARA MEMBACA
|
|
Qalqalah Shughro
|
تــجْــزون
|
وخـلـقْــنـكــمْ
|
Untuk membaca
Minta petunjuk / contoh dari
guru
|
Qalqalah Wushtho
|
مُـحــيْــطْ
|
الله
الـصَــمَــدْ
|
|
Qalqalah Kubro
|
بـالــحـقّ
|
وتــــبَّ
|
C. ARTI AYAT
Artinya : "Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". Al An'am 162 – 163
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Al Bayyinah 5
D. KANDUNGAN SURAT
AL AN'AM 162-163
a. Dalam Surat Al An'am
ayat162-163 ini Nabi Muhammad saw. diperintahkan supaya mengatakan bahwa
sesungguhnya shalatnya, ibadatnya serta semua yang dilakukannya, hidupnya dan
matinya hanyalah semata-mata untuk Tuhan semesta alam yang tiada sekutu
bagiNya.
b. Nabi Muhammad saw.
adalah orang pertama yang menyerahkan diri kepada Allah swt. dalam mengikuti
dan mematuhi semua perintah dan laranganNya.
c. Surat Al An'am ayat1
62-163 ini mengandung ajaran yang diajarkam Allah swt. Kepada Nabi Muhammad
saw. yang harus disampaikan kepada umatnya, tentang bagaimana hidup dan
kehidupan seorang muslim dalam kehidupannya di dunia, tentang shalat dan ibadah
lainnya yang harus dilaksanakan secara tekun, istiqamah dan sepenuh hati hanya
karena Allah swt. ikhlas dalam semua pekerjaan tanpa pamrih.
Seorang Muslim harus
yakin kepada kekuasaan dan kehendak Allah swt. yang tidak ada banding dan
sekutuNya. Allah swt. yang menentukan hidup mati seseorang, oleh karenanya ia
tidak perlu takut mati di dalam berjihad, berdakwah, beribadah (mahdhah /
ghairu mahdhah) di jalan Allah swt. dan tidak perlu takut kehilangan jabatan
atau kedudukan dalam menyampaikan dakwah islam amar ma'ruf nahi muinkar.
d. Surat Al An'am ayat 162-163
ini selalu dibaca ketika shalat dalam do'a iftitah sebagai ungkapan janji dan
tekad di hadapan Allah swt.
E. KANDUNGAN SURAT AL
BAYYINAH 5
a. Bahwa manusia (umat
Islam) pada dasarnya tidak diperintah kecuali untuk menyembah, berbakti kepada
Allah swt. dengan cara yang semurni-murninya, ikhlash lahir bathin dan
membersihkan amal perbuatan dari unsur-unsur syirik serta ingin sesuatu dalam
ibadahnya kecuali ingin ridha Allah swt., hal ini demi kebaikannya di dunia
maupun di akhirat kelak.
b. Stiap umat Islam supaya
mendirikan shalat, yaitu mengerjakannya secara terus menerus setiap waktu
dengan memusatkan jiwa dan raga hanya kepada kebesaran Allah swt.
c. Dalam mengeluarkan
zakat supaya dibagikan kepada yang berhak menerimanya dengan motifasi taabbudi,
bukan karena ingin dipuji oleh orang lain atau agar diniliai sebagai muslim
yang taat.
F. KESIMPULAN
Bahwa setiap muslim dalam beribadah (secara vertikal maupun
horizontal) supaya hanya bertujuan karena Allah swt. semata, dengan penuh
keikhlasan.
Ikhlash menurut pengertian bahasa adalah ketulusan hati, tulus
hati, jujur, murni, jernih, bersih dan bebas, sedangkan menurut istilah adalah
: mengerjakan amal kebaikan yang didorong oleh niat yang baik atau karena Allah
swt. semata. Niat, dalam pengertiannya yang lengkap, bukan saja berarti kesadaran
bathin tentang “apa yang dilakukan”, tetapi juga “untuk
apa” dan “karena apa” sesuatu itu atau amal itu
dilakukan, atau motif apa yang menggerakkan dilakukannya suatu perbuatan. Nabi
saw. bersabda :
انـمَا
الاعْــــــــــــــــمَال بالـنــــــــــــــــــيَات و انـمَا لِكُلِّ امْــــرءٍ
مَـا نـوى. رواه البخارى
مسلم
Artinya : “ Sesungguhnya
nilai (sah tidaknya) segala amal itu, tergantung pada niat, seseorang hanya
dinilai sesuai dengan yang diniatkannya.
HR. Bukhari Muslim.
Dalam kaitannya dengan ibadah, ada dua motif yang mendorong
seseorang melakukannya, yaitu motif positif (ikhlas) dan motif negtif (tidak
ikhlas), Imam Al Ghazali mengelompokkan ikhlas menjadi dua, yaitu :
a. IKHLAS AWAM (ikhlasnya
orang kebanyakan), yang terdiri dari :
1. Lil Khauf,
melakukan kebaikan karena perasaan takut kepada siksa Allah swt.
2. Lir Roja’,
melakukan kebaikan karena mengharapkan pahala.
3. Lil Wujub,
melakukan ibadah karena merupakan kewajiban sebagai mukallaf
b. IKHLAS KHUSUS (Ikhlas
yang sesungguhnya), yang terdiri dari :
1. Lir Ridla,
beribadah hanya karena rasa ridha, puas serta menerima menjadi hamba Allah swt.
2. Lil Mahabbah,
berbuat kebaikan karena dorongan perasaan cinta kepada Allah swt.
3. Lit Taladzdzudz,
mengerjakan ibadah karena ibadah itu sendiri dirasakan sebagai sesuatu yang
nikmat dan lezat.
3. Lisy Syukri,
melakukan kebaikan (ibadah) karena rasa syukur atas segala nikmat yang telah
diterimanya, motif ini yang banyak mendorong pola ibadah Nabi saw.
Bila beramal dengan motif-motif diatas inilah yang masuk dalam
kategori ikhlash.
قَالَ
رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ
أَجْمَعِينَ. الحجـر : 39 - 40
Artinya : “Iblis berkata
: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang
mukhlis.
No comments:
Post a Comment