Friday, 15 March 2013

X.1.3 IMAN PADA ALLAH SWT, bagian 1


    SIFAT-SIFAT ALLAH SWT.
Allah swt. adalah ghaib, tidak dapat dibuktikan keberadaannya melalui pembuktian panca indera. Dalam mengimani adanya Allah swt. sebagai Tuhan Pencipta alam semesta, diwajibkan untuk mengetahui pula sifat-sifatNya, oleh karena dengan
mengetahui sifat-sifat tersebut maka seorang muslim akan memiliki gambaran yang cukup jelas tentang Allah swt. dan akan menambah keyakinan hatinya.
Secara garis besarnya, Allah swt. bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan.
Adapun sifat-sifat Allah swt. dimaksud, dibagi menjadi 3, yaitu :sifat wajib, mustahil dan sifat jaiz.

a.   Sifat-sifat yang Wajib (dan Mustahil).
Adalah beberapa sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah swt. sebagai Tuhan, mustahil bila tidak dimiliki olehnya, sifat-sifat tersebut yaitu :
1.   Allah swt. bersifat “WUJUD” (ada), mustahil bersifat ‘adam (tidak ada). Allah swt. ada berarti ia senantiasa ada, Ia tidak pernah mengalami tidak ada serta tidak mengalami suatu proses untuk menjadi ada.  dijelaskan dalam Al Qur’an QS. Al An’am : 102
2.   Allah swt. bersifat “QIDAM” (dahulu), mustahil bersifat huduts (didahului) , Allah swt. ada sejak dahulu, semua makhluk tidak ada yang tahu batas dahulu bagi keberadaan  Allah swt. karena akal tidak akan mampu memikirkannya. Yang jelas sifat dahulu bagiNya berarti tidak ada suatu makhluk pun yang ada mendahuluiNya dan dahuluNya tidak berpermulaan, sebab yang memiliki permulaan hanyalah sesuatu yang baru dan yang baru adalah makhluk, sedangkan Allah swt. adalah Pencipta. Lihat QS. Al Hadid : 3 .
3.   Allah swt. bersifat “BAQA’” (kekal), mustahil bersifat fana (rusak) Allah swt. adalah pecipta, semestinya Ia harus kekal, sedangkan alam seisinya merupakan makhluk (yang diciptakan). Sebagai pencipta Ia tidak akan hancur atau binasa untuk selama-lamanya, tidak mengalami kehancuran dan kebinasaan, tidak mengalami akhir dan kesudahan dan mustahil bagi Allah swt. mengalami hal yang demikian. Sebab bila ia demikian maka makhluk namanya sedangkan Allah swt. adalah Khaliq. Perhatikan firman QS. Ar Rahman : 26-27
4.   Allah swt. bersifat “MUKHALAFATU LIL HAWADITSI” (berbeda dari semua makhluk), mustahil bersifat mumatsalatu lil hawaditsi (sama seperti makhluk) Keberadaan Allah swt. berbeda dengan makhluk ciptaannya, perbedaan disini meliputi semua aspek, baik dzat, sifat maupun perbuatanNya, dan mustahil bila mengalami persamaan. QS. As Syura 11 .
5.   Allah swt. bersifat “QIYAMUHU BINAFSIHI” (berdiri sendiri), mustahil bersifat ikhtiyaju ila ghoirihi (bergantung kepada sesuatu). Sebagai Pencipta tentulah Allah swt. memiliki sifat mandiri (berdiri sendiri), Ia ada dan berbuat dengan kekuatan dan ketentuan diriNya sendiri, tidak karena sesuatu atau bantuan sesuatu diluar diriNya. Allah swt. sama sekali tidak membutuhkan sesuatu diluar diriNya, mustahil bagi Allah swt. membutuhkan sesuatu diluar diriNya, sebab bila demikian berarti Ia sama dengan makhluk, bila sama dengan makhluk maka berarti bukan Tuhan. Lihat QS. Al Baqarah : 255 .
6.   Allah swt. bersifat “WAHDANIYAT” (Esa atau tunggal), mustahil bersifat ta’addud (banyak atau berbilang) Allah swt. adalah Maha Esa, ke Maha Esaan Allah swt. dalam segala hal. surat Al Ikhlas 1 - 4
Keesaan Allah swt. meliputi Esa dzatNya, sifatNya dan perbuatanNya. Tidak ada satu makhluk pun yang menyamaiNya. Misalnya, sifat Allah swt. yang Melihat tidak sama dengan cara makhluk melihat. Penglihatan Allah swt. tidak ada batasnya (tidak dibatasi oleh ruang dan waktu).
7.   Allah swt. bersifat “QUDRAT” (Maha Kuasa), mustahil bersifat ajzun (lemah) Allah swt. untuk berbuat atau tidak berbuat apa saja, menguasai segalanya secara sempurna, penuh, mutlak dan absolut dalam arti yang sesungguhnya. QS. Al Ahzab : 27
Allah swt. berkuasa secara mutlak atas segala makhluknya. Kekuasaan Allah swt. berupa menjadikan, menghidupkan, memfungsikan dan merusak atau mematikan makhluk, tak ada sesuatu pun yang membatasi kekuasaanNya. Sebab bila demikian berarti Allah swt. lemah dan yang lemah bukan Tuhan, oleh karenanya maka mustahil Allah swt. bersifat yang demikian (lemah dan tidak bebas).
8.   Allah swt. bersifat “IRODAH” (berkehendak), mustahil bersifat karohah (terpaksa/dipaksa). Segala sesuatu yang diperbuat oleh Allah swt. hanya karena kehendak dan kemauanNya sendiri bukan karena dipengaruhi atau dipaksa oleh sesuatu diluar dirinya, apalagi karena terpaksa. Mustahil bila Allah swt. bersifat demikian, sebab yang dapat dipengaruhi atau dipaksa dan bahkan terpaksa bukanlah Tuhan. Perhatikan pernyataan Al Qur’an surat Yasin ayat 82.
9.   Allah swt. bersifat “ILMU” (Maha Mengetahui), mustahil bersifat jahlun (bodoh). Pengetahuan Alah meliputi segala sesuatu, dari yang sebesar-besarnya sampai yang sekecil-kecilnya, baik yang akan, sedang dan telah terjadi, di bumi, di laut, di udara atau pun di langit, dalam kegelapan ataupun terang, lahir dan batin, disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat 18.
10. Allah swt. bersifat “HAYAT” (hidup), mustahil bersifat mautun (mati). Pengertian Hidup bagi Allah swt. adalah bahwa Ia kekal abadi, tidak ada waktu lahir dan tidak pula waktu matinya Ia hidup selama-lamya dengan tidak berkesudahan. Mustahil bagi Allah swt. bila tidak hidup atau terbatas hidupnya, karena bila demikian berarti sama dengan manusia. Lihat QS. Al Baqarah : 255
11. Allah swt. bersifat “SAMA” (Maha Mendengar), mustahil bersifat summun (tuli). Pendengaran Allah swt. bersifat mutlak, artinya suara apapun dapat didengarnya, termasuk suara hati manusia. Sedangkan manusia pada umumnya hanya mampu mendengar dalam batas antara 16 sampai dengan 20.000 Hz. QS. Al Baqarah : 127

lanjut, bagian 2

No comments:

Post a Comment