11. Allah
swt. bersifat “SAMA” (Maha Mendengar), mustahil bersifat summun (tuli).
Pendengaran Allah swt. bersifat mutlak, artinya suara apapun dapat didengarnya,
termasuk suara hati manusia. Sedangkan manusia pada umumnya hanya mampu
mendengar dalam batas antara 16 sampai dengan 20.000 Hz. QS. Al Baqarah : 127
12. Allah
swt. bersifat “BASHAR” (Maha Melihat), mustahil
bersifat umyun (buta). Penglihatan
Allah swt. itu Maha sempurna, maksudnya dapat melihat segala sesuatu sampai
sedetail mungkin walaupun di balik dinding baja sekalipun, baik berada ditempat
yang sangat jauh atau pun terlalu dekat, ketika terang ataupun gelap.
Sedangkan
penglihatan manusia (makhluk) sangatlah terbatas, tidak dapat melihat bila obyek
pandang terlalu jauh atau terlalu dekat, terlalu besar atau kecil dan yang
mendasar bahwa manusia baru dapat melihat bila ada bantuan sinar. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan sesuatu diluar
dirinya,tidak demikian dengan Allah swt. Oleh karenanya mustahil bila Allah swt. bersifat
seperti manusia. Perhatikan QS. Al Hujurat : 18
13. Allah swt.
bersifat “KALAM” (berfirman), mustahil bersifat
bukmun (bisu). Hakekat cara Allah swt. berfirman tidak bisa diketahui maupun
didengar oleh manusia, dan hanya para Nabi dan Rasul atau manusia pilihanNya
yang diberi kemampuan untuk mendengarnya. Allah swt. kadangkala berfirman di
belakang hijab tanpa suara, FirmanNya tidak lain atas dasar kehendakNya dan
FirmanNya tidak sama dengan perkataan makhlukNya. lihat QS. An Nisa’ : 164
14. Kaunuhu “QADIRAN”, artinya Allah swt. tetap selalu dalam keadaan berkuasa tanpa
ber-henti sekejappun dan mustahil dalam keadaan lemah walaupun hanya sekejap.
15. Kaunuhu “MURIDAN”, artinya bahwa Allah swt. tetap selalu dalam keadaan berkehendak,
dan mustahil sewaktu-waktu mengalami kebalikannya.
16. Kaunuhu
“ALIMUN”, artinya selalu dalam keadaan mengetahui
dan mustahi mengalami kebodohan walau sedetik.
17. Kaunuhu
“HAYYAN” Allah swt. senantiasa dalam keadaan hidup
dan mustahil bagiNya mengalami kematian ataupun tertidur.
18. Kaunuhu
“SAMI’AN”, yaitu senantiasa dalamkeadaan mendengar
dan mustahil mengalami ketulian waupun sebentar.
19. Kaunuhu
“BASHIRAN”, yaitu selalu dalam keadaan melihat dan
mustahil mengalami gangguan penglihatan apalagi sampai buta.
20. Kaunuhu
“MUTAKALLIMAN”, bahwa Allah swt. senantiasa mampu
berbicara dan mustahil mengalami bisu walaupun sementara.
Dari 20
sifat tersebut di atas kemudian para Ulama’
membedakannya menjadi 4 sifat yaitu :
1. Sifat
Nafsiyah (sifat diri), hanya terdiri dari satu
sifat yaitu Wujud, artinya suatu sifat
yang tidak bisa dilepaskan dari dzatNya.
2. Sifat
Salbiyah, artinya sifat yang meniadakan
kebalikannya seperti Baqa’ meniadakan kesudahan bagi Allah swt. Terdiri dari lima sifat, yaitu Qidam,
Baqa’, Mukhalafatu lil Hawadits, Qiyamuhu binafsihi dan Whdaniyah.
3. Sifat
Ma’ani, yaitu sifat-sifat yang menetap pada
DzatNya, terdiri dari 7 sifat, yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar
dan Kalam.
4. Sifat
Ma’nawiyah, yaitu merupakan sifat kelaziman dari
sifat ma’ani, oleh karenaya juga terdiri dari 7, yaitu Qadiran, Muridan, Hayan,
Sami’an, Bashiran dan Mutakalliman.
b. Sifat
Jaiz bagi Allah swt.
Yaitu adanya kebebasan atau wewenang mutlak
bagi Allah swt. untuk berbuat maupun tidak. Bagi Allah swt. boleh berbuat atau
tidak sama sekali sesuai dengan kehendakNya tanpa terikat oleh kehendak apalagi
ancaman dari luar diriNya.
Perhatikan Firman Allah swt QS. Al Isra’ : 54.
رَّبُّكُمْ
أَعْلَمُ بِكُمْ ۖ إِن يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ أَوْ إِن يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ ۚ
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا
Artinya
: Tuhanmu lebih mengetahui
tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia menghendaki dan Dia
akan mengazabmu, jika Dia menghendaki. Dan, Kami tidaklah mengutusmu untuk
menjadi penjaga bagi mereka. Al Isro’ : 54
No comments:
Post a Comment