Tuesday 9 June 2015

KUR 2013.XI.1.2 IMAN PADA KITAB ALLAH SWT, bagian 1


IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
KOMPETENSI DASAR
3.3      Memahami makna iman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
4.5      Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Kitab-kitab Suci  Allah SWT

Kegiatan Pembelajaran
·     Mengamati
-      Mencermati teks bacaan tentang ketentuan beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT secara individu maupun kelompok.
·     Menanya
-      Mengajukan pertanyaan, misalnya tentang makna beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT?, hikmah apa yang diperoleh dari beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT ?, bagaimana sikap kita terhadap  keimanan kepada Kitab-kitab Allah SWT? Bagaimana cara mengimani Kitab-kitab Allah swt?
·     Eksperimen/Eksplore
-      Diskusi tentang makna bagaimana cara mengimani Kitab-kitab Allah SWT? dalam persfektif Islam,
-      Diskusi tentang cara beriman terhadap Kitab-kitab Allah SWT?
-      Menganalisa hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT?
·     Assosiasi
-      Menyimpulkan makna beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT?
-      Menyimpulkanhikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT?
·     Komunikasi
-      Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang tentang makna beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT?, serta hikmahnya.
-      Menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi, dan menyanggah).
-      Membuat resume pembelajaran di bawah bimbingan guru.
·     Refleksi
-      Menampilkan sikap gemar membaca dan mengamalkan al-Qur’an sebagai refleksi dari iman kepada Kitab-kitab Allah SWT?
-      Menunjukkan sikap aklaqul karimah dan ketauladanan sebagai cerminan penghayatan terhadap iman kepada Kitab-kitab Allah SWT?



A.    KEDUDUKAN KITAB-KITAB ALLAH SWT.
Iman kepada Kitab-kitab Allah swt. termasuk bagian dari rukun Iman yang 6, setiap muslim wajib hukmnya percaya bahwa Allah swt. menurunkan beberapa Kitab kepada utusan yang dipilihNya. Tidak mempercayainya hukumnya kafir.
Tujuan Allah swt. menurunkan kitab suci adalah untuk menjadi petunjuk hidup, agar hidup manusia di dunia selaras dengan tujuan diciptakanNya.
Tujuan Penciptaan manusia di muka bumi adalah :
1.   Untuk menyembah (mengabdi) kepada Allah swt. sesuai kitab dan petunjuk yang diberikan kepada setiap Nabi atau Rasul. Dalam Al Qur’an dinyatakan :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ [٥١:٥٦]
Artinya :"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
2.   Untuk bertugas sebagai Khalifah di muka bumi
Surat Al Baqarah 30 menjelaskan bahwa diantara tujuan diciptakannya Nabi Adam as. adalah untuk menjadi "khalifah". Kata khalifah disini mengandung makna "mewakili Allah swt. dalam melaksanakan perintah-perintahNya kepada manusia, yang kemudian dikenal dengan ungkapan "manusia adalah khalifah Allah swt. di bumi" seperti diungkap dalam Al Qur'an berikut :
يَا دَاوُوْدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيْفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ح . ص : 26
Artinya :" Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. QS. Shad : 26
Untuk tugas sebagai khalifah inilah maka Allah swt. memberikan keistimewaan khusus kepada manusia dalam melaksanakan tugas (ilmu dan kebijaksanaan), pengangkatan sebagai khalifah  ini mencakup beberapa aspek hidup, sehingga kemudian Khalifah mengandung 4 arti yaitu :
1)   Sebagai pemimpin, dalam arti memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan lain-lain.
2)   Sebagai pengelola alam, dalam arti potensi alam yang ada ini harus dikelola dan diolah untuk kemaslahatan hidup manusia.
3)   Sebagai pemanfaat alam, dalam arti memanfaatkan potensi alam baik secara langsung maupun setelah diolah dalam batas sesuai kebutuhan (tidak berlebih-lebihan)
4)   Sebagai pelestari alam, agar keserasian alam ini supaya dijaga dan dilestarikan sehingga tetap memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
3.   Untuk diuji oleh Allah swt
Nabi Muhammad saw. mengisyaratkan bahwa setiap individu dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat untuk diketahui dan diuji oleh Allah swt. siapakan diantara manusia yang paling baik amalnya. Perhatikan ayat berikut.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً.  الكف : 7
Artinya    :    "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka sia-pakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Al Kahfi 7
Dalam arti lain bahwa setiap manusia kelak di akhirat akan dimintai pertanggung jawabannya dalam hal pengabdiannya (ibadahnya) kepada Allah swt. dan juga dalam hal pelaksanaan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Penilaian Allah swt. akan dimulai pada saat awal manusia berada di alam barzah (alam kubur) dengan diawali oleh beberapa pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.
Agar manusia dapat menjalani hidup di dunia sesuai tujuan diciptakanNya inilah, maka dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril Allah swt. menurunkan wahyu untuk disampaikan kepada para Nabi dan rasul pilihanNya, yang kemudian oleh para Nabi dan Rasull disampaikan kepada umat mereka masing-masing.
Wahyu Allah swt. tersebut ada yang berupa suhuf, yaitu lembaran-lembaran atau brosur-brosur singkat, seperti yang diwahyukan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Adam as.

No comments:

Post a Comment