Tuesday 9 June 2015

KUR 2013.XII.1.5 KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DI DUNIA, bag 1



XII.1.5
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DI DUNIA, bag 1

KOMPETENSI INTI
KI 1 :  Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :  Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-  aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan  alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :  Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan  wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 :  Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR                      
3.10   Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10.1    Siswa dapat menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
4.10   Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.10.1    Siswa dapat mendiskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1.   Memahami faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
2.   Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia



KEGIATAN PEMBELAJARAN
·     Mengamati
-      Mengamati tayangan video tentang perkembangan Islam di dunia
-      Membaca artikel tentang kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
·     Menanya
-      Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan perkembangan Islam di dunia, seperti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam?
·     Eksperimen/Eksplor
-      Diskusi tentang perkembangan peradaban Islam di dunia
-      Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan peradaban Islam di dunia
-      Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi kemunduran peradaban Islam di dunia
·     Assosiasi
-      Menyimpulkan perkembangan peradaban Islam di dunia
-      Menyimpulkan faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
·     Komunikasi
-      Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
-      Menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi, dan menyanggah).
-      Membuat resume pembelajaran di bawah bimbingan guru.



KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM
Islam, pada awal perkembangannya terutama pada zaman Nabi Muhammad saw. sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam, seperti digambarkan QS. An Nasr ayat 2:
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا  
Artinya :   Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong
Ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang arab dan sekitarnya, dan sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sedangkan ketika dinasti abbasiyah maju sebagai pimpinan, Islam mengalami kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan teknologi yang diambilkan dari al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah beberapa abad lamanya Islam mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan pindah ke negeri barat.
A.  MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M)
Ada beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan penataan internal dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem organisasi militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan memberangus dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi pada masa Al-Mansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun.
Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Pembentukan ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang memperoleh pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di Damaskus. Pada perkembangannya kota Baghdad menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Pada paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur, Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas penuh khalifah menjadi tugas seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala – kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir masing – masing adalah ; Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ; Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama yang menguman-dangkan perang melawan Bizantium, memulai serangan dan sukses brilian.
Pada 782 pasukan Arab, mencapai Bosporus dan memaksa Ratu Irene berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90 ribu dinar. Selama ekspedisi inilah Harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga ayahnya memberi gelar al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi saudaranya. Kemudian Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia Kecil, Heraklea, dan Tyna.
Dinasti Abbasiyah terus berupaya memajukan Islam dengan membangun hubungan internasional pada masa Harun al-Rasyid. Diantaranya menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini Harun berkepentingan untuk menghadapi saingannya, Bani Umayyah, di Spanyol. Menurut Richard Coke sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah disegani di dalam maupun di luar negeri.
FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN ISLAM
Semua capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains yang lain adalah :
a.     Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.
b.     Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan.
Konsep-konsep pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab.
Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
c.     Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.
d.     Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac-Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
e.     Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang menganut faham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar :
-        Dalam bidang hokum Islam dikenal : Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal.
-        Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i.
-        Dalam tasawuf: Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj.
-        Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih.
-        Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.

No comments:

Post a Comment